BAB I
PENDAHULUAN
Tes berasal
dari bahasa Latin testum yang berarti alat untuk mengukur tanah. Dalam
bahasa Prancis kuno, kata tes berarti ukuran yang dipergunakan untuk membedakan
antara emas dengan perak serta logam lainnya. Testing adalah saat pengambilan
tes, testee adalah responden yang sedang mengerjakan tes sedangkan tester
adalah subjek evaluasi.1
Kata
kepribadian berasal dari kata Personality (bahasa Inggris) yang berasal dari
kata Persona (bahasa Latin) yang artinya kedok atau topeng, yaitu tutup muka
yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung yang dimaksudkan untuk
menggambarkan perilaku, watak, atau kepribadian seseorang dikarenakan terdapat
ciri-ciri yang khas yang hanya dimiliki oleh seseorang tersebut, baik dalam
artian kepribadian yang baik ataupun yang kurang baik.2 kepribadian
merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perilaku manusia.3 American
Psychological Association (APA) mengemukakan bahwa kepribadian mengacu pada
perbedaan individu dalam hal pola karakteristik berpikir, merasakan, dan
berprilaku.4
Baharuddin mengatakan kepribadian
itu terbentuk, dipertahankan, dan mengalami perubahan selama suatu proses
sosialisasi berlangsung.5 menurut Stern faktor dalam (faktor bawaan)
baik psikis maupun fisik serta faktor luar (faktor lingkungan) seperti musim,
adat budaya, dan manusia lain dapat memengaruhi dan turu membentuk kepribadian
seseorang.2
Tes
kepribadian merupakan tes berupa kuesioner atau instrumen standar lainnya yang
didesain untuk mengungkapkan sifat-sifat, aspek-aspek, karakter maupun
ciri-ciri kepribadian seseorang. Tes kepribadian bukan tes untuk menjawab
pertanyaan mana yang benar dan mana yang salah. Jawaban tes peserta digunakan
sebagai analisis untuk menghasilkan respon yang konon merupakan kepribadian
dari peserta.6
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
Tes
kepribadian merupakan tes berupa kuesioner atau instrumen standar lainnya yang
didesain untuk mengungkapkan sifat-sifat, aspek-aspek, karakter maupun
ciri-ciri kepribadian seseorang. Tes kepribadian bukan tes untuk menjawab
pertanyaan mana yang benar dan mana yang salah. Jawaban tes peserta digunakan
sebagai analisis untuk menghasilkan respon yang konon merupakan kepribadian
dari peserta.6
B.
TIPE TIPE TES
KEPRIBADIAN
Terdapat
beberapa tipe tes kepribadian, yaitu:7
1. Tes Laporan
Diri (Self Report)
Tes-tes kepribadian yang paling umum
biasanya ditentukan oleh laporan diri para peserta tes. Peserta tes harus
memberikan respons (jawaban) terhadap beberapa item-item pernyataan yang sesuai
dengan kriteria tertentu (criterion related). Artinya, item-item yang terpilih
dapat membedakan sebuah kelompok khusus, misalnya kelompok individu normal dan
kelompok individu yang depresi.Tes semacam ini sangat murah dan mudah untuk
diberikan, seringkali objektif, namun validitasnya harus sering dievaluasi
dengan hati-hati.7
Keunggulan Tes ini adalah
terstandardisasi, mudah diberikan, reliabel, menangkap gambaran diri dengan
baik; namun terbatas dalam derajat kekayaan data, mudah untuk dikelabui,
tergantung pada pengetahuan diri.7
Contoh dari Tes Laporan Diri ini
adalah: MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory), ACT (Affective
Communication Test), Millon Clinical Multiaxial Inventory.7
2. Tes Q-Sort
Dalam Q-Sort, seseorang dihadapkan
pada setumpuk kartu yang berisi macam-macam nama karakteristik dan diminta
untuk memilah kartu-kartu tersebut dalam tumpukan-tumpukan yang
masing-masingnya menggambarkan sebuah dimensi, sebagai contoh, “paling tidak
sesuai” sampai dengan paling sesuai dengan diri”.7
Keunggulan Q-Sort adalah responden
lebih aktif/banyak terlibat, dan item yang sama dapat digunakan untuk menilai
aspek yang berbeda; namun keterbatasannya sama dengan Tes Laporan Diri.7
Contoh dari Q-Sort: Penilaian konsep
diri, harga diri, keluarga, terapi, generativitas.7
3. Penilaian
Orang Lain
Penilaian orang lain yang biasa
disebut Studi Longitudinal Terman oleh Lewis Terman adalah penilaian yang menggunakan
kuesioner untuk mendapatkan informasi individu (terutama anak-anak) dari orang
lain (orangtua atau gurunya). Penilaian yang dilakukan di masa kecil ini
terbukti dapat memperkirakan kepribadian dan pencapaian anak-anak di masa
dewasanya.7
Keunggulan penilian ini adalah:
menyediakan sudut pandang yang tidak terbiaskan oleh laporan diri individu, dan
dengan jelas mengungkap trait yang “terlihat”, dapat digunakan untuk menilai
anak-anak/binatang; namun keterbatasannya adalah penilaian ini tidak valid apabila
analisisnya kurang berpengalaman atau terpengaruh bias.7
4. Pengukuran
Biologis
Pada awal 1800-an, tulisan-tulisan
Franz Joseph Gall membuat ribuan orang mencoba memeriksa kepribadian dengan
merasakan bentuk dan tonjolan tengkorak.Praktek ini dikenal sebagai frenologi
(DeGiustino, 1975).7
Idenya adalah bahwa karakteristik
psikologis yang berbeda-beda terletak di otak (sebuah ide yang masuk akal) dan
kemampuan yang berkembang pesat atau lambatakan tampak melalui distorsi
tengkorak.7
Asesmen kepribadian modern yang
bersifat biologis didasarkan pada asumsi bahwa sistem saraf (termasuk jaringan
neuron otak) adalah kuncinya.Oleh karena itu asesmen kepribadian berusaha
mengukur perilaku-perilaku yang terkait dengan sistem saraf. Yang lebih menarik
adalah usaha-usaha masa kini yang lebih berfokus pada sistem saraf dengan cara
mengamati otak dengan menggunakan citra PET (positron emission tomography).7
Keunggulan dari pengukuran ini dapat
mengungkap reaksi individu tanpa mengandalkan laporan diri atau penilaian
analisis; namun bisa menjadi sulit atau mahal untuk digunakan hubungan antara
hasil biologis dan pola perilaku yang kompleks/tidak sederhana.7
Contoh pengukuran biologis: waktu
reaksi, kelembaban kulit, pencitraan positron emission topography (PET).7
5. Observasi
Perilaku
Francis Galton, ilmuwan Inggris abad
ke-19, memelopori pendekatan dalam memahami perbedaan individual, termasuk
teknik observasi perilaku. Dalam laboratorium antropomorfisnya, Galton
mengumpulkan semua jenis pengukuran fisik orang, dan ia kemudian mulai mempelajarai
reaksi mereka dalam situasi yang terkontrol (Galton, 1970).7
Penggunaan observasi perilaku
mengasumsikan bahwa perilaku saat ini adalah prediktor valid dan reliabel akan
perilaku di masa depan. Keunggulan observasi perilaku adalah dapat menangkap
apa yang sebenarnya orang lakukan, namun dapat sulit diinterpretasikan sebagai
kepribadian, atau tidak mewakili keseluruhan tentang perilaku seseorang.7
6. Wawancara
Wawancara klasik dalam psikologi
adalah wawancara psikoterapi, dimana klien menceritakan pengalaman hidupnya
yang penting atau bermasalah.7
Keunggulan mengukur kepribadian
dengan wawancara adalah dapat menggali informasi seecara mendalam dan dapat
menggunakan pertanyaan lanjutan sehingga sangat fleksibel; namun bisa terkena
bias dari pewawancara atau responden, mahal, dan menghabiskan waktu.7
7. Perilaku
Ekspresif
Menilai dari perilaku ekspresif
adalah cara yang baik untuk melihat karisma pribadi—cara ini lebih valid, namun
juga lebih menuntut kemampuan yang tinggi dari penganalisis.7
Sebagai contoh, orang-orang dari
bagian selatan yang cenderung lambat karena merupakan budayanya, berbeda dengan
logat orang-orang Newyork yang mungkin merupakan kepribadian.7
Keunggulan menilai dengan perilaku
ekspresif ini dapat menangkap gaya perilaku unik yang sebenarnya, termasuk
perilaku yang samar dan emosi; namun dapat juga sulit untuk ditangkap,
dikodekan, dan diinterpretasikan.7
8. Analisis
Dokumen dan Riwayat Hidup
Mungkin tidak mengejutkan untuk
mengetahui bahwa catatan harian dan catatan pribadi lainnya dapat menjadi
sumber informasi yang kaya mengenai kepribadian. Gordon Allport menganggap
surat dan catatan harian sebagai sumber yang sempurna untuk studi mengenai
perubahan kepribadian (karena benda-benda itu ditulis salam jangka waktu yang lama)
dan berpendapat bahwa surat dan catatan harian ini dapat menjadi ujian yang
baik mengenai nilai sebuah teori kepribadian.7
Keunggulan menganalisis dokumen
adalah dapat digunakan untuk menganalisis individu selama jangka waktu yang
lama, detail, dan objektif, bahkan bisa digunakan untuk orang yang sudah
meninggal; namun hanya menunjukkan aspek-aspek tertentu dari seseorang, dan
mungkin tidak tersedia dalam peristiwa penting.7
9. Projective
Test
Tes proyektif adalah teknik asesmen
yang berusaha mempelajari kepribadian melalui penggunaan stimulus, tugas, atau
situasi yang relatif tidak terstruktur, karena tes ini memungkinkan seseorang
untuk “memproyeksikan” motivasi dalam dirinya ke alat tes yang diberikan.
Selain membuat gambar, tes proyektif juga mencakup bercerita, melengkapi
kalimat, dan melakukan asosiasi kata.7
Keunggulannya dapat menggali lebih
dalam dan menganalisis aspek yang tidak dapat terungkap dalam laporan diri,
dapat memunculkan pemahaman untuk penelitian lebih lanjut; namun sering
memiliki masalah reliabilitas dan validitas.7
Contoh dari tes proyektif ini
adalah: Draw-A-Person, Inkblot Rorsachach; Thematic Apperception Test (TAT).7
10. Demografi
dan Gaya Hidup
Demografi adalah semua informasi
data statistik yang relevan mengenai populasi, misalnya umur, budaya, tempat
lahir, agama, besar keluarga, dst. Namun, jika suatu demografi tidak dikaitkan
dengan informasi demografi lain, maka bisa menyesatkan, seperti halnya kasus
saudara kembar yang memiliki karakteristik demografis yang sama tetapi memiliki
kepribadian yang sangat berbeda.7
Keunggulan menggunakan demografi
adalah dapat menunjukkan kerangka dan pengelompokkan dimana individu hidup;
namun pada dasarnya tidak menceritakan banyak mengenai orang itu sendiri.7
C.
TES MINNESOTA
MULTIPHASIC PERSONALITY INVENTORY
MMPI 2 adalah
suatu tes psikologi untuk mengidentifikasi psikopatologi dan tipe kepribadian seseorang. Penggunaan MMPI 2 dapat
membantu penentuan pola perilaku, pola
berpikir serta kekuatan ego seseorang dimana data tersebut sangat berguna bagi konselor dan terapis.8
MMPI merupakan
instrumen psikiatri dan psikologi yang cukup popular dan banyak digunakan untuk
penelitian maupun skrining penerimaan atau penempatan pegawai, pengukuran
fungsi mental, prediksi perilaku dengan melihat psikopatologi yang terjadi. MMPI-2 juga sering
digunakan sebagai skrining maupun penelitian dalam penjara.9
MMPI mulai
dikembangkan sejak akhir 1930-an oleh Starke R. Hathaway, PhD (psikolog) dan J.
Charnley Mc Kinley, MD (psikiater), dirumah sakit dari Universitas Minnesota, Minneapolis, USA. MMPI
dipublikasikan pertama kali pada tahun
1943 dengan beberapa skala yang masih sedikit kemudian berkembang sampai saat
ini.10
MMPI sebagai
tes kepribadian merujuk pada pembahasan ada tidaknya psikopatologi karena statemen pertanyaannya
membandingkan kelompok Normatif normal dengan kelompok kasus. Pertanyaannya
berupa statemen yang dijawab ya atau
tidak dan bersifat umum yang biasanya dimodifikasi sesuai budaya setempat dan terdiri dari 567
pertanyaan. MMPI-2 versi Indonesia mulai divalidasi tahun 2003, diawali dengan studi
kepustakaan pada Januari-Februari 2003, dilanjutkan dengan tes validitas. MMPI
2 disempurnakan kembali dalam buku panduan edisi Januari 2011 sebagai MMPI-2Dx.8
Struktur MMPI 2 Dx terdiri dari :11
1.
Skala Validitas
Merupakan indikator untuk menilai
apakah peserta tes telah menjawab pertanyaan tes sesuai dengan kondisi peserta tes. Peserta
tes mungkin menjawab tes dengan berbagai
kemungkinan: banyak jawaban dikosongkan, secara random, tidak konsisten atau distorsi dari keadaan yang
sebenarnya
-Cannot say (soal tes tak
terjawab)
- Monitoring inkonsisten (Vrin
dan Trin)
- Monitoring infrekwen (F,Fb, Fp)
- Monitoring sikap
defensive(L,K,S,FBS,Fs)
- Monitoring overreporting dan
underreporting tambahan (Ds, Dsr, Od, Esd, Wsd, Mp, Ss)
2. Skala Klinik dan Sub
SkalaKlinik
- Skala 1: Hypochondriasis (Hs)
- Skala 2: depression (D)
- Skala 3: hysteria (Hy)
- Skala 4: psychopathic deviate (Pd)
- Skala 5: masculinity - feminity
(Mf)6
- Skala 6: paranoid (Pa)
- Skala 7: psychastenia (Pt)
- Skala8: schizophrenia (Sc)
- Skala 9: hypomania (Ma)
- Skala 0: social introversion (Si)
3. Skala Restructured Clinical atau
RC (inti dari skala klinik)
Dikembangkan oleh Tellegen dkk
(2003) untuk mengurangi kendala pada skala klinik yang heterogen karena skala
klinik sebagian besar dipengaruhi oleh
unsur emosional dan maladjustment. Restructure clinical scale berusaha
mengeluarkan faktor general stress, maladjustment dan demorali zation dari
skala klinik. Terdiri dari 9 skala yaitu:
-
Demoralization (RCd)
Merupakan indikator unhappiness
dan dissatisfaction. Skor tinggi ≥ 65 mencerminkan
cemas, depresi dan tegang. Merasa tidak aman, pesimistik, rendah
diri dan resiko bunuh diri. Skor
sangat tinggi ≥ 75 menunjukkan ketidakmampuan untuk mengatasi keadaan.
-
Somatic complaints (RC1)
Makin tinggi skor makin kuat
interpretasi kearah faktor psikologis. Skor ≥ 65
menunjukkan banyak keluhan fisik,
preokupasi pada kesehatannya, capek, lemah,
sakit kronik dan stress atau
kesulitan dalam hubungan interpersonal. Skor sangat tinggi ≥ 75 sangat mengeluh
sakit fisik dan sangat preokupasi sakit fisik serta menolak semua penjelasan
secara psikologik.
-
Low positive emotions (RC2)
Indikator yang bagus untuk depresi.
Skor tinggi ≥ 65 mengalami depresi anhedonia, rasa tidak aman, pesimistik,
menyendiri, rasa bosan, tak bersemangat dan
pasif.
-
Cynicism (RC3)
Sulit membina hubungan harmonis
dengan orang lain. Skor ≥ 65 adalah orang lain tidak dapat dipercaya,
mementingkan diri dan eksploitatif. Skor ≤ 40 menunjukkan naïf, mudah tertipu
dan percaya berlebihan pada orang lain.
-
Antisocial behavior (RC4)
Skor tinggi ≥ 65 menunjukkan
perilaku antisocial, agresif, marah-marah, argumentative, sulit mentaati peraturan yang
berlaku, resiko tinggi memakai narkoba dan seks bebas serta cenderung terjadi
konflik dengan orang lain.
-
Ideas of persecution (RC6)
Indikator untuk kecurigaan sampai
dengan waham paranoid. Skor tinggi ≥ 65
menunjukkan ide paranoid menonjol, merasa terancam oleh kedengkian
orang lain, merasa menjadi korban niat
jahat orang lain, sangat mencurigai orang lain
dan merasa diperlakukan tidak adil.
-
Dysfunctional negative emotions (RC7)
Merupakan indikator emosi negatif.
Skor tinggi ≥ 65 menunjukkan cemas, marah, khawatir berlebihan, sensitif
terhadap kritik, sedih, preokupasi pada kegagalan, merasa bersalah, merasa tidak aman dan merasa
sangat terganggu.
-
Aberrant experiences (RC8)
Indikator pemikiran dan
pengalaman yang aneh. Skor ≥ 65 menunjukkan
karakter
skizotipal.skor sangat tinggi ≥
75 untuk melihat kemungkinan skizofrenia, gangguan waham dan gangguan skizoafektif.
-
Hypomanic activation (RC9)
Merupakan indikator gejala
hipomanik. Skor ≥ 65 menunjukkan harga diri melambung, sangat energik, sensation
-
Seeking
Berani melakukan tindakan
beresiko tinggi, agresif, impulsif, euforia, pencepatan pikiran dan kebutuhan
tidur berkurang. Skor sangat tinggi ≥ 75 kemungkinan manik atau episode
hipomanik (mungkin gangguan bipolar).
4. Skala
Content dan Skala Content
Component Dikelompokkan menjadi 4 yaitu
· kelompok internal symptom
O Anxiety (ANX)
O Fears (FRS)
O Obsessions (OBS)
O Depressions (DEP)
O Health Concerns (HEA)
O Bizarre Mentation (BIZ)
· kelompok eksternal atau aggressive tendencies
O Anger (ANG)
O Cynicism (CYN)
O Antisocial Pratices (ASP)
O Type A (TPA)
· kelompok devalued view of the self
O Low self esteem (LSE)
· kelompok general problem areas
O Social Discomfort (SOD)
O Family Problem (FAM)
O Work Interference (WRK)
O Negative Treatment Indicators (TRT)
5. Skala suplemen
Dikelompokkan menjadi :
- Broad personality
characteristics
Skala ini ada 5 skala yaitu:
ansietas (A), Represi (R), Ego strength
(Es), Dominansi (Do), Responsibility (Re)
Skala ini baik apabila nilai ≥65. Skala ini untuk mengukur ansietas,
adaptasi, fleksibilitas, kemampuan
mengatasi masalah, rasa percaya diri, tanggung jawab.
-
Generalized emotional distress
Skala ini ada 3 yang dilihat
yaitu : Maladjustment (Mt), Post Traumatic Stress Disorder-Keane(PK) , Marital
Distress (MDS)
-
Behavioural dyscontrol
Skala ini terdiri dari 5 skala
yaitu : Hostility (Ho) , Over-controlled
hostility (OH), Mac–Andrew Alcoholism Revisid (MAC-R), Addiction
Admission Scale (AAS ), Addictional Potensial Scale (APS) 10
-
Gender role
Terdiri dari 2 macam skala yaitu
: Gender Role – Masculine (GM), Gender Role – Feminine (GF)
6. Skala Personality
Psychopathology Five
Psy-5 meliputi aggressiveness (AGGR),
psychoticism (PSYC), discotraint (Disc), negative emotionality/neuroticism (NEGE),
introversion/low positive emotionality (INTR)
7. Skala tambahan
8. Code type adalah skala – skala
klinik dengan skor T tertinggi.
BAB III
KESIMPULAN
Tes kepribadian merupakan tes berupa kuesioner atau
instrumen standar lainnya yang didesain untuk mengungkapkan sifat-sifat,
aspek-aspek, karakter maupun ciri-ciri kepribadian seseorang. Tes kepribadian
bukan tes untuk menjawab pertanyaan mana yang benar dan mana yang salah.
Jawaban tes peserta digunakan sebagai analisis untuk menghasilkan respon yang
konon merupakan kepribadian dari peserta.
Terdapat beberapa tipe-tipe tes kepribadian yaitu Tes
Laporan Diri (Self Report), Tes Q-Sort, Penilaian Orang Lain, Pengukuran
Biologis, Observasi Perilaku, Wawancara, Perilaku Ekspresif, Analisis Dokumen
dan Riwayat Hidup, Projective Test, Demografi dan Gaya Hidup.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Chabib Toha. Teknik
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2008.
2.
Sujanto A, Lubis H,
Hadi T. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara. 2014.
3.
Chaplin JP. Kamus
Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2011.
4.
American
Psychological Association (APA). Personality. [cited 22 Oktober 2017].
Available from : http://www.apa.org/topics/personality/.
5.
Baharuddin H.
Pendidikan & Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
6.
Mark P. Personality
Questionnaires : Memahami Kuesioner Kepribadian. Jakarta; Tiga Serangkai.
7.
Friedman, Howard
S., Schustack, Miriam W. Personality: Classic Theories and Modern Research 5th
Edition. 2010.
8.
Kasan,H. Buku Panduan
dan Kumpulan Kasus Workshop MPI-2Dx. Profesional Training Center “NL”. Jakarta,
Indonesia. 2011.
9.
Craig, R. MMPI-Based
Forensic Psychological Assessment of Lethal Violence. In: Hall H, editors.
Forensic Psychology and Neuropsychology for Criminal and Civil Cases. New York.
Tailor & Francis Group. 2008. P;393-412.
10. Gunawan,
E. Hubungan Kecenderungan Psikopatologi Kepribadian MMPI-2 dengan Kejadian
Depresi pada Penderita Cedera Kepala Ringan. Semarang. Universitas Diponegoro.
Tersedia di: http://eprints.undip.ac.id/12890/. 2008.
11. Ni Ketut Putri. Gambaran Ego Strenght, Dominasi dan
Responsibility Pada Peserta Didik Program Pendidikan Spesialis Neurologi FK
UNUD Denpasar. Denpasar. 2012.
No comments:
Post a Comment