Search This Blog

Saturday, October 13, 2018

TES KEPRIBADIAN

TES KEPRIBADIAN 


BAB I
PENDAHULUAN
Tes berasal dari bahasa Latin  testum  yang berarti alat untuk mengukur tanah. Dalam bahasa Prancis kuno, kata tes berarti ukuran yang dipergunakan untuk membedakan antara emas dengan perak serta logam lainnya. Testing adalah saat pengambilan tes, testee adalah responden yang sedang mengerjakan tes sedangkan tester adalah subjek evaluasi.1
Kata kepribadian berasal dari kata Personality (bahasa Inggris) yang berasal dari kata Persona (bahasa Latin) yang artinya kedok atau topeng, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung yang dimaksudkan untuk menggambarkan perilaku, watak, atau kepribadian seseorang dikarenakan terdapat ciri-ciri yang khas yang hanya dimiliki oleh seseorang tersebut, baik dalam artian kepribadian yang baik ataupun yang kurang baik.2 kepribadian merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perilaku manusia.3 American Psychological Association (APA) mengemukakan bahwa kepribadian mengacu pada perbedaan individu dalam hal pola karakteristik berpikir, merasakan, dan berprilaku.4
            Baharuddin mengatakan kepribadian itu terbentuk, dipertahankan, dan mengalami perubahan selama suatu proses sosialisasi berlangsung.5 menurut Stern faktor dalam (faktor bawaan) baik psikis maupun fisik serta faktor luar (faktor lingkungan) seperti musim, adat budaya, dan manusia lain dapat memengaruhi dan turu membentuk kepribadian seseorang.2
            Tes kepribadian merupakan tes berupa kuesioner atau instrumen standar lainnya yang didesain untuk mengungkapkan sifat-sifat, aspek-aspek, karakter maupun ciri-ciri kepribadian seseorang. Tes kepribadian bukan tes untuk menjawab pertanyaan mana yang benar dan mana yang salah. Jawaban tes peserta digunakan sebagai analisis untuk menghasilkan respon yang konon merupakan kepribadian dari peserta.6


















BAB II
PEMBAHASAN
A.    DEFINISI
Tes kepribadian merupakan tes berupa kuesioner atau instrumen standar lainnya yang didesain untuk mengungkapkan sifat-sifat, aspek-aspek, karakter maupun ciri-ciri kepribadian seseorang. Tes kepribadian bukan tes untuk menjawab pertanyaan mana yang benar dan mana yang salah. Jawaban tes peserta digunakan sebagai analisis untuk menghasilkan respon yang konon merupakan kepribadian dari peserta.6
B.     TIPE TIPE TES KEPRIBADIAN
Terdapat beberapa tipe tes kepribadian, yaitu:7
1.    Tes Laporan Diri (Self Report)
Tes-tes kepribadian yang paling umum biasanya ditentukan oleh laporan diri para peserta tes. Peserta tes harus memberikan respons (jawaban) terhadap beberapa item-item pernyataan yang sesuai dengan kriteria tertentu (criterion related). Artinya, item-item yang terpilih dapat membedakan sebuah kelompok khusus, misalnya kelompok individu normal dan kelompok individu yang depresi.Tes semacam ini sangat murah dan mudah untuk diberikan, seringkali objektif, namun validitasnya harus sering dievaluasi dengan hati-hati.7
Keunggulan Tes ini adalah terstandardisasi, mudah diberikan, reliabel, menangkap gambaran diri dengan baik; namun terbatas dalam derajat kekayaan data, mudah untuk dikelabui, tergantung pada pengetahuan diri.7
Contoh dari Tes Laporan Diri ini adalah: MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory), ACT (Affective Communication Test), Millon Clinical Multiaxial Inventory.7
2.    Tes Q-Sort
Dalam Q-Sort, seseorang dihadapkan pada setumpuk kartu yang berisi macam-macam nama karakteristik dan diminta untuk memilah kartu-kartu tersebut dalam tumpukan-tumpukan yang masing-masingnya menggambarkan sebuah dimensi, sebagai contoh, “paling tidak sesuai” sampai dengan paling sesuai dengan diri”.7
Keunggulan Q-Sort adalah responden lebih aktif/banyak terlibat, dan item yang sama dapat digunakan untuk menilai aspek yang berbeda; namun keterbatasannya sama dengan Tes Laporan Diri.7
Contoh dari Q-Sort: Penilaian konsep diri, harga diri, keluarga, terapi, generativitas.7
3.    Penilaian Orang Lain
Penilaian orang lain yang biasa disebut Studi Longitudinal Terman oleh Lewis Terman adalah penilaian yang menggunakan kuesioner untuk mendapatkan informasi individu (terutama anak-anak) dari orang lain (orangtua atau gurunya). Penilaian yang dilakukan di masa kecil ini terbukti dapat memperkirakan kepribadian dan pencapaian anak-anak di masa dewasanya.7
Keunggulan penilian ini adalah: menyediakan sudut pandang yang tidak terbiaskan oleh laporan diri individu, dan dengan jelas mengungkap trait yang “terlihat”, dapat digunakan untuk menilai anak-anak/binatang; namun keterbatasannya adalah penilaian ini tidak valid apabila analisisnya kurang berpengalaman atau terpengaruh bias.7
4.    Pengukuran Biologis
Pada awal 1800-an, tulisan-tulisan Franz Joseph Gall membuat ribuan orang mencoba memeriksa kepribadian dengan merasakan bentuk dan tonjolan tengkorak.Praktek ini dikenal sebagai frenologi (DeGiustino, 1975).7
Idenya adalah bahwa karakteristik psikologis yang berbeda-beda terletak di otak (sebuah ide yang masuk akal) dan kemampuan yang berkembang pesat atau lambatakan tampak melalui distorsi tengkorak.7
Asesmen kepribadian modern yang bersifat biologis didasarkan pada asumsi bahwa sistem saraf (termasuk jaringan neuron otak) adalah kuncinya.Oleh karena itu asesmen kepribadian berusaha mengukur perilaku-perilaku yang terkait dengan sistem saraf. Yang lebih menarik adalah usaha-usaha masa kini yang lebih berfokus pada sistem saraf dengan cara mengamati otak dengan menggunakan citra PET (positron emission tomography).7
Keunggulan dari pengukuran ini dapat mengungkap reaksi individu tanpa mengandalkan laporan diri atau penilaian analisis; namun bisa menjadi sulit atau mahal untuk digunakan hubungan antara hasil biologis dan pola perilaku yang kompleks/tidak sederhana.7
Contoh pengukuran biologis: waktu reaksi, kelembaban kulit, pencitraan positron emission topography (PET).7
5.    Observasi Perilaku
Francis Galton, ilmuwan Inggris abad ke-19, memelopori pendekatan dalam memahami perbedaan individual, termasuk teknik observasi perilaku. Dalam laboratorium antropomorfisnya, Galton mengumpulkan semua jenis pengukuran fisik orang, dan ia kemudian mulai mempelajarai reaksi mereka dalam situasi yang terkontrol (Galton, 1970).7
Penggunaan observasi perilaku mengasumsikan bahwa perilaku saat ini adalah prediktor valid dan reliabel akan perilaku di masa depan. Keunggulan observasi perilaku adalah dapat menangkap apa yang sebenarnya orang lakukan, namun dapat sulit diinterpretasikan sebagai kepribadian, atau tidak mewakili keseluruhan tentang perilaku seseorang.7
6.    Wawancara
Wawancara klasik dalam psikologi adalah wawancara psikoterapi, dimana klien menceritakan pengalaman hidupnya yang penting atau bermasalah.7
Keunggulan mengukur kepribadian dengan wawancara adalah dapat menggali informasi seecara mendalam dan dapat menggunakan pertanyaan lanjutan sehingga sangat fleksibel; namun bisa terkena bias dari pewawancara atau responden, mahal, dan menghabiskan waktu.7
7.    Perilaku Ekspresif
Menilai dari perilaku ekspresif adalah cara yang baik untuk melihat karisma pribadi—cara ini lebih valid, namun juga lebih menuntut kemampuan yang tinggi dari penganalisis.7
Sebagai contoh, orang-orang dari bagian selatan yang cenderung lambat karena merupakan budayanya, berbeda dengan logat orang-orang Newyork yang mungkin merupakan kepribadian.7
Keunggulan menilai dengan perilaku ekspresif ini dapat menangkap gaya perilaku unik yang sebenarnya, termasuk perilaku yang samar dan emosi; namun dapat juga sulit untuk ditangkap, dikodekan, dan diinterpretasikan.7
8.    Analisis Dokumen dan Riwayat Hidup
Mungkin tidak mengejutkan untuk mengetahui bahwa catatan harian dan catatan pribadi lainnya dapat menjadi sumber informasi yang kaya mengenai kepribadian. Gordon Allport menganggap surat dan catatan harian sebagai sumber yang sempurna untuk studi mengenai perubahan kepribadian (karena benda-benda itu ditulis salam jangka waktu yang lama) dan berpendapat bahwa surat dan catatan harian ini dapat menjadi ujian yang baik mengenai nilai sebuah teori kepribadian.7
Keunggulan menganalisis dokumen adalah dapat digunakan untuk menganalisis individu selama jangka waktu yang lama, detail, dan objektif, bahkan bisa digunakan untuk orang yang sudah meninggal; namun hanya menunjukkan aspek-aspek tertentu dari seseorang, dan mungkin tidak tersedia dalam peristiwa penting.7
9.    Projective Test
Tes proyektif adalah teknik asesmen yang berusaha mempelajari kepribadian melalui penggunaan stimulus, tugas, atau situasi yang relatif tidak terstruktur, karena tes ini memungkinkan seseorang untuk “memproyeksikan” motivasi dalam dirinya ke alat tes yang diberikan. Selain membuat gambar, tes proyektif juga mencakup bercerita, melengkapi kalimat, dan melakukan asosiasi kata.7
Keunggulannya dapat menggali lebih dalam dan menganalisis aspek yang tidak dapat terungkap dalam laporan diri, dapat memunculkan pemahaman untuk penelitian lebih lanjut; namun sering memiliki masalah reliabilitas dan validitas.7
Contoh dari tes proyektif ini adalah: Draw-A-Person, Inkblot Rorsachach; Thematic Apperception Test (TAT).7
10.     Demografi dan Gaya Hidup
Demografi adalah semua informasi data statistik yang relevan mengenai populasi, misalnya umur, budaya, tempat lahir, agama, besar keluarga, dst. Namun, jika suatu demografi tidak dikaitkan dengan informasi demografi lain, maka bisa menyesatkan, seperti halnya kasus saudara kembar yang memiliki karakteristik demografis yang sama tetapi memiliki kepribadian yang sangat berbeda.7
Keunggulan menggunakan demografi adalah dapat menunjukkan kerangka dan pengelompokkan dimana individu hidup; namun pada dasarnya tidak menceritakan banyak mengenai orang itu sendiri.7
C.     TES MINNESOTA MULTIPHASIC PERSONALITY INVENTORY
MMPI 2 adalah suatu tes psikologi untuk mengidentifikasi psikopatologi dan tipe  kepribadian seseorang. Penggunaan MMPI 2 dapat membantu penentuan pola  perilaku, pola berpikir serta kekuatan ego seseorang dimana data tersebut sangat  berguna bagi konselor dan terapis.8
MMPI merupakan instrumen psikiatri dan psikologi yang cukup popular dan banyak digunakan untuk penelitian maupun skrining penerimaan atau penempatan pegawai, pengukuran fungsi mental, prediksi perilaku dengan melihat  psikopatologi yang terjadi. MMPI-2 juga sering digunakan sebagai skrining maupun penelitian dalam penjara.9  
MMPI mulai dikembangkan sejak akhir 1930-an oleh Starke R. Hathaway, PhD (psikolog) dan J. Charnley Mc Kinley, MD (psikiater), dirumah sakit dari  Universitas Minnesota, Minneapolis, USA. MMPI dipublikasikan pertama kali  pada tahun 1943 dengan beberapa skala yang masih sedikit kemudian berkembang sampai saat ini.10
MMPI sebagai tes kepribadian merujuk pada pembahasan ada tidaknya  psikopatologi karena statemen pertanyaannya membandingkan kelompok Normatif normal dengan kelompok kasus. Pertanyaannya berupa statemen yang  dijawab ya atau tidak dan bersifat umum yang biasanya dimodifikasi sesuai  budaya setempat dan terdiri dari 567 pertanyaan. MMPI-2 versi Indonesia mulai  divalidasi tahun 2003, diawali dengan studi kepustakaan pada Januari-Februari 2003, dilanjutkan dengan tes validitas. MMPI 2 disempurnakan kembali dalam buku panduan edisi Januari 2011 sebagai MMPI-2Dx.8
Struktur MMPI 2 Dx terdiri dari :11
1.      Skala Validitas
Merupakan indikator untuk menilai apakah peserta tes telah menjawab pertanyaan  tes sesuai dengan kondisi peserta tes. Peserta tes mungkin menjawab tes dengan  berbagai kemungkinan: banyak jawaban dikosongkan, secara random, tidak  konsisten atau distorsi dari keadaan yang sebenarnya
-Cannot say (soal tes tak terjawab)
- Monitoring inkonsisten (Vrin dan Trin)
- Monitoring infrekwen (F,Fb, Fp)
- Monitoring sikap defensive(L,K,S,FBS,Fs)
- Monitoring overreporting dan underreporting tambahan (Ds, Dsr, Od, Esd, Wsd, Mp, Ss)
2. Skala Klinik dan Sub SkalaKlinik
- Skala 1: Hypochondriasis (Hs)
- Skala 2: depression (D)
- Skala 3: hysteria (Hy)
- Skala 4: psychopathic deviate (Pd)
- Skala 5: masculinity - feminity (Mf)6
- Skala 6: paranoid (Pa)
- Skala 7: psychastenia (Pt)
- Skala8: schizophrenia (Sc)
- Skala 9: hypomania (Ma)
- Skala 0: social introversion (Si)
3. Skala Restructured Clinical atau RC (inti dari skala klinik)
Dikembangkan oleh Tellegen dkk (2003) untuk mengurangi kendala pada skala klinik yang heterogen karena skala klinik sebagian besar dipengaruhi oleh  unsur emosional dan maladjustment. Restructure clinical scale berusaha mengeluarkan faktor general stress, maladjustment dan demorali zation dari skala klinik. Terdiri dari 9 skala yaitu:
-          Demoralization (RCd)
Merupakan indikator unhappiness dan dissatisfaction. Skor tinggi ≥ 65  mencerminkan cemas, depresi dan tegang. Merasa tidak aman, pesimistik, rendah
diri dan resiko bunuh diri. Skor sangat tinggi ≥ 75 menunjukkan ketidakmampuan   untuk mengatasi keadaan.
-          Somatic complaints (RC1)
Makin tinggi skor makin kuat interpretasi kearah faktor psikologis. Skor ≥ 65
menunjukkan banyak keluhan fisik, preokupasi pada kesehatannya, capek, lemah,
sakit kronik dan stress atau kesulitan dalam hubungan interpersonal. Skor sangat tinggi ≥ 75 sangat mengeluh sakit fisik dan sangat preokupasi sakit fisik serta menolak semua penjelasan secara psikologik.
-          Low positive emotions (RC2)
Indikator yang bagus untuk depresi. Skor tinggi ≥ 65 mengalami depresi anhedonia, rasa tidak aman, pesimistik, menyendiri, rasa bosan, tak bersemangat  dan pasif.
-          Cynicism (RC3)
Sulit membina hubungan harmonis dengan orang lain. Skor ≥ 65 adalah orang lain tidak dapat dipercaya, mementingkan diri dan eksploitatif. Skor ≤ 40 menunjukkan naïf, mudah tertipu dan percaya berlebihan pada orang lain.
-          Antisocial behavior (RC4)
Skor tinggi ≥ 65 menunjukkan perilaku antisocial, agresif, marah-marah,  argumentative, sulit mentaati peraturan yang berlaku, resiko tinggi memakai narkoba dan seks bebas serta cenderung terjadi konflik dengan orang lain.
-          Ideas of persecution (RC6)
Indikator untuk kecurigaan sampai dengan waham paranoid. Skor tinggi ≥ 65  menunjukkan ide paranoid menonjol, merasa terancam oleh kedengkian orang  lain, merasa menjadi korban niat jahat orang lain, sangat mencurigai orang lain  dan merasa diperlakukan tidak adil.
-          Dysfunctional negative emotions (RC7)
Merupakan indikator emosi negatif. Skor tinggi ≥ 65 menunjukkan cemas, marah, khawatir berlebihan, sensitif terhadap kritik, sedih, preokupasi pada kegagalan,  merasa bersalah, merasa tidak aman dan merasa sangat terganggu.
-          Aberrant experiences (RC8)
Indikator pemikiran dan pengalaman yang aneh. Skor ≥ 65 menunjukkan  karakter
skizotipal.skor sangat tinggi ≥ 75 untuk melihat kemungkinan skizofrenia, gangguan waham dan gangguan skizoafektif.
-          Hypomanic activation (RC9)
Merupakan indikator gejala hipomanik. Skor ≥ 65 menunjukkan harga diri melambung, sangat energik, sensation
-          Seeking
Berani melakukan tindakan beresiko tinggi, agresif, impulsif, euforia, pencepatan pikiran dan kebutuhan tidur berkurang. Skor sangat tinggi ≥ 75 kemungkinan manik atau episode hipomanik (mungkin gangguan bipolar).
4. Skala
Content dan Skala Content Component Dikelompokkan menjadi 4 yaitu
· kelompok internal symptom
O Anxiety (ANX)
O Fears (FRS)
O Obsessions (OBS)
O Depressions (DEP)
O Health Concerns (HEA)
O Bizarre Mentation (BIZ)
· kelompok eksternal atau aggressive tendencies
O Anger (ANG)
O Cynicism (CYN)
O Antisocial Pratices (ASP)
O Type A (TPA)
· kelompok devalued view of the self
O Low self esteem (LSE)
· kelompok general problem areas
O Social Discomfort (SOD)
O Family Problem (FAM)
O Work Interference (WRK)
O Negative Treatment Indicators (TRT)
5. Skala suplemen
Dikelompokkan menjadi :
- Broad personality characteristics
Skala ini ada 5 skala yaitu: ansietas (A), Represi (R),  Ego strength (Es),  Dominansi (Do), Responsibility (Re) Skala ini baik apabila nilai ≥65. Skala ini untuk mengukur ansietas, adaptasi,  fleksibilitas, kemampuan mengatasi masalah, rasa percaya diri, tanggung jawab.
-          Generalized emotional distress
Skala ini ada 3 yang dilihat yaitu : Maladjustment (Mt), Post Traumatic Stress Disorder-Keane(PK) , Marital Distress (MDS)
-          Behavioural dyscontrol
Skala ini terdiri dari 5 skala yaitu : Hostility (Ho) , Over-controlled  hostility (OH), Mac–Andrew Alcoholism Revisid (MAC-R), Addiction Admission Scale (AAS ), Addictional Potensial Scale (APS) 10
-          Gender role
Terdiri dari 2 macam skala yaitu : Gender Role – Masculine (GM), Gender Role – Feminine (GF)
6. Skala Personality Psychopathology Five
Psy-5 meliputi aggressiveness (AGGR), psychoticism (PSYC), discotraint (Disc), negative emotionality/neuroticism (NEGE), introversion/low positive emotionality (INTR)
7. Skala tambahan
8. Code type adalah skala – skala klinik dengan skor T tertinggi.


BAB III
KESIMPULAN
Tes kepribadian merupakan tes berupa kuesioner atau instrumen standar lainnya yang didesain untuk mengungkapkan sifat-sifat, aspek-aspek, karakter maupun ciri-ciri kepribadian seseorang. Tes kepribadian bukan tes untuk menjawab pertanyaan mana yang benar dan mana yang salah. Jawaban tes peserta digunakan sebagai analisis untuk menghasilkan respon yang konon merupakan kepribadian dari peserta.
Terdapat beberapa tipe-tipe tes kepribadian yaitu Tes Laporan Diri (Self Report), Tes Q-Sort, Penilaian Orang Lain, Pengukuran Biologis, Observasi Perilaku, Wawancara, Perilaku Ekspresif, Analisis Dokumen dan Riwayat Hidup, Projective Test, Demografi dan Gaya Hidup.








DAFTAR PUSTAKA
1.      Chabib Toha. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2008.
2.      Sujanto A, Lubis H, Hadi T. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara. 2014.
3.      Chaplin JP. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2011.
4.      American Psychological Association (APA). Personality. [cited 22 Oktober 2017]. Available from : http://www.apa.org/topics/personality/.
5.      Baharuddin H. Pendidikan & Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
6.      Mark P. Personality Questionnaires : Memahami Kuesioner Kepribadian. Jakarta; Tiga Serangkai.
7.      Friedman, Howard S., Schustack, Miriam W. Personality: Classic Theories and Modern Research 5th Edition. 2010.
8.      Kasan,H. Buku Panduan dan Kumpulan Kasus Workshop MPI-2Dx. Profesional Training Center “NL”. Jakarta, Indonesia. 2011.
9.      Craig, R. MMPI-Based Forensic Psychological Assessment of Lethal Violence. In: Hall H, editors. Forensic Psychology and Neuropsychology for Criminal and Civil Cases. New York. Tailor & Francis Group. 2008. P;393-412.
10.  Gunawan, E. Hubungan Kecenderungan Psikopatologi Kepribadian MMPI-2 dengan Kejadian Depresi pada Penderita Cedera Kepala Ringan. Semarang. Universitas Diponegoro. Tersedia di: http://eprints.undip.ac.id/12890/. 2008.
11.  Ni Ketut Putri. Gambaran Ego Strenght, Dominasi dan Responsibility Pada Peserta Didik Program Pendidikan Spesialis Neurologi FK UNUD Denpasar. Denpasar. 2012.

No comments:

Post a Comment

Alat Tempur Anastesi

             Inilah Beberapa alat-alat dan obat-obatan yang digunakan di bidang anastesi.  1. Cairan   Kristaloid Koloid ...