Search This Blog

Sunday, October 14, 2018

LAPORAN KASUS IMPETIGO KRUSTOSA



BAB 1
PENDAHULUAN
Impetigo adalah pioderma superfisialis (terbatas pada epidermis). Terdapat 2 bentuk impetigo ialah impetigo krustosa dan impetigo bullosa.1 Impetigo lebih sering terjadi pada usia anak-anak walaupun pada orang dewasa dapat terjadi. Penularan impetigo tergolong tinggi, terutama melalui kontak langsung. Individu yang terinfeksi dapat menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah menggaruk lesi.2
Impetigo krustosa adalah penyakit infeksi oleh bakteri Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes atau keduanya yang terjadi pada kulit bagian epidermis.2 Impetigo krustosa merupakan jenis piogenik yang paling banyak ditemukan di dunia (70% dari kasus impetigo). Di Amerika, setiap tahunnya kejadian impetigo sebesar 2,8% pada anak-anak usia kurang dari 5 tahun dan 1,6% pada anak-anak di atas usia 5 tahun hingga usia 15 tahun.3
Gambaran klinis impetigo krustosa ditunjukkan dengan terdapatnya makula atau papula tunggal berwarna merah yang secara cepat berubah menjadi vesikel. Vesikel ini mudah pecah sehingga membentuk sebuah erosi, dan ketika isi dari vesikel ini mengering terbentuk sebuah krusta dengan warna kekuningan seperti madu. Tanda klinis ini biasa terdapat pada daerah wajah (terutama disekitar hidung dan mulut), leher, punggung, dan ekstremitas. Umumnya lesi nyeri dan disertai dengan demam.4



BAB II
LAPORAN KASUS
A.    Resume
Seorang anak perempuan berusia 8 tahun dibawa oleh Ibu dan tantenya ke poli Balai Kesehatan Kulit, Kelamin dan Kosmetik dengan keluhan terdapat luka seperti melepuh pada kulit. Menurut Ibu pasien, luka pada lipatan ketiak yang dialami sejak 4 hari yang lalu dan luka pada wajah sejak 2 hari yang lalu. Awalnya berupa bercak kemerahan menjadi benjolan yang berisi cairan lalu pecah menjadi luka yang seperti melepuh. Gatal dirasakan kadang-kadang. Pasien tidak pernah mengalami demam. Berdasarkan keterangan Ibu pasien, pasien pernah terjatuh dari sepeda beberapa minggu yang lalu sehingga terdapat luka pada kaki dan tangan. Riwayat penyakit sebelumnya disangkal. Riwayat penyakit dalam keluarga ada kakak sepupu yang menderita hal yang sama . Riwayat alergi makanan disangkal. Keadaan umum sakit ringan, kesadaran composmentis, gizi cukup, tanda-tanda vital dalam batas normal.

B.     Status Dermatologis
Lokasi                         : Badan, Wajah, Lipatan Ketiak, Tangan dan Kaki
Jumlah                        : Tidak terhitung (banyak)
Warna Kulit                : Sawo matang
Effloresensi                 : Makula Eritem, Papul , Vesikel, Krusta
Ukuran lesi                  : Miliar, Lentikular, Numular
Bentuk lesi                  : Berbentuk korimbiformis
Batas lesi                     : Tegas
Konsistensi lesi           : Padat
Nyeri tekan lesi           : Tidak ada
 
Gambar 1. Tampak lesi eritema dan vesikel yang pecah menjadi krusta di wajah dan sekitar hidung dan mulut

   
Gambar 2. Lesi eritematous dan papul pada daerah lipatan ketiak dan inguinal sinistra 



Gambar 3. Lesi krusta pada tangan dan kaki

C.    Diagnosa Banding
·         Virus Herpes Simplex
·         Dermatitis Atopik
·         Ektima

D.    Diagnosis
Berdasarkan hasil anamnesis, dan pemeriksaan fisik pasien di diagnosa dengan Impetigo Krustosa.
E.     Penatalaksanaan
·         Kompres Nacl
·         Cefadroxil syrp 2x1
·         Cetrizine 1x1
·         Asam fusidat cream 2 %
BAB III
PEMBAHASAN

 Impetigo krustosa adalah penyakit infeksi oleh bakteri Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes atau keduanya yang terjadi pada kulit bagian epidermis. Penyakit ini biasanya terjadi pada anak-anak, walaupun tidak jarang terjadi pada usia dewasa dan sering terjadi di negara-negara tropis.2 Impetigo disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau streptococcus beta hemoliticus grupA ( Streptococcus pyogenes). Staphylococcus merupakan patogen primer pada impetigo krustosa dan echyma.
Impetigo menyebar melalui kontak langsung dengan lesi (daerah kulit yang terinfeksi). Pasien dapat lebih jauh menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah garukan lesi. Infeksi seringkali menyebar dengan cepat pada sekolah atau tempat penitipan anak dan juga pada tempat dengan higiene yang buruk atau tempat tinggal yang padat penduduk.2
   Diagnosis Impetigo Krustosa dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.  Dari anamnesis, keluhan pasien adalah  luka pada lipatan ketiak yang dialami sejak 4 hari yang lalu dan luka pada wajah sejak 2 hari yang lalu. Awalnya berupa bercak kemerahan menjadi benjolan yang berisi cairan seperti melepuh lalu pecah menjadi luka . Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa keluhan utama dan keluhan tambahan berupa eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga jika penderita datang berobat yang terlihat ialah krusta tebal berwarna kuning seperti madu. Tempat predileksi di muka, yakni di sekitar lubang hidung dan mulut.1
Berdasarkan keterangan Ibu pasien, pasien pernah terjatuh dari sepeda beberapa minggu yang lalu sehingga terdapat luka pada kaki dan tangan. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang mengatakan Impetigo krustosa dapat terjadi ketika terdapat trauma kecil pada bagian kulit sehingga memudahkan untuk bakteri masuk ke bagian epidermis kulit secara langsung.2,3
      Sedangkan berdasar pada status dermatologi didapatkan lesi makula eritema , vesikel, dan krusta. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa lesinya berupa papula eritema kecil,  berbentuk bulat dengan ukuran diameter 1-2 mm. Selanjutnya pada papula tersebut terbentuk vesikel atau pustule yang mudah pecah dan meninggalkan bentuk erosi. Cairan serosa dan purulen akan membentuk krusta tebal berwarna kekuningan seperti madu (Honey collored). Lesi ini akan melebar sampai 1-2 cm dan disertai lesi satelit disekitarnya.5
       Patomekanisme impetigo krustosa dimulai ketika trauma kecil terjadi pada kulit normal sebagai portal of entry yang terpapar oleh kuman melalui kontak langsung dengan pasien atau dengan seseorang yang menjadi carrier. Kuman tersebut berkembang biak dikulit dan akan menyebabkan terbentuknya lesi dalam satu sampai dua minggu.6
       Impetigo krustosa sangat menular, berkembang dengan cepat melalui kontak langsung dari orang ke orang. Impetigo banyak terjadi pada musim panas dan cuaca yang lembab. Pada anak-anak sumber infeksinya yaitu binatang peliharaan, kuku tangan yang kotor, anak-anak lainnya di sekolah, daerah rumah kumuh.6
Diagnosa banding yang didapat diantaranya : Ektima tampak sebagai krusta tebal berwarna kuning dengan dasar ulkus, biasanya berlokasi pada tungkai bawah.1 Dermatitis Atopik memiliki keluhan gatal, kemerahan, kulit bersisik, biasanya di temukan lesi krusta pada permukaan ekstensor, pipi atau kulit kepala.7  Herpes Simplex Virus berupa vesikel yang berdasar eritem pecah sehingga menimbulkan erosi yang dikelilingi oleh krusta, terjadi pada kulit dan bibir.8
Prinsip pengobatan impentigo krustosa yaitu perawatan luka dengan menggunakan antibiotik. Terapi antibiotik bisa dengan menggunakan antibiotik topikal saja atau kombinasi dengan antibiotik sistemik.
Penatalaksanaan diberikan kompres Nacl, Cefadroxil syrp 2x1, Cetirizine tab 1x1, Gentamisin/asam fusidat.
Kompres Nacl bertujuan untuk merawat luka serta mengangkat serpihan serpihan krusta pada daerah lesi.9
Cefadroxil ialah antibiotik yang mempunyai mekanisme menghambat sintesa dinding sel bakteri dengan cara cefadroxil aktif terhadap streptococcus aureus, yang merupakan penyebab impentigo krustosa.10
Cetirizine yaitu antihistamin selektif antagonis reseptor H1 periferal dengan efek sedative yang rendah pada dosis aktif farmakologi dan mempunyai sifat tambahan sebagai anti alergi mempunyai mekanisme menghambat pelepasan histamin pada fase awal dan mengurangi migrasi sel inflamasi.
Asam Fusidat merupakan antibiotik yang berasal dari fusidium coccineum. Mekanisme kerja asam fusidat yaitu menghambat sintesis protein. Salep atau krim fusidat 2% aktif melawan kuman gram positif dan telah teruji sama efektif dengan mupirocin topikal.11
Prognosis dubia et bonam apabila tidak ada penyakit sebelumnya. Impetigo dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari atau minggu jika area yang terinfeksi dijaga kebersihannya dan tidak menggaruk lesi. Namun, bila tidak diobati impentigo krustosa dapat bertahan dan menyebabkan lesi pada tempat baru serta menyebabkan komplikasi berupa ektima, dan dapat menjadi erisepelas, selulitis, atau bakteriemi.12
Edukasi pada pasien ialah membersihkan lesi-lesi pada tubuh pasien dengan cara rendam kain bersih ke dalam setengah cangkir cuka putih dalam 1 liter air hangat lalu kompres ke daerah yang lesi, menjauhkan sementara anak-anak dari tempat-tempat yang dapat menjadi sumber penyebaran infeksi, tutup area yang lesi dan setelah mengoleskan krim atau salep antibiotik sebaiknya mencuci tangan, hindari kontak dengan orang lain, pasien dianjurkan untuk menggunakan handuk, dan pakaian tersendiri, menyetrika atau mencuci pakaian pasien dengan air yang panas.12

BAB IV
KESIMPULAN
Impetigo krustosa adalah penyakit infeksi oleh bakteri Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes atau keduanya yang terjadi pada kulit bagian epidermis.
Impetigo menyebar melalui kontak langsung dengan lesi (daerah kulit yang terinfeksi). Pasien dapat lebih jauh menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah garukan lesi. Infeksi seringkali menyebar dengan cepat pada sekolah atau tempat penitipan anak dan juga pada tempat dengan higiene yang buruk atau tempat tinggal yang padat penduduk.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisis yang telah dilakukan ditemukan vesikel dengan dasar eritema yang sebagian pecah menjadi krusta serta terdapat riwayat trauma dan riwayat keluarga yang menderita penyakit yang sama. Diagnosis Impetigo Krustosa dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

BAB V
KAJIAN ISLAM
Kedudukan Kesehatan Dalam Islam
Quraish Shihab dalam bukunya “Wawasan Al Qur’an” menyebutkan bahwa Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta dan keturunan. Setidaknya tiga dari yang disebutkan tersebut berkaitan dengan kesehatan (kedokteran). Hal ini sejalan dengan kesepakatan ulama yang menyatakan bahwa Islam bertujuan untuk memelihara lima hal pokok, yakni agama (hifdh diin), kehidupan (hifdh al-nafs), keturunan (hifdh al-nasl), akal (hifdh al-‘aql) dan harta (hifdh al-maal).
Menurut Prof. Dr. Quraish Shihab sebagaimana yang dikutip oleh Ade Hasman dalam bukunya Rahasia Kesehatan Rasulullah, ada dua istilah yang berkaitan dengan kesehatan yang sering digunakan dalam kitab suci, yaitu “sehat” dan “afiat”. Dalam kamus bahasa arab, kata afiat diartikan sebagai perlindungan Allah untuk Hamba-Nya dari segala macam bencana dan tipu daya. Perlindungan itu tentu tidak dapat diperoleh secara sempurna. Kecuali bagi mereka yang mengindahkan petunjuk-petunjuk-Nya.22
Oleh karena itu, kata afiat dapat diartikan berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya.Jika sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan maka agaknya dapat dikatakan mata yang sehat adalah mata yang dapat meihat dan membaca tanpa menggunakan kacamata.Akan tetapi, mata yang afiat adalah yang dapat melihat dan membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari objek-objek yang terlarang. Oleh karena itu, fungsi yang diharapkan dari penciptaan mata.
Sehat menurut WHO (World Health Organization) adalah memperbaiki kondisi manusia baik jasmani, rohani ataupun akal, sosial dan bukan semata-mata memberantas penyakit. Dalam bahasa arab kata sehat diungkapkan dengan kata “as-sihhah” atau yang seakar dengan keadaan baik, bebas dari penyakit dan kekurangan serta dalam keadaan normal. Definisi kesehatan menurut Organisai Kesehatan Sedunia sebagiamana berikut: “health is defined as a state of complete physical, mental, and social wellbeing and not merely the absense of disease or infirmity.23
Tujuan utama pengobatan adalah memenuhi tujuan kedua shari'at, melindungi hidup, hifdh al nafs. Pengobatan tidak bisa mencegah atau mengundurkan kematian karena perkara-perkara itu hanya di tangan Allah. Tetapi menjaga kualitas tinggi hidup sampai ditetapkannya waktu kematian. Pengobatan memberikan kontribusi untuk melindungi dan menjaga kelanjutan kehidupan dengan fungsi gizi yang baik. Pengetahuan medis digunakan untuk mencegah penyakit yang melemahkan kesehatan manusia. Pengobatan penyakit dan rehabilitasi mendorong kearah kualitas kesehatan yang lebih baik.21
     Di antara hal yang paling menarik dalam hal ini adalah di mana seorang manusia menghadapi ujian berupa sakit.Tentu keadaan sakit ini lebih sedikit dan sebentar dibanding keadaan sehat. Yang perlu diketahui oleh setiap muslim adalah tidaklah Allah menetapkan (mentaqdirkan) suatu taqdir melainkan di balik taqdir itu terdapat hikmah, baik diketahui ataupun tidak. Dengan demikian, hati seorang muslim harus senantiasa ridho dan pasrah kepada ketetapan Rabb-nya.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang muslim yang tertimpa gangguan berupa penyakit atau semacamnya, kecuali Allah akan menggugurkan bersama dengannya dosa-dosanya, sebagaimana pohon yang menggugurkan dedaunannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Jabir bin ‘Abdullah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أَصَابَ الدَّوَاءُ الدَّاءَ، بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)




Selain itu, Allah berfirman menceritakan kekasih-Nya, Ibrahim ‘alaihissalam,
Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku.” [QS Asy Syu’ara: 80]
Maka obat dan dokter hanyalah cara kesembuhan, sedangkan kesembuhan hanya datang dari Allah. Karena Dia sendiri menyatakan demikian, “Dialah yang menciptakan segala sesuatu.” Semujarab apapun obat dan sesepesialis dokter itu, namun jika Allah tidak menghendaki kesembuhan, kesembuhan itu juga tidak akan didapat. Bahkan jika meyakini bahwa kesembuhan itu datang dari selain-Nya, berarti ia telah rela keluar dari agama dan neraka sebagai tempat tinggalnya kelak jika tidak juga bertaubat. Dan fenomena ini kerap dijumpai di banyak kalangan, entah sadar atau tidak. Seperti ucapan sebagian orang, “Tolong sembuhkan saya, Dok .”Meski kalimat ini amat pendek, namun akibatnya sangat fatal, yaitu dapat mengeluarkan pengucapnya dari Islam. Sepantasnya setiap muslim berhati-hati dalam setiap gerak-geriknya agar ia tidak menyesal kelak.






DAFTAR PUSTAKA

1.      Djuanda. 2011. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2.      Cole. Charles., MD, Gazewood, John., MD. 2007. Diagnosis and Treatment of Impetigo. American Family Physician : USA.
3.      Koning S., R, van der Sande., AP, Veragen., et all. 2012. Intervention for Impetigo. The Cochrane Collaboration: Amsterdam.
4.      M. Beheshti., Sh, Ghotbi. 2007. Impetigo, a Brief Review. Family Physician, Fasa Medical School: Iran.
5.      M. Rifa’atul., H, Syafei. 2014. Impetigo Krustosa Multiple In Three Years Old Children. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
6.      L. Lisa. 2016. Impetigo. Di akses dari http://emedicine.medscape.com/article/965254-overview#a3 pada tanggal 30 september 2017.
7.      B. Cassandra. 2016. Atopic Dermatitis in Emergency Medicine Clinical Presentation. http://emedicine.medscape.com/article/762045-clinical#b2 Diakses pada 30 September 2017
8.      P. Swetha. 2016. Pediatric Herpes Simplex Virus Infection. Diakses di http://emedicine.medscape.com/article/964866-overview pada tanggal 30 september 2017
9.      L. Lisa. 2016. Impetigo Treatment & Management. Diakses pada http://emedicine.medscape.com/article/965254-treatment#d10 tanggal 30 September 2017.
10.  J. Trozak., J. Tennenhouse. 2007. Impetigo (Impetigo Crustosa). In : Skolnik N.S(eds). Dermatology Skills For Primary Care : An Ilustrated Guide. New Jersey: Humana Press.
11.  BM. Prashant, T. Anil, M. Trilok, KL. Bairy. 2013. Fusidic Acid Topical Antimicrobial In The Management Of Staphylococcus Aureus. Diakses di http://www.ijppsjournal.com/Vol5Suppl4/7949.pdf pada tanggal 03 Oktober 2017.
12.  O. Amanda. 2009. Management of Impetigo. Diakses di http://www.bpac.org.nz/BPJ/2009/february/docs/bpj19_impetigo_pages_8-11.pdf pada tanggal 03 Oktober 2017.

No comments:

Post a Comment

Alat Tempur Anastesi

             Inilah Beberapa alat-alat dan obat-obatan yang digunakan di bidang anastesi.  1. Cairan   Kristaloid Koloid ...