BAB 1
PENDAHULUAN
Impetigo
adalah pioderma superfisialis (terbatas pada epidermis). Terdapat 2 bentuk
impetigo ialah impetigo krustosa dan impetigo bullosa.1 Impetigo
lebih sering terjadi pada usia anak-anak walaupun pada orang dewasa dapat
terjadi. Penularan impetigo tergolong tinggi, terutama melalui kontak langsung.
Individu yang terinfeksi dapat menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain
setelah menggaruk lesi.2
Impetigo krustosa adalah penyakit infeksi oleh
bakteri Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes atau keduanya yang
terjadi pada kulit bagian epidermis.2
Impetigo krustosa merupakan jenis piogenik yang paling
banyak ditemukan di dunia (70% dari kasus impetigo). Di Amerika, setiap
tahunnya kejadian impetigo sebesar 2,8% pada anak-anak usia kurang dari 5 tahun
dan 1,6% pada anak-anak di atas usia 5 tahun hingga usia 15 tahun.3
Gambaran klinis impetigo krustosa ditunjukkan dengan
terdapatnya makula atau papula tunggal berwarna merah yang secara cepat berubah
menjadi vesikel. Vesikel ini mudah pecah sehingga membentuk sebuah erosi, dan
ketika isi dari vesikel ini mengering terbentuk sebuah krusta dengan warna
kekuningan seperti madu. Tanda klinis ini biasa terdapat pada daerah wajah
(terutama disekitar hidung dan mulut), leher, punggung, dan ekstremitas.
Umumnya lesi nyeri dan disertai dengan demam.4
BAB
II
LAPORAN
KASUS
A.
Resume
Seorang
anak perempuan berusia 8 tahun dibawa oleh Ibu dan tantenya ke poli Balai
Kesehatan Kulit, Kelamin dan Kosmetik dengan keluhan terdapat luka seperti
melepuh pada kulit. Menurut Ibu pasien, luka pada lipatan ketiak yang dialami sejak
4 hari yang lalu dan luka pada wajah sejak 2 hari yang lalu. Awalnya berupa
bercak kemerahan menjadi benjolan yang berisi cairan lalu pecah menjadi luka
yang seperti melepuh. Gatal dirasakan kadang-kadang. Pasien tidak pernah
mengalami demam. Berdasarkan keterangan Ibu pasien, pasien pernah terjatuh dari
sepeda beberapa minggu yang lalu sehingga terdapat luka pada kaki dan tangan.
Riwayat penyakit sebelumnya disangkal. Riwayat penyakit dalam keluarga ada
kakak sepupu yang menderita hal yang sama . Riwayat alergi makanan disangkal.
Keadaan umum sakit ringan, kesadaran composmentis, gizi cukup, tanda-tanda
vital dalam batas normal.
B.
Status
Dermatologis
Lokasi : Badan,
Wajah, Lipatan Ketiak, Tangan
dan Kaki
Jumlah :
Tidak terhitung (banyak)
Warna Kulit : Sawo
matang
Effloresensi : Makula
Eritem, Papul , Vesikel, Krusta
Ukuran lesi :
Miliar, Lentikular, Numular
Bentuk lesi :
Berbentuk korimbiformis
Batas lesi :
Tegas
Konsistensi lesi :
Padat
Nyeri tekan lesi :
Tidak ada
Gambar
1. Tampak lesi eritema dan vesikel yang pecah menjadi krusta di wajah dan
sekitar hidung dan mulut
Gambar
2. Lesi eritematous dan papul pada daerah lipatan ketiak dan inguinal sinistra
Gambar 3. Lesi krusta pada tangan dan kaki
C. Diagnosa Banding
·
Virus Herpes Simplex
·
Dermatitis Atopik
·
Ektima
D.
Diagnosis
Berdasarkan
hasil anamnesis, dan pemeriksaan fisik pasien di diagnosa dengan Impetigo
Krustosa.
E. Penatalaksanaan
·
Kompres
Nacl
·
Cefadroxil
syrp 2x1
·
Cetrizine
1x1
·
Asam
fusidat cream 2 %
BAB III
PEMBAHASAN
Impetigo krustosa
adalah penyakit infeksi oleh bakteri Staphylococcus aureus atau Streptococcus
pyogenes atau keduanya yang terjadi pada kulit bagian epidermis. Penyakit
ini biasanya terjadi pada anak-anak, walaupun tidak jarang terjadi pada usia
dewasa dan sering terjadi di negara-negara tropis.2 Impetigo disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau streptococcus
beta hemoliticus grupA ( Streptococcus pyogenes). Staphylococcus
merupakan patogen primer pada impetigo krustosa dan echyma.
Impetigo menyebar melalui
kontak langsung dengan lesi (daerah kulit yang terinfeksi). Pasien dapat lebih
jauh menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah garukan lesi. Infeksi
seringkali menyebar dengan cepat pada sekolah atau tempat penitipan anak dan
juga pada tempat dengan higiene yang buruk atau tempat tinggal yang padat
penduduk.2
Diagnosis
Impetigo
Krustosa dapat
ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis, keluhan pasien adalah luka pada lipatan
ketiak yang dialami sejak 4 hari yang lalu dan luka pada wajah sejak 2 hari
yang lalu. Awalnya berupa bercak kemerahan menjadi benjolan yang berisi cairan seperti
melepuh lalu pecah menjadi luka
. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa keluhan utama dan
keluhan tambahan berupa eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga jika
penderita datang berobat yang terlihat ialah krusta tebal berwarna kuning
seperti madu.
Tempat predileksi di muka, yakni di sekitar lubang hidung
dan mulut.1
Berdasarkan
keterangan Ibu pasien, pasien pernah terjatuh dari sepeda beberapa minggu yang
lalu sehingga terdapat luka pada kaki dan tangan. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang mengatakan Impetigo
krustosa dapat terjadi ketika terdapat trauma kecil pada bagian kulit sehingga
memudahkan untuk bakteri masuk ke bagian epidermis kulit secara langsung.2,3
Sedangkan berdasar pada status dermatologi
didapatkan lesi makula eritema , vesikel, dan krusta.
Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa lesinya berupa papula eritema kecil, berbentuk bulat dengan ukuran diameter 1-2
mm. Selanjutnya pada papula tersebut terbentuk vesikel atau pustule yang mudah
pecah dan meninggalkan bentuk erosi. Cairan serosa dan purulen akan membentuk
krusta tebal berwarna kekuningan seperti madu (Honey collored). Lesi ini akan
melebar sampai 1-2 cm dan disertai lesi satelit disekitarnya.5
Patomekanisme impetigo krustosa dimulai
ketika trauma kecil terjadi pada kulit normal sebagai portal of entry yang
terpapar oleh kuman melalui kontak langsung dengan pasien atau dengan seseorang
yang menjadi carrier. Kuman tersebut berkembang biak dikulit dan akan
menyebabkan terbentuknya lesi dalam satu sampai dua minggu.6
Impetigo krustosa sangat menular,
berkembang dengan cepat melalui kontak langsung dari orang ke orang. Impetigo
banyak terjadi pada musim panas dan cuaca yang lembab. Pada anak-anak sumber
infeksinya yaitu binatang peliharaan, kuku tangan yang kotor, anak-anak lainnya
di sekolah, daerah rumah kumuh.6
Diagnosa
banding yang didapat diantaranya : Ektima
tampak sebagai krusta tebal berwarna kuning dengan dasar ulkus, biasanya
berlokasi pada tungkai bawah.1 Dermatitis
Atopik memiliki keluhan gatal, kemerahan, kulit bersisik, biasanya di
temukan lesi krusta pada permukaan ekstensor, pipi atau kulit kepala.7
Herpes
Simplex Virus berupa vesikel yang berdasar eritem pecah sehingga
menimbulkan erosi yang dikelilingi oleh krusta, terjadi pada kulit dan bibir.8
Prinsip
pengobatan impentigo krustosa yaitu perawatan luka dengan menggunakan
antibiotik. Terapi antibiotik bisa dengan menggunakan antibiotik topikal saja
atau kombinasi dengan antibiotik sistemik.
Penatalaksanaan
diberikan kompres Nacl, Cefadroxil syrp 2x1, Cetirizine tab 1x1,
Gentamisin/asam fusidat.
Kompres Nacl
bertujuan untuk merawat luka serta mengangkat serpihan serpihan krusta pada
daerah lesi.9
Cefadroxil
ialah antibiotik yang mempunyai mekanisme menghambat sintesa dinding sel
bakteri dengan cara cefadroxil aktif terhadap streptococcus aureus, yang
merupakan penyebab impentigo krustosa.10
Cetirizine
yaitu antihistamin selektif antagonis reseptor H1 periferal dengan efek
sedative yang rendah pada dosis aktif farmakologi dan mempunyai sifat tambahan
sebagai anti alergi mempunyai mekanisme menghambat pelepasan histamin pada fase
awal dan mengurangi migrasi sel inflamasi.
Asam Fusidat
merupakan antibiotik yang berasal dari fusidium coccineum. Mekanisme kerja asam
fusidat yaitu menghambat sintesis protein. Salep atau krim fusidat 2% aktif
melawan kuman gram positif dan telah teruji sama efektif dengan mupirocin topikal.11
Prognosis
dubia et bonam apabila tidak ada penyakit sebelumnya. Impetigo dapat sembuh
dengan sendirinya dalam beberapa hari atau minggu jika area yang terinfeksi
dijaga kebersihannya dan tidak menggaruk lesi. Namun, bila tidak diobati
impentigo krustosa dapat bertahan dan menyebabkan lesi pada tempat baru serta
menyebabkan komplikasi berupa ektima, dan dapat menjadi erisepelas, selulitis,
atau bakteriemi.12
Edukasi pada
pasien ialah membersihkan lesi-lesi pada tubuh pasien dengan cara rendam kain
bersih ke dalam setengah cangkir cuka putih dalam 1 liter air hangat lalu
kompres ke daerah yang lesi, menjauhkan sementara anak-anak dari tempat-tempat
yang dapat menjadi sumber penyebaran infeksi, tutup area yang lesi dan setelah
mengoleskan krim atau salep antibiotik sebaiknya mencuci tangan, hindari kontak
dengan orang lain, pasien dianjurkan untuk menggunakan handuk, dan pakaian
tersendiri, menyetrika atau mencuci pakaian pasien dengan air yang panas.12
BAB IV
KESIMPULAN
Impetigo
krustosa adalah penyakit infeksi oleh bakteri Staphylococcus aureus atau
Streptococcus pyogenes atau keduanya yang terjadi pada kulit bagian epidermis.
Impetigo menyebar melalui
kontak langsung dengan lesi (daerah kulit yang terinfeksi). Pasien dapat lebih
jauh menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah garukan lesi. Infeksi
seringkali menyebar dengan cepat pada sekolah atau tempat penitipan anak dan
juga pada tempat dengan higiene yang buruk atau tempat tinggal yang padat
penduduk.
Dari anamnesis dan
pemeriksaan fisis yang telah dilakukan ditemukan vesikel dengan dasar eritema yang sebagian pecah menjadi
krusta serta terdapat riwayat trauma dan riwayat keluarga yang menderita
penyakit yang sama. Diagnosis Impetigo Krustosa
dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
BAB V
KAJIAN ISLAM
Kedudukan Kesehatan Dalam Islam
Quraish
Shihab dalam bukunya “Wawasan Al Qur’an” menyebutkan bahwa Islam menetapkan
tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta
dan keturunan. Setidaknya tiga dari yang disebutkan tersebut berkaitan dengan
kesehatan (kedokteran). Hal ini sejalan dengan kesepakatan ulama yang
menyatakan bahwa Islam bertujuan untuk memelihara lima hal pokok, yakni agama (hifdh
diin), kehidupan (hifdh al-nafs), keturunan (hifdh al-nasl),
akal (hifdh al-‘aql) dan harta (hifdh al-maal).
Menurut Prof. Dr. Quraish Shihab sebagaimana yang dikutip
oleh Ade Hasman dalam bukunya Rahasia Kesehatan Rasulullah, ada dua istilah
yang berkaitan dengan kesehatan yang sering digunakan dalam kitab suci, yaitu
“sehat” dan “afiat”. Dalam kamus bahasa arab, kata afiat diartikan sebagai
perlindungan Allah untuk Hamba-Nya dari segala macam bencana dan tipu daya.
Perlindungan itu tentu tidak dapat diperoleh secara sempurna. Kecuali bagi
mereka yang mengindahkan petunjuk-petunjuk-Nya.22
Oleh karena itu, kata afiat dapat diartikan
berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya.Jika
sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan maka agaknya
dapat dikatakan mata yang sehat adalah mata yang dapat meihat dan membaca tanpa
menggunakan kacamata.Akan tetapi, mata yang afiat adalah yang dapat melihat dan
membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari
objek-objek yang terlarang. Oleh karena itu, fungsi yang diharapkan dari
penciptaan mata.
Sehat
menurut WHO (World Health Organization) adalah memperbaiki kondisi
manusia baik jasmani, rohani ataupun akal, sosial dan bukan semata-mata
memberantas penyakit. Dalam bahasa arab kata sehat diungkapkan dengan kata
“as-sihhah” atau yang seakar dengan keadaan baik, bebas dari penyakit dan
kekurangan serta dalam keadaan normal. Definisi kesehatan menurut Organisai
Kesehatan Sedunia sebagiamana berikut: “health is defined as a state of complete
physical, mental, and social wellbeing and not merely the absense of disease or
infirmity.”23
Tujuan
utama pengobatan adalah memenuhi tujuan kedua shari'at, melindungi hidup, hifdh
al nafs. Pengobatan tidak bisa mencegah atau mengundurkan kematian karena
perkara-perkara itu hanya di tangan Allah. Tetapi menjaga kualitas tinggi hidup
sampai ditetapkannya waktu kematian. Pengobatan memberikan kontribusi untuk
melindungi dan menjaga kelanjutan kehidupan dengan fungsi gizi yang baik. Pengetahuan
medis digunakan untuk mencegah penyakit yang melemahkan kesehatan manusia.
Pengobatan penyakit dan rehabilitasi mendorong kearah kualitas kesehatan yang
lebih baik.21
Di antara hal yang paling menarik dalam hal ini adalah di
mana seorang manusia menghadapi ujian berupa sakit.Tentu keadaan sakit ini
lebih sedikit dan sebentar dibanding keadaan sehat. Yang perlu diketahui oleh
setiap muslim adalah tidaklah Allah menetapkan (mentaqdirkan) suatu taqdir
melainkan di balik taqdir itu terdapat hikmah, baik diketahui ataupun tidak.
Dengan demikian, hati seorang muslim harus senantiasa ridho dan pasrah kepada
ketetapan Rabb-nya.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang muslim yang
tertimpa gangguan berupa penyakit atau semacamnya, kecuali Allah akan
menggugurkan bersama dengannya dosa-dosanya, sebagaimana pohon yang
menggugurkan dedaunannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari
Jabir bin ‘Abdullah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
لِكُلِّ
دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أَصَابَ الدَّوَاءُ الدَّاءَ، بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ عَزَّ
وَجَلَّ
“Setiap
penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka
dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)
Selain
itu, Allah berfirman menceritakan kekasih-Nya,
Ibrahim ‘alaihissalam,
“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku.” [QS
Asy Syu’ara: 80]
Maka obat dan dokter hanyalah cara kesembuhan, sedangkan
kesembuhan hanya datang dari Allah. Karena Dia sendiri menyatakan demikian,
“Dialah yang menciptakan segala sesuatu.” Semujarab apapun obat dan
sesepesialis dokter itu, namun jika Allah tidak menghendaki kesembuhan,
kesembuhan itu juga tidak akan didapat. Bahkan jika meyakini bahwa kesembuhan
itu datang dari selain-Nya, berarti ia telah rela keluar dari agama dan neraka
sebagai tempat tinggalnya kelak jika tidak juga bertaubat. Dan fenomena ini
kerap dijumpai di banyak kalangan, entah sadar atau tidak. Seperti ucapan
sebagian orang, “Tolong sembuhkan saya, Dok .”Meski kalimat ini amat pendek,
namun akibatnya sangat fatal, yaitu dapat mengeluarkan pengucapnya dari Islam.
Sepantasnya setiap muslim berhati-hati dalam setiap gerak-geriknya agar ia
tidak menyesal kelak.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Djuanda. 2011. Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2.
Cole. Charles., MD, Gazewood, John., MD.
2007. Diagnosis and Treatment of Impetigo. American Family Physician : USA.
3.
Koning S., R, van der Sande., AP, Veragen.,
et all. 2012. Intervention for Impetigo. The Cochrane Collaboration: Amsterdam.
4.
M. Beheshti., Sh, Ghotbi. 2007.
Impetigo, a Brief Review. Family Physician, Fasa Medical School: Iran.
5.
M. Rifa’atul., H, Syafei. 2014. Impetigo
Krustosa Multiple In Three Years Old Children. Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung.
6.
L. Lisa. 2016. Impetigo. Di akses dari http://emedicine.medscape.com/article/965254-overview#a3
pada tanggal 30 september 2017.
7.
B. Cassandra. 2016. Atopic Dermatitis in
Emergency Medicine Clinical Presentation. http://emedicine.medscape.com/article/762045-clinical#b2
Diakses pada 30 September 2017
8.
P. Swetha. 2016. Pediatric Herpes
Simplex Virus Infection. Diakses di http://emedicine.medscape.com/article/964866-overview
pada tanggal 30 september 2017
9.
L. Lisa. 2016. Impetigo Treatment &
Management. Diakses pada http://emedicine.medscape.com/article/965254-treatment#d10
tanggal 30 September 2017.
10. J.
Trozak., J. Tennenhouse. 2007. Impetigo (Impetigo Crustosa). In : Skolnik
N.S(eds). Dermatology Skills For Primary Care : An Ilustrated Guide. New
Jersey: Humana Press.
11. BM.
Prashant, T. Anil, M. Trilok, KL. Bairy. 2013. Fusidic Acid Topical
Antimicrobial In The Management Of Staphylococcus Aureus. Diakses di http://www.ijppsjournal.com/Vol5Suppl4/7949.pdf
pada tanggal 03 Oktober 2017.
12. O.
Amanda. 2009. Management of Impetigo. Diakses di http://www.bpac.org.nz/BPJ/2009/february/docs/bpj19_impetigo_pages_8-11.pdf
pada tanggal 03 Oktober 2017.
No comments:
Post a Comment