![Beautiful young woman suffering from backache at home Beautiful young woman suffering from backache at home](https://image.shutterstock.com/z/stock-photo-beautiful-young-woman-suffering-from-backache-at-home-591161726.jpg)
PENDAHULUAN
Low Back Pain
atau Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan salah satu masalah kesehatan yang
sering dijumpai di masyarakat. Hampir 70-80 % penduduk di negara maju pernah
mengalami LBP. Setiap tahun 15-45% orang dewasa menderita LBP, dan satu
diantara 20 penderita harus dirawat di rumah sakit karena serangan akut.1
Di Amerika Serikat diperkirakan lebih
dari 15% orang dewasa mengeluh nyeri punggung bagian bawah atau nyeri yang
bertahan hampir dua minggu.2
Data epidemiologi mengenai low
back pain di lndonesia diperkirakan 40% penduduk Provinsi Jawa Tengah
berusia diatas 65 tahun pernah menderita low
back pain, prevalensi pada laki-laki l8,2% dan pada wanita l3,6 %.3 Insiden berdasarkan
kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di lndonesia berkisar antara 3-17 %.3
Nyeri punggung bawah hanyalah merupakan suatu gejala, maka yang penting adalah mengetahui
faktor penyebabnya agar dapat diberikan pengobatan yang tepat. Tanda bahaya
untuk gangguan ini adalah adanya gangguan buang air besar, gangguan buang air
kecil, gangguan seksual, selangkangan terasa baal, nyeri menjalar ke bokong.
Tanda bahaya lainnya adalah bila ada tanda-tanda keganasan, timbul nyeri sampai
terkejut bangun pada malam
hari, berat badan turun yang penyebabnya tidak diketahui. Adanya
penyakit sistemik yang mendasarinya, tetap nyeri meskipun sudah istirahat. Juga
infeksi spinal yang disertai dengan demam
patut diwaspadai.3
LAPORAN
KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
•
Nama : Ny. H
•
Usia : 37 tahun
•
Status : menikah
•
Pekerjaan : IRT
•
Agama : Islam
•
Tanggal masuk : 20 Februari 2018
•
No.RM : 31 37 81
•
Bangsal : Asoka
•
RS :
Pelamonia
•
Alamat : Jl. DR. Ratulangi
No 47 D Kel. Bontobiraeng
II. SUBYEKTIF (SUBJEKTIF)
Keluhan Utama:
Nyeri punggung bawah
Riwayat
Penyakit Sekarang:
Seorang
pasien perempuan masuk RS dengan
keluhan nyeri punggung bawah yang dialami sejak ± 5 hari yang lalu
sebelum MRS. Nyerinya terus-menerus. Sehingga Pasien tidak dapat duduk dan
berjalan terlalu lama. Nyeri yang dirasakan sifatnya yakni seperti rasa
tertusuk-tusuk, rasa tebal, dan kram-kram. Nyeri
menjalar ke lutut. Pasien sering merasakan hal
seperti ini setelah pulang dari perjalanan jauh. VAS pasien
: 6.
Pasien
tidak merasa kelemahan tubuh satu sisi (-), sulit bicara (-), gangguan menelan/tersedak (-), gangguan penglihatan
(-), Demam (-), Kejang (-), pingsan (-), riwayat trauma (-), mengkonsumsi obat
(-), mual (-), muntah (-). Buang air besar dan buang air
kecil dalam batas normal.
Riwayat penyakit Dahulu :
Trauma (-)
Alergi obat (-)
Riwayat Penyakit Sekarang:
•
Riwayat hipertensi dan diabetes melitus tidak diketahui
III.
OBYEKTIF
PEMERIKSAAN KLINIS
PEMERIKSAAN KLINIS
A.
Status
Presens
-
Kesadaran :
E 4 M6 V5
-
Tensi :
110/70
-
Nadi :
84 x/i
-
Respirasi :
20 x/i
-
Suhu :
36⁰C
-
Gizi :
Baik
-
Anemia :
tidak didapatkan
-
Ikterus :
tidak didapatkan
-
Sianosis :
tidak didapatkan
-
Toraks :
dextra/sinistra simetris
-
Jantung :
bunyi jantung I/II regular
-
Paru-paru :
whizzing (-), rhonki (-)
-
Abdomen :
peristaltik usus (+) kesan normal, tidak didapatkan hepatomegali.
B.
Status
Psikiatri
-
Perasaan hati :
Dalam batas normal
-
Proses berpikir :
Dalam batas normal
-
Kecerdasan :
Dalam batas normal
-
Memori :
Dalam batas normal
-
Psikomotor :
Dalam batas normal
C. Status Neurologis
GCS :
E 4 M6 V5
1.
Kepala : -bentuk :
Normocephal
- penonjolan : DBN
- posisi :
DBN
- pulsasi :
DBN
2. Leher : -Sikap : normal
-Pergerakan :
normal
-
Kaku kuduk : (-)
3. Urat
Saraf Kranial (Nervus Kranialis)
a. Nervus I (Nervus olfaktorius)
1)
Subyektif :
Tidak dilakukan evaluasi
2)
Obeyektif :
Tidak dilakukan evaluasi
b. Nervus
II (Nervus optikus) OD OS
1)
Ketajaman Penglihatan : 5/5 5/5
2)
Lapangan Penglihatan : dbn dbn
3)
Melihat warna : dbn dbn
c. Nervus
III, IV, VI (Nervus Okulomotorius, Trochlearis, Abducens)
1)
Celah kelopak mata
-Ptosis : tidak
didapatkan dalam pemeriksaan
-Exoftalmus : tidak didapatkan
dalam pemeriksaan
-Nistagmus : (-)
2)
Pupil
-Bentuk/ukuran : bulat/ϴ 2,5 mm bulat/ϴ 2,5 mm
-Isokor/anisokor : Isokor Isokor
-Refleks
Cahaya Langsung : (+) (+)
-Refleks
konsensuil : (+) (+)
-Refleks
akomodasi : (+) (+)
3)
Gerakan bola mata
-Pareseis
kearah : Tidak
terdapat paresis Tidak terdapat paresis
d. Nervus
V (Nervus Trigeminus)
1)
Sensibilitas wajah :
dbn
2)
Menggigit :
dbn
3)
Mengunyah :
dbn
4)
Refleks masseter :
dbn
5)
Refleks kornea :
dbn
e. Nervus
VII (Nervus Fasialis)
1)
Mengerutkan dahi :
dbn
2)
Menutup mata :
dbn
3)
Gerakan mimik :
dbn
4)
Bersiul :
dbn
5)
Pengecap 2/3 lidah bagian depan : tidak dilakukan
f. Nervus VIII (Nervus Okatvus)
1)
Suara Berbisik :
Tidak dilakukan
2)
Test Rinne :
Tidak dilakukan
3)
Test Weber :
Tidak dilakukan
g. Nervus
IX (Glosofaringeus)
1)
Pengecap 1/3 lidah bagian belakang : Tidak dilakukan
2)
Sensibilitas faring :
Tidak dilakukan
h. Nervus
X (Nervus Vagus)
1)
Arkus faring :
Tidak dilakukan
2)
Berbicara :
dbn
3)
Menelan :
dbn
4)
Nadi :
dbn
i.
Nervus XI (Nervus Aksesorius)
1)
Memalingkan kepala :
dbn
2)
Mengangkat bahu :
dbn
j. Nervus
XII (Nervus Hipoglosus)
1)
Pergerakan lidah :
dbn
2)
Tremor lidah :
Tidak didapatkan
3)
Atrofi lidah :
Tidak didapatkan
4)
Fasikulasi :
dbn
5)
Artikulasi :
dbn
4. Badan
dan Anggota Gerak
a. Badan
1)
Bentuk kolumna vertebralis : dbn
2)
Pergerakan kolumna vertebralis : dbn
Kanan Kiri
3)
Refleks kulit perut atas : tde tde
4)
Refleks kulit perut tengah : tde tde
5)
Refleks kulit perut bawah : tde tde
6)
Refleks kremaster :
tde tde
7)
Sensibilitas
-Taktil
(raba halus) : + +
-Nyeri : + +
-Suhu : tde tde
b. Anggota
Gerak
1)
Ekstremitas :
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan
Kiri
a)
Motorik :
-Pergerakan : N N ↓(nyeri) N
-Kekuatan : 5 5 4
5
-Tonus : N N N N
-Trofik : N N N N
-Refleks
fisiologis
-Biceps :
N N N N
-Triceps :
N N N N
-Radius :
N N N N
-Ulna :
N N N N
-Refleks
patologik :
-Hoffmann-Tromner : - -
-Babinski
: - -
-Chaddock:
- -
-Gordon:
- -
-Schaefer: - -
-Openheim: - -
-Klonus : -Paha: - -
-Kaki: - -
-Tes Lasegue : +/-
-Tes Kernig : +/-
-Tes Patrick : +/-
- Tes Kontra patrick : +/-
b)
Sensorik (Sensibilitas)
-Eksteroseptif :
-Taktil : + +
+ +
-Nyeri :
+ + + +
-Suhu :
Tidak dilakukan
-Proprioseptif :
-Rasa sikap : Tde Tde Tde Tde
-Rasa Nyeri dalam : Tde Tde Tde Tde
-Fungsi
Kortikal :
-Rasa diskriminasi : Tde Tde Tde Tde
-Stereognosis : Tde Tde Tde Tde
2)
Koordinasi, Gait dan Keseimbangan
-Cara
berjalan : Tidak
dilakukan evaluasi
-Tes
Romberg : Tidak
dilakukan evaluasi
-Disdiadokokinesis : Tidak dilakukan evaluasi
-Ataksia : Tidak
dilakukan evaluasi
-Rebound
phenomenon : Tidak dilakukan
evaluasi
-Dismetri : Tidak
dilakukan evaluasi
3)
Gerakan-gerakan abnormal
-Tremor : Tidak
didapatkan dalam pemeriksaan
-Athetosis : Tidak
didapatkan dalam pemeriksaan
-Mioklonus : Tidak
didapatkan dalam pemeriksaan
-Khorea : Tidak
didapatkan dalam pemeriksaan
4)
Alat Vegetatif (Fungsi Otonom)
-Miksi : DBN
-Defekasi : DBN
-Ereksi : TDE
5)
Fungsi luhur
a.
Memori :
Tidak terganggu
b.
Fungsi bahasa :
Tidak terganggu
c.
Visuospasial :
Tidak dilakukan evaluasi
d.
Praksia :
Tidak dilakukan evaluasi
e.
Kalkulasia :
Tidak dilakukan evaluasi
IV.
PLANNING
(RENCANA AWAL)
-
Foto rontgen Lumbosakral AP/Lateral kanan
-
Follow up
PEMERIKSAAN FISIS DAN STATUS
NEUROLOGI
Uraian
|
Tgl 20-02-2018
|
Tekanan darah(mmHg)
|
110/70
|
Suhu(
)
|
36,5
|
Pernapasan
|
24
|
Nadi
|
88
|
GCS
|
E 4 M6 V5
|
Fkl
|
DBN
|
Ncr
|
Pupil bulat, isokor, ukrn 2,5 mm,
Rcl (+/+)
Rctl (+/+)
|
Ncrl
|
DBN
|
Motorik
|
P= N
N
↓(nyeri) N
K= 5 5
4 5
T= N N
N N
RF=
N N
N N
RP=
- -
-
-
|
Sensorik
|
DBN
|
Otonom
|
DBN
|
Tes Lasegue
Tes Patrick
Tes Kontrapatrick
|
+++/-
+/-
+/-
|
PEMERIKSAAN FISIS DAN STATUS
NEUROLOGI
Uraian
|
Tgl 21-02-2018
|
Tekanan darah(mmHg)
|
110/70
|
Suhu(
)
|
36,5
|
Pernapasan
|
20
|
Nadi
|
72
|
GCS
|
E 4 M6 V5
|
Fkl
|
DBN
|
Ncr
|
Pupil bulat, isokor, ukrn 2,5 mm,
Rcl (+/+)
Rctl (+/+)
|
Ncrl
|
DBN
|
Motorik
|
P= N
N
↓(nyeri) N
K= 5 5
4 5
T= N N
N N
RF=
N N
N N
RP=
- -
-
-
|
Sensorik
|
DBN
|
Otonom
|
DBN
|
Tes Lasegue
Tes Patrick
Tes Kontrapatrick
|
+/+
+/+
+/+
|
PEMERIKSAAN FISIS DAN STATUS
NEUROLOGI
Uraian
|
Tgl 22-03-2017
|
Tekanan darah(mmHg)
|
110/80
|
Suhu(
)
|
36,5
|
Pernapasan
|
20
|
Nadi
|
90
|
GCS
|
E 4 M6 V5
|
Fkl
|
DBN
|
Ncr
|
Pupil bulat, isokor, ukrn 2,5 mm,
Rcl (+/+)
Rctl (+/+)
|
Ncrl
|
DBN
|
Motorik
|
P= N
N
N
N
K= 5 5
5 5
T= N N
N N
RF=
N N
N N
RP=
- -
-
-
|
Sensorik
|
DBN
|
Otonom
|
DBN
|
Tes Lasegue
Tes Patrick
Tes Kontrapatrick
|
+/+
+/+
+/+
|
PEMERIKSAAN FISIS DAN STATUS
NEUROLOGI
Uraian
|
Tgl 23-03-2017
|
Tekanan darah(mmHg)
|
100/90
|
Suhu(
)
|
36,6
|
Pernapasan
|
22
|
Nadi
|
80
|
GCS
|
E 4 M6 V5
|
Fkl
|
DBN
|
Ncr
|
Pupil bulat, isokor, ukrn 2,5 mm,
Rcl (+/+)
Rctl (+/+)
|
Ncrl
|
DBN
|
Motorik
|
P= N
N
N
N
K= 5 5
5 5
T= N N
N N
RF=
N N
N N
RP=
- -
-
-
|
Sensorik
|
DBN
|
Otonom
|
DBN
|
Tes Lasegue
Tes Patrick
Tes Kontrapatrick
|
+/-
+/-
+/-
|
V.
RESUME
S : Seorang
pasien perempuan masuk RS dengan
keluhan nyeri punggung bawah yang dialami sejak ± 5 hari yang lalu
sebelum MRS. Nyerinya terus-menerus. Sehingga Pasien tidak dapat duduk dan
berjalan terlalu lama. Nyeri yang dirasakan sifatnya yakni seperti rasa
tertusuk-tusuk, rasa tebal, dan kram-kram. Nyeri
menjalar ke lutut. Pasien sering merasakan hal
seperti ini setelah pulang dari perjalanan jauh. VAS pasien
: 6. Pasien
tidak merasa kelemahan tubuh satu sisi (-), sulit bicara (-), gangguan menelan/tersedak (-), gangguan penglihatan
(-), Demam (-), Kejang (-), pingsan (-), riwayat trauma (-), mengkonsumsi obat
(-), mual (-), muntah (-). Buang air besar dan buang air
kecil dalam batas normal. Riwayat Trauma (-), Riwayat Alergi
obat (-), Riwayat hipertensi dan diabetes melitus tidak diketahui
O:
GCS : E4M6V5
FKL : dalam batas normal
RM : KK -/-, KS -/-
N.cranial
: Pupil bulat bundar isokor diameter 2,5 mm, RCL +/+, RCTL +/+
N. cranial
lain : dalam batas normal
Motorik : P: N N K: 5
5 T: N N
N N
(nyeri) 4 5
N N
Refleks fisiologis
Biceps N N KPR N N
Triseps N N APR N N
Refleks patologis : -
–
Babinsky-/-
–
Hoffmann-/-
–
Tes Lasegue : (+)
–
Tes Patrick : (+)
–
Tes Kontrapatrick : (+)
VI.
DIAGNOSIS
KERJA
Diagnosis Masuk :
•
Dignosis klinis : Low Back Pain
•
Diagnosis topis : Corpus Vertebra L2
•
Diagnosis etiologi : Suspect HNP
Diagnosis Keluar :
•
Dignosis klinis : Low Back Pain
•
Diagnosis topis : Corpus Vertebra L2
•
Diagnosis etiologi : Spondylosis
Lumbalis
VII.
PROGNOSIS
•
Quo ad vitam : dubia ad bonam
•
Quo ad functionam : dubia ad bonam
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
·
Pemeriksaan Lab :
Darah Rutin :
-
WBC :
8,58X103/UL
-
RBC :
5,01X106/UL
-
HGB :
13,8 G/dl
-
HCT :
43,8 %
-
MCV :
87,4 FL
-
PLT :
444X103/ul (↑)
-
LED :
35 mm (↑)
Glukosa Puasa : 82 mg/dl
SGOT :
19,0 U/L
SGPT : 18,0
U/L
Ureum : 17,0
mg/dl
Kreatinin : 0,7
mg/dl
Asam Urat : 5,3
mg/dl
Kolesterol Total : 193 mg/dl
Trigliserida : 254
mg/dl (↑)
Kolesterol HDL : 42 mg/dl
Kolesterol LDL : 133 mg/dl
(↑)
·
Pemeriksaan radiologi : Foto polos lumbosakral
AP/Lateral kanan
Hasil
pemeriksaan :
-
Alignment tulang lumbosakral baik namun kurva
lordosis vertebra lumbalis melurus
-
Tampak osteofit pada aspek anterior CV. L2
-
Tulang-tulang intak tidak tampak tanda-tanda fraktur
maupun dislokasi tulang
-
Mineralisasi tulang baik
-
Discus intervertebralis tidak menyempit
-
Jaringan lunak sekitarnya baik
Kesan: -
Kurva lordosis vertebra lumbalis melurus mungkin suatu muscle
spasme
-
Spondylosis lumbalis
IX.
PENATALAKSANAAN
Nonmedikamentosa:
•
Edukasi pasien mengenai penyakit
dan prognosisnya
•
Fisioterapi
Medikamentosa :
-
IVFD RL 20 tpm
-
Ketorolac 1 amp/8 jam/drips
-
Ranitidin 50 mg/12j/iv
-
Kapsul MMAD 2x1
-
Gabapentin 100mg 2x1
-
Mecobalamin tab 2x1
-
Atorvastatin 20 mg 1x1
DISKUSI KASUS
Nyeri punggung bawah atau LBP adalah nyeri yang
terbatas pada regio lumbal, tetapi gejalanya lebih merata dan tidak hanya
terbatas pada satu radiks saraf, namun secara luas berasal dari diskus intervertebralis
lumbal.4
Low back pain
(LBP) umumnya akan memberikan rasa nyeri pada seseorang yang mengalaminya. Rasa
nyeri dapat digambarkan sebagai sensasi tidak menyenangkan yang terjadi bila
mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh. Nyeri dapat terasa panas, gemetar,
kesemutan/tertusuk, atau ditikam. Nyeri
akan menjadi suatu masalah
gangguan kesehatan dikarenakan dapat menganggu aktivitas yang akan dilakukan.5
Sebagian besar
nyeri punggung bawah disebabkan oleh penyakit yang tidak serius dengan
prognosis yang baik. Penyebab tersering adalah nyeri punggung bawah pada
penderita dewasa adalah : (1) lumbar sprain atau strain, (2) degenerasi diskus
dan faset, (3) herniasi diskus, dan (4) pada penderita yang lebih tua harus
dipikirkan kemungkinan canalis stenosis atau fraktur kompresi akibat
osteoporosis.3
Faktor risiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat
badan, etnis, merokok , pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat
yang berulang-ulang, membungkuk, duduk lama, geometri kanal lumbal spinal dan
faktor psikososial. Terjadi peningkatan kejadian low back pain pada pasien
dengan kelompok 50-69 tahun , ini dikarenakan pada usia tersebut telah terjadi
proses degenerasi baik pada tulang, tendon, dan tulang rawan.6 Lokasi
untuk nyeri pinggang bawah adalah daerah lumbal bawah, biasanya disertai
penjalaran ke daerah-daerah lain, antara lain sakroiliaka, koksigeus, bokong, kebawah
lateral atau posterior paha, tungkai, dan kaki.3
Low
Back Pain menurut perjalanan kliniknya dibedakan menjadi dua yaitu :
A.
Acute low back pain
Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya
sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat
hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka
traumatic seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang
sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat
melukai otot, ligament, dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur
tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat
ini penatalaksanan awal nyeri pinggang acute terfokus pada istirahat dan
pemakaian analgesik.3
B.
Chronic low back pain
Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang
berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang
berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat
terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses
degenerasi discus intervertebralis
dan tumor.3
Dari hasil anamnesis pasien perempuan berusia 37 tahun menderita
nyeri punggung bawah menjalar ke lutut.
Nyeri yang dirasakan sifatnya yakni seperti rasa tertusuk-tusuk, rasa tebal,
dan kram-kram. Nyeri sering dirasakan jika setelah melakukan perjalanan jauh.
Menurut penelitian, pada umumnya keluhan otot sekeletal mulai dirasakan pada usia kerja 25-65
tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan tingkat
keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena
pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun, sehingga
resiko terjadi keluhan otot meningkat.6
Gejala LBP
bermacam-macam dan berbeda antara satu dengan yang lain. Kebanyakan orang
menganggap berbaring akan meningkatkan nyeri yang datang tiap episode, tapi ada
juga yang mampu tidur tanpa rasa nyeri. Kebanyakan orang merasakan nyeri ketika
mereka membungkuk atau mengambil sesuatu, yang lain
merasa nyeri bila melengkungkan
tubuh ke belakang. Nyeri pada kaki juga merupakan bagian dari masalah. Nyeri
kebanyakan pada punggung atau samping luar paha dan kemudian menjalar ke kaki.
Nyeri yang menjalar pada kaki disebut
sciatica karena nyeri berasal
dari perangsangan pada nervus ischiadikus, perangsangan pada nervus ischiadikus
sering menjadi lebih nyeri bila bersin atau batuk.7
Pada episode
akut, LBP dapat menjadi sangat akut untuk beberapa hari atau seminggu dan akan
lebih meningkat. Pada 2-4 minggu kemudian penderita akan merasa lebih baik.
Episode panjangnya waktu nyeri berbagai macam pada tiap penderita, begitu juga
dengan intensitas tiap episode nyeri dan seberapa mampu penderita dapat menahan
nyerinya.7
Untuk menegakkan diagnosis dari
nyeri punggung bawah memerlukan anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik umum,
neurologi serta pemeriksaan penunjang agar mengarahkan ke etiologi terjadinya
nyeri punggung bawah dan untuk menyingkirkan diagnosis banding.
Pada anamnesis pasien dengan
nyeri punggung bawah harus mendeteksi pula faktor risiko, aspek psikologis, dan
psikososial penderita. Aspek psikologis dan psikososial sangat besar perannya
dalam terapi nyeri punggung bawah. Sehingga bila tidak digali dan diterapi
dengan adekuat akan dapat menyebabkan terjadinya nyeri yang sukar untuk
dikendalikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distress psikologis akan
meningkatkan risiko terjadinya nyeri punggung bawah sampai 2 kali lipat pada
orang dewasa. Sementara penelitian Kerr, dkk (2001) juga menunjukkan adanya
hubungan antara lingkungan psikososial kerja, dan variabel mekanik di
lingkungan kerja terhadap kejadian nyeri punggung bawah. Kedua penelitian tadi
mendukung konsep multifaktorial pada nyeri punggung bawah. Sehingga pada semua
penderita nyeri punggung bawah, aspek psikososial sebaiknya dievaluasi secara
seksama.
Dari hasil anamnesis didapatkan pasien perempuan berusia 37 tahun
menderita nyeri punggung bawah menjalar
ke lutut. Nyeri yang dirasakan sifatnya yakni seperti rasa tertusuk-tusuk, rasa
tebal, dan kram-kram. Nyeri sering dirasakan jika setelah melakukan perjalanan
jauh.
Menurut penelitian, pada umumnya keluhan otot sekeletal mulai dirasakan pada usia kerja 25-65
tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan tingkat
keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi
karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun,
sehingga resiko terjadi keluhan otot meningkat.6
Pada episode
akut, LBP dapat menjadi sangat akut untuk beberapa hari atau seminggu dan akan
lebih meningkat. Pada 2-4 minggu kemudian penderita akan merasa lebih baik.
Episode panjangnya waktu nyeri berbagai macam pada tiap penderita, begitu juga
dengan intensitas tiap episode nyeri dan seberapa mampu penderita dapat menahan
nyerinya.7
Gejala LBP
bermacam-macam dan berbeda antara satu dengan yang lain. Kebanyakan orang
menganggap berbaring akan meningkatkan nyeri yang datang tiap episode, tapi ada
juga yang mampu tidur tanpa rasa nyeri. Kebanyakan orang merasakan nyeri ketika
mereka membungkuk atau mengambil sesuatu, yang lain
merasa nyeri bila melengkungkan
tubuh ke belakang. Nyeri pada kaki juga merupakan bagian dari masalah. Nyeri
kebanyakan pada punggung atau samping luar paha dan kemudian menjalar ke kaki.
Nyeri yang menjalar pada kaki disebut
sciatica karena nyeri berasal
dari perangsangan pada nervus ischiadikus, perangsangan pada nervus ischiadikus
sering menjadi lebih nyeri bila bersin atau batuk.7
Manifestasi klinis LBP berbeda-beda
sesuai dengan etiologinya masing-masing seperti beberapa contoh dibawah ini :
1. LBP
akibat sikap yang salah
·
Sering dikeluhkan
sebagai rasa pegal yang panas pada pinggang, kaku dan tidak enak namun lokasi tidak jelas.
·
Pemeriksaan fisik
menunjukkan otot-otot paraspinal agak spastik di daerah lumbal, namun motalitas
tulang belakang bagian lumbal masih sempurna, walaupun hiperfleksi dan
hiperekstensi dapat menimbulkan perasaan tidak enak
·
Lordosis yang menonjol
·
Tidak ditemukan
gangguan sensibilitas, motorik, dan refleks pada tendon
·
Foto rontgen
lumbosakral tidak memperlihatkan kelainan yang relevan.
2.
Pada
Herniasi Diskus Lumbal
·
Nyeri
punggung yang onsetnya perlahan-lahan, bersifat tumpul atau terasa tidak enak,
sering intermiten, wala kadang onsetnya mendadak dan berat.
·
Diperhebat oleh
aktivitas atau pengerahan tenaga serta mengedan, batuk atau bersin.
·
Menghilang bila
berbaring pada sisi yang tidak terkena dengan tungkai yang sakit difleksikan.
·
Sering terdapat spasme
refleks otot-otot paravertebrata yang menyebabkan nyeri sehingga membuat pasien
tidak dapat berdiri tegak secara penuh.
·
Setelah periode
tertentu timbul skiatika atau iskialgia.
3. LBP
pada Spondilosis
·
Kompresi radiks sulit
dibedakan dengan yang disebabkan oleh protrusi diskus, walaupun nyeri biasanya
kurang menonjol pada spondilisis
·
Dapat muncul distesia
tanpa nyeri pada daerah distribusi radiks yang terkena
·
Dapat
disertai kelumpuhan otot dan gangguan refleks
·
Terjadi pembentukan
osteofit pada bagian sentral dari korpus vertebra yang menekan medula spinalis.
·
Kauda
ekuina dapat terkena kompresi pada daerah lumbal bila terdapat stenosis kanal
lumbal.
Pada
pasien ini pemeriksaan neurologis difokuskan pada tes lasegue, patrick dan
kontrapatrick. Adapun pemeriksaan fisik
tes yang dilakukan antara lain:
a) Tes
lasegue
Percobaan ini meregangkan nervus ischiadicus dan radiks-radiksnya.
Penderita dalam posisi terlentang dan
tidak boleh tegang. Pemeriksaan mengangkat satu tungkai penderita,
tungkai tadi dalam posisi lurus, dan
fleksi pada sendi panggul. Apabila penderita merasakan nyeri sepanjang nervus ischiadicus maka parcobaan tadi
positif. Dapat dinyatakan dalam derajat,
misalnya positif 30 derajat artinya waktu tungkai diangkat sampai 30 derajat
(sudut antara tugkai dengan bidang datar) mulai timbul rasa sakit. Apabila agak ragu-ragu, maka pemeriksaan ini dapat
dimodifikasi dengan cara kaki ditahan dalam
posisi dorso-fleksi dan kemudian tungkai diangkat ke atas. Dengan cara
ini nervus ischiadicus teregang lebih kuat. Pada HNP, percobaan ini merupakan
hal yang sangat penting. 8
Tes Lasegue 9
b) Tes
patrick
Tungkai dalam posisi fleksi di sendi
lutut sementara tumit diletakkan di atas lutut tungkai yang satunya lagi,
kemudian lutut tungkai yang difleksikan tadi ditekan ke bawah. Penderita dalam
posisi berbaring. Apabila ada kelaianan di sendi panggul maka penderita
akan merasakan nyeri di sendi panggul
tadi. 8
Tes
Patrick 9
c) Tes
kontrapactrick
Tungkai
dalam posisi fleksi di sendi lutut dan sendi panggul, kemudian lutut didiorong
ke medial; bila di sendi sakroiliaka ada kelainan maka disitu akan terasa
sakit.8
Langkah
pertama adalah pemberian obat-obatan, untuk mengurangi nyeri tanpa menghiraukan
penyebab dasar low back pain. Obat
yang diberikan berupa golongan analgetik dimana golongan ini terdiri dari
analgetik antipiretik dan analgetik non-narkotik.10 Yang umum digunakan
analgetik antipiretik yang bekerja menghambat sintesa dan pelepasan endogenous pain substance sehingga
mencegah sensitisasi reseptor nyeri. Disamping itu dikenal pula obat yang
mempunyai potensi anti-inflamasi disamping analgetik misalnya pirasolon dan
derivat-derivat asam organik lainya dikenal sebagai non steroidal anti-inflamatory drugs (NSAID). Untuk pengobatan
simptomatis lainnya, kadang memerlukan campuran antara obat analgesik, anti inflamasi, OAINS, dan
penenang.11
Obat yang diberikan yaitu ketorolac 3%
merupakan NSAID (non steroid anti inflammatory drugs) yang bekerja menghambat
enzim cyclooxygenase (COX) yang menginduksi pembentukan prostaglandin,
ketorolac diindikasi untuk penanganan nyeri derajat sedang-berat pada pasien dewasa.
Ranitidine
adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja histamin
secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung. Pada pemberian i.m./i.v.
kadar dalam serum yang diperlukan untuk menghambat 50% perangsangan
sekresi asam lambung adalah 36–94 mg/mL. Kadar tersebut bertahan
selama 6–8 jam. Ranitidine diabsorpsi 50% setelah pemberian oral. Konsentrasi
puncak plasma dicapai 2–3 jam setelah pemberian dosis 150 mg. Absorpsi tidak
dipengaruhi secara nyata oleh makanan dan antasida. Waktu paruh 2½–3 jam pada
pemberian oral, Ranitidine diekskresi melalui urin.
Kapsul
MMAD berisi Methylprednisolon 4 mg, Meloxicam 7,5, diazepam 1 mg, amytriptilin
1/3 tab. Methylprednisolon merupakan golongan Kortikosteroid yang mekanisme
kerjanya menekan zat-zat dalam tubuh
yang membuat peradangan. Meloxicam merupakan obat
untuk mengurangi nyeri, bengkak dan kaku pada sendi. Diazepam
merupakan turunan bezodiazepin. Kerja utama diazepam yaitu potensiasi inhibisi neuron
dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator pada sistim syaraf
pusat. Dimetabolisme menjadi metabolit aktif yaitu N-desmetildiazepam dan
oxazepam. Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 1 – 2 jam pemberian oral.
Waktu paruh bervariasi antara 20 – 50 jam sedang waktu paruh desmetildiazepam
bervariasi hingga 100 jam, tergantung usia dan fungsi hati. Amitriptilin merupakan
antidepresi trisiklik. Amitriptilin bekerja dengan menghambat pengambilan
kembali neurotransmiter di otak. Amitriptilin mempunyai 2 gugus metil, termasuk
amin tersier sehingga lebih resposif terhadap depresi akibat kekurangan
serotonin. Senyawa ini juga mempunyai aktivitas sedatif dan antikolinergik yang
cukup kuat. Diindikasikan untuk Pasien dengan gejala-gejala utama depresi
terutama bila berkaitan dengan kecemasan, tegang,
atau kegelisahan, depresi
neurotik.
Gabapentin merupakan analog
dari GABA (Gamma Aminobutyric Acid), suatu asam amino yang banyak terdapat di
otak. Mekanisme gabapentin sebagai anti nyeri melibatkan α2δ-1 yakni sebuah
subunit kanal kalsium yang sensitive voltase, dimana target utama dan
pengikatan spesifik subunit ini dapat menghasilkan aksi yang bertanggung jawab
untuk menurunkan nyeri.13
Mecobalamin adalah golongan cobalamin,
bentuk dari vitamin B12. Bentuk ini berbeda dengan
cyanocobalamin yang memiliki gugus sianida sedangkan meticobalamin memiliki
gugus metil. Meticobalamin berbentuk kristal berwarna merah. Pada kasus ini
diberikan meticobalamin sebagai vitamin untuk melindungi saraf dari kerusakan
akibat terjadinya inflamasi di organ viseral sekitar saraf.
Atorvastatin merupakan salah
satu statin sintetik. Statin merupakan golongan obat yang paling efektif dan
paling dapat ditoleransi untuk mengobati hiperlipidemia. Di samping itu, obat golongan
statin merupakan pilihan lini pertama (first line) dalam terapi hiperlipidemia
yang menjadi rujukan tenaga tenaga kesehatan. Obat-obat golongan statin bekerja
sebagai penghambat HMG-CoA reduktase yang mengkatalisis biosintesis kolesterol.
Untuk penanganan lanjutannya pada Low
Back Pain dapat diberikan rehabilitasi :
a.
Low back
pain oleh
faktor mekanik akut
Tirah
baring total disertai pemanasan setempat seperti infra merah, kompres air hangat,
bantal panas. Biasanya kesembuhan 4-5 hari.
b.
Low back
pain oleh
faktor mekanik kronis
Pada
keadaan ini hiperlordosis mendasari patofisiologis nyeri. Karena itu tatalaksana
ditujukan pada latihan-latihan untuk menghilangkan hiperlordosis tersebut.
KESIMPULAN
Nyeri punggung bawah atau LBP adalah nyeri yang terbatas pada regio lumbal, tetapi
gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas
pada satu radiks saraf, namun secara luas berasal dari diskus intervertebralis
lumbal.
Faktor risiko
nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, etnis, merokok , pekerjaan,
paparan getaran, angkat beban yang berat yang berulang-ulang, membungkuk, duduk
lama, geometri kanal lumbal spinal dan faktor psikososial.
Untuk menegakkan diagnosis
memerlukan anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik umum, neurologi serta pemeriksaan
penunjang agar mengarahkan ke etiologi terjadinya nyeri punggung bawah dan
untuk menyingkirkan diagnosis banding.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Jan Sudir, Purba dan Susilawaty. 2008.
Nyeri Punggung bawah: Patofisiologi, Terapi Farmakologi dan Non Farmakologi
Akupuntur. Dalam koleksi Medicinus (Scientifc Journal of Pharmaceutical
Development and Medical Application) Vol. 21 No. 2. Via artikel dari : http://alib.atmajaya.ac.id
2.
Yoshimoto T, Oka H, Katsuhira
J, Fujii T, Masuda K, Tanaka S, et al. Prognostic psychosocial factors for
disabling low back pain in Japanese hospital workers. 2017;1–12
3.
Negrini N, Zaina F, Somano H, Atanasio T,
Trevisan C. Rehabilitation of lumbar spine disorder. Edisi ke-5. Lippincolt;
2010. p.186
4.
Bull, E. & Archard, G. 2007. Simple Guide Nyeri Punggung.Jakarta:
Erlangga
5.
Heru Septiawan. Faktor Berhubungan Keluhan Nyeri
Punggung Bawah Pada Pekerja Bangunan Mikroland Semarang. 2013.
6.
Mulky Yasin, dkk . Hubungan antara karakteristik,
Antropometrik, Kebiasaan, Status Psikososial, dan Gambaran Radiografis
Responden dengan Kejadian Spondylogenic Low Back Pain. 2013.
7.
Harsono. Low Back Pain. Universita Sebelas Maret. Di
akses pada http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S021308065_bab1.pdf tanggal 23 Februari
2018.
8.
Harsono. Kapita Selekta Neurologi Edisi
ke dua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
9. Schultz,
Centeno Clinic. 2009. Patrick’s Test: Evaluation of Sacroliliac Joint
Dysfunction. Via artikel dari : http://centenoschultz.com.
10. Goubert D, Danneels L, Graven-nielsen T. Differences in Pain
Processing Between Patients with Chronic Low Back Pain, Recurrent Low Back
Pain, and Fibromyalgia. 2017;307–18.
11. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dalam
Praktek Umum. PT Dian Rakyat. Jakarta, 2009.
12. Tolerabilitas Pasien Bayi terhadap Ketorolac
IV. Kalbemed. 2012. Diakses pada http://www.kalbemed.com/Portals/6/19_191Berita%20Terkini-Tolerabilitas%20Pasien%20Bayi%20terhadap%20Ketorolac%20IV.pdf tanggal 26 Februari 2018.
13. Indriastuty. Perbandingan Penggunaan Gabapentin
dan Amitriptilin sebagai Terapi Nyeri Terhadap Efek Terapi Pada Pasien
Hernieated Nucleus Pulposus Rawat Jalan Di Poli Saraf Rumah Sakit Jogja. UGM.
2013
PENDAHULUAN
Low Back Pain
atau Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan salah satu masalah kesehatan yang
sering dijumpai di masyarakat. Hampir 70-80 % penduduk di negara maju pernah
mengalami LBP. Setiap tahun 15-45% orang dewasa menderita LBP, dan satu
diantara 20 penderita harus dirawat di rumah sakit karena serangan akut.1
Di Amerika Serikat diperkirakan lebih
dari 15% orang dewasa mengeluh nyeri punggung bagian bawah atau nyeri yang
bertahan hampir dua minggu.2
Data epidemiologi mengenai low
back pain di lndonesia diperkirakan 40% penduduk Provinsi Jawa Tengah
berusia diatas 65 tahun pernah menderita low
back pain, prevalensi pada laki-laki l8,2% dan pada wanita l3,6 %.3 Insiden berdasarkan
kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di lndonesia berkisar antara 3-17 %.3
Nyeri punggung bawah hanyalah merupakan suatu gejala, maka yang penting adalah mengetahui
faktor penyebabnya agar dapat diberikan pengobatan yang tepat. Tanda bahaya
untuk gangguan ini adalah adanya gangguan buang air besar, gangguan buang air
kecil, gangguan seksual, selangkangan terasa baal, nyeri menjalar ke bokong.
Tanda bahaya lainnya adalah bila ada tanda-tanda keganasan, timbul nyeri sampai
terkejut bangun pada malam
hari, berat badan turun yang penyebabnya tidak diketahui. Adanya
penyakit sistemik yang mendasarinya, tetap nyeri meskipun sudah istirahat. Juga
infeksi spinal yang disertai dengan demam
patut diwaspadai.3
LAPORAN
KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
•
Nama : Ny. H
•
Usia : 37 tahun
•
Status : menikah
•
Pekerjaan : IRT
•
Agama : Islam
•
Tanggal masuk : 20 Februari 2018
•
No.RM : 31 37 81
•
Bangsal : Asoka
•
RS :
Pelamonia
•
Alamat : Jl. DR. Ratulangi
No 47 D Kel. Bontobiraeng
II. SUBYEKTIF (SUBJEKTIF)
Keluhan Utama:
Nyeri punggung bawah
Riwayat
Penyakit Sekarang:
Seorang
pasien perempuan masuk RS dengan
keluhan nyeri punggung bawah yang dialami sejak ± 5 hari yang lalu
sebelum MRS. Nyerinya terus-menerus. Sehingga Pasien tidak dapat duduk dan
berjalan terlalu lama. Nyeri yang dirasakan sifatnya yakni seperti rasa
tertusuk-tusuk, rasa tebal, dan kram-kram. Nyeri
menjalar ke lutut. Pasien sering merasakan hal
seperti ini setelah pulang dari perjalanan jauh. VAS pasien
: 6.
Pasien
tidak merasa kelemahan tubuh satu sisi (-), sulit bicara (-), gangguan menelan/tersedak (-), gangguan penglihatan
(-), Demam (-), Kejang (-), pingsan (-), riwayat trauma (-), mengkonsumsi obat
(-), mual (-), muntah (-). Buang air besar dan buang air
kecil dalam batas normal.
Riwayat penyakit Dahulu :
Trauma (-)
Alergi obat (-)
Riwayat Penyakit Sekarang:
•
Riwayat hipertensi dan diabetes melitus tidak diketahui
III.
OBYEKTIF
PEMERIKSAAN KLINIS
PEMERIKSAAN KLINIS
A.
Status
Presens
-
Kesadaran :
E 4 M6 V5
-
Tensi :
110/70
-
Nadi :
84 x/i
-
Respirasi :
20 x/i
-
Suhu :
36⁰C
-
Gizi :
Baik
-
Anemia :
tidak didapatkan
-
Ikterus :
tidak didapatkan
-
Sianosis :
tidak didapatkan
-
Toraks :
dextra/sinistra simetris
-
Jantung :
bunyi jantung I/II regular
-
Paru-paru :
whizzing (-), rhonki (-)
-
Abdomen :
peristaltik usus (+) kesan normal, tidak didapatkan hepatomegali.
B.
Status
Psikiatri
-
Perasaan hati :
Dalam batas normal
-
Proses berpikir :
Dalam batas normal
-
Kecerdasan :
Dalam batas normal
-
Memori :
Dalam batas normal
-
Psikomotor :
Dalam batas normal
C. Status Neurologis
GCS :
E 4 M6 V5
1.
Kepala : -bentuk :
Normocephal
- penonjolan : DBN
- posisi :
DBN
- pulsasi :
DBN
2. Leher : -Sikap : normal
-Pergerakan :
normal
-
Kaku kuduk : (-)
3. Urat
Saraf Kranial (Nervus Kranialis)
a. Nervus I (Nervus olfaktorius)
1)
Subyektif :
Tidak dilakukan evaluasi
2)
Obeyektif :
Tidak dilakukan evaluasi
b. Nervus
II (Nervus optikus) OD OS
1)
Ketajaman Penglihatan : 5/5 5/5
2)
Lapangan Penglihatan : dbn dbn
3)
Melihat warna : dbn dbn
c. Nervus
III, IV, VI (Nervus Okulomotorius, Trochlearis, Abducens)
1)
Celah kelopak mata
-Ptosis : tidak
didapatkan dalam pemeriksaan
-Exoftalmus : tidak didapatkan
dalam pemeriksaan
-Nistagmus : (-)
2)
Pupil
-Bentuk/ukuran : bulat/ϴ 2,5 mm bulat/ϴ 2,5 mm
-Isokor/anisokor : Isokor Isokor
-Refleks
Cahaya Langsung : (+) (+)
-Refleks
konsensuil : (+) (+)
-Refleks
akomodasi : (+) (+)
3)
Gerakan bola mata
-Pareseis
kearah : Tidak
terdapat paresis Tidak terdapat paresis
d. Nervus
V (Nervus Trigeminus)
1)
Sensibilitas wajah :
dbn
2)
Menggigit :
dbn
3)
Mengunyah :
dbn
4)
Refleks masseter :
dbn
5)
Refleks kornea :
dbn
e. Nervus
VII (Nervus Fasialis)
1)
Mengerutkan dahi :
dbn
2)
Menutup mata :
dbn
3)
Gerakan mimik :
dbn
4)
Bersiul :
dbn
5)
Pengecap 2/3 lidah bagian depan : tidak dilakukan
f. Nervus VIII (Nervus Okatvus)
1)
Suara Berbisik :
Tidak dilakukan
2)
Test Rinne :
Tidak dilakukan
3)
Test Weber :
Tidak dilakukan
g. Nervus
IX (Glosofaringeus)
1)
Pengecap 1/3 lidah bagian belakang : Tidak dilakukan
2)
Sensibilitas faring :
Tidak dilakukan
h. Nervus
X (Nervus Vagus)
1)
Arkus faring :
Tidak dilakukan
2)
Berbicara :
dbn
3)
Menelan :
dbn
4)
Nadi :
dbn
i.
Nervus XI (Nervus Aksesorius)
1)
Memalingkan kepala :
dbn
2)
Mengangkat bahu :
dbn
j. Nervus
XII (Nervus Hipoglosus)
1)
Pergerakan lidah :
dbn
2)
Tremor lidah :
Tidak didapatkan
3)
Atrofi lidah :
Tidak didapatkan
4)
Fasikulasi :
dbn
5)
Artikulasi :
dbn
4. Badan
dan Anggota Gerak
a. Badan
1)
Bentuk kolumna vertebralis : dbn
2)
Pergerakan kolumna vertebralis : dbn
Kanan Kiri
3)
Refleks kulit perut atas : tde tde
4)
Refleks kulit perut tengah : tde tde
5)
Refleks kulit perut bawah : tde tde
6)
Refleks kremaster :
tde tde
7)
Sensibilitas
-Taktil
(raba halus) : + +
-Nyeri : + +
-Suhu : tde tde
b. Anggota
Gerak
1)
Ekstremitas :
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan
Kiri
a)
Motorik :
-Pergerakan : N N ↓(nyeri) N
-Kekuatan : 5 5 4
5
-Tonus : N N N N
-Trofik : N N N N
-Refleks
fisiologis
-Biceps :
N N N N
-Triceps :
N N N N
-Radius :
N N N N
-Ulna :
N N N N
-Refleks
patologik :
-Hoffmann-Tromner : - -
-Babinski
: - -
-Chaddock:
- -
-Gordon:
- -
-Schaefer: - -
-Openheim: - -
-Klonus : -Paha: - -
-Kaki: - -
-Tes Lasegue : +/-
-Tes Kernig : +/-
-Tes Patrick : +/-
- Tes Kontra patrick : +/-
b)
Sensorik (Sensibilitas)
-Eksteroseptif :
-Taktil : + +
+ +
-Nyeri :
+ + + +
-Suhu :
Tidak dilakukan
-Proprioseptif :
-Rasa sikap : Tde Tde Tde Tde
-Rasa Nyeri dalam : Tde Tde Tde Tde
-Fungsi
Kortikal :
-Rasa diskriminasi : Tde Tde Tde Tde
-Stereognosis : Tde Tde Tde Tde
2)
Koordinasi, Gait dan Keseimbangan
-Cara
berjalan : Tidak
dilakukan evaluasi
-Tes
Romberg : Tidak
dilakukan evaluasi
-Disdiadokokinesis : Tidak dilakukan evaluasi
-Ataksia : Tidak
dilakukan evaluasi
-Rebound
phenomenon : Tidak dilakukan
evaluasi
-Dismetri : Tidak
dilakukan evaluasi
3)
Gerakan-gerakan abnormal
-Tremor : Tidak
didapatkan dalam pemeriksaan
-Athetosis : Tidak
didapatkan dalam pemeriksaan
-Mioklonus : Tidak
didapatkan dalam pemeriksaan
-Khorea : Tidak
didapatkan dalam pemeriksaan
4)
Alat Vegetatif (Fungsi Otonom)
-Miksi : DBN
-Defekasi : DBN
-Ereksi : TDE
5)
Fungsi luhur
a.
Memori :
Tidak terganggu
b.
Fungsi bahasa :
Tidak terganggu
c.
Visuospasial :
Tidak dilakukan evaluasi
d.
Praksia :
Tidak dilakukan evaluasi
e.
Kalkulasia :
Tidak dilakukan evaluasi
IV.
PLANNING
(RENCANA AWAL)
-
Foto rontgen Lumbosakral AP/Lateral kanan
-
Follow up
PEMERIKSAAN FISIS DAN STATUS
NEUROLOGI
Uraian
|
Tgl 20-02-2018
|
Tekanan darah(mmHg)
|
110/70
|
Suhu(
)
|
36,5
|
Pernapasan
|
24
|
Nadi
|
88
|
GCS
|
E 4 M6 V5
|
Fkl
|
DBN
|
Ncr
|
Pupil bulat, isokor, ukrn 2,5 mm,
Rcl (+/+)
Rctl (+/+)
|
Ncrl
|
DBN
|
Motorik
|
P= N
N
↓(nyeri) N
K= 5 5
4 5
T= N N
N N
RF=
N N
N N
RP=
- -
-
-
|
Sensorik
|
DBN
|
Otonom
|
DBN
|
Tes Lasegue
Tes Patrick
Tes Kontrapatrick
|
+++/-
+/-
+/-
|
PEMERIKSAAN FISIS DAN STATUS
NEUROLOGI
Uraian
|
Tgl 21-02-2018
|
Tekanan darah(mmHg)
|
110/70
|
Suhu(
)
|
36,5
|
Pernapasan
|
20
|
Nadi
|
72
|
GCS
|
E 4 M6 V5
|
Fkl
|
DBN
|
Ncr
|
Pupil bulat, isokor, ukrn 2,5 mm,
Rcl (+/+)
Rctl (+/+)
|
Ncrl
|
DBN
|
Motorik
|
P= N
N
↓(nyeri) N
K= 5 5
4 5
T= N N
N N
RF=
N N
N N
RP=
- -
-
-
|
Sensorik
|
DBN
|
Otonom
|
DBN
|
Tes Lasegue
Tes Patrick
Tes Kontrapatrick
|
+/+
+/+
+/+
|
PEMERIKSAAN FISIS DAN STATUS
NEUROLOGI
Uraian
|
Tgl 22-03-2017
|
Tekanan darah(mmHg)
|
110/80
|
Suhu(
)
|
36,5
|
Pernapasan
|
20
|
Nadi
|
90
|
GCS
|
E 4 M6 V5
|
Fkl
|
DBN
|
Ncr
|
Pupil bulat, isokor, ukrn 2,5 mm,
Rcl (+/+)
Rctl (+/+)
|
Ncrl
|
DBN
|
Motorik
|
P= N
N
N
N
K= 5 5
5 5
T= N N
N N
RF=
N N
N N
RP=
- -
-
-
|
Sensorik
|
DBN
|
Otonom
|
DBN
|
Tes Lasegue
Tes Patrick
Tes Kontrapatrick
|
+/+
+/+
+/+
|
PEMERIKSAAN FISIS DAN STATUS
NEUROLOGI
Uraian
|
Tgl 23-03-2017
|
Tekanan darah(mmHg)
|
100/90
|
Suhu(
)
|
36,6
|
Pernapasan
|
22
|
Nadi
|
80
|
GCS
|
E 4 M6 V5
|
Fkl
|
DBN
|
Ncr
|
Pupil bulat, isokor, ukrn 2,5 mm,
Rcl (+/+)
Rctl (+/+)
|
Ncrl
|
DBN
|
Motorik
|
P= N
N
N
N
K= 5 5
5 5
T= N N
N N
RF=
N N
N N
RP=
- -
-
-
|
Sensorik
|
DBN
|
Otonom
|
DBN
|
Tes Lasegue
Tes Patrick
Tes Kontrapatrick
|
+/-
+/-
+/-
|
V.
RESUME
S : Seorang
pasien perempuan masuk RS dengan
keluhan nyeri punggung bawah yang dialami sejak ± 5 hari yang lalu
sebelum MRS. Nyerinya terus-menerus. Sehingga Pasien tidak dapat duduk dan
berjalan terlalu lama. Nyeri yang dirasakan sifatnya yakni seperti rasa
tertusuk-tusuk, rasa tebal, dan kram-kram. Nyeri
menjalar ke lutut. Pasien sering merasakan hal
seperti ini setelah pulang dari perjalanan jauh. VAS pasien
: 6. Pasien
tidak merasa kelemahan tubuh satu sisi (-), sulit bicara (-), gangguan menelan/tersedak (-), gangguan penglihatan
(-), Demam (-), Kejang (-), pingsan (-), riwayat trauma (-), mengkonsumsi obat
(-), mual (-), muntah (-). Buang air besar dan buang air
kecil dalam batas normal. Riwayat Trauma (-), Riwayat Alergi
obat (-), Riwayat hipertensi dan diabetes melitus tidak diketahui
O:
GCS : E4M6V5
FKL : dalam batas normal
RM : KK -/-, KS -/-
N.cranial
: Pupil bulat bundar isokor diameter 2,5 mm, RCL +/+, RCTL +/+
N. cranial
lain : dalam batas normal
Motorik : P: N N K: 5
5 T: N N
N N
(nyeri) 4 5
N N
Refleks fisiologis
Biceps N N KPR N N
Triseps N N APR N N
Refleks patologis : -
–
Babinsky-/-
–
Hoffmann-/-
–
Tes Lasegue : (+)
–
Tes Patrick : (+)
–
Tes Kontrapatrick : (+)
VI.
DIAGNOSIS
KERJA
Diagnosis Masuk :
•
Dignosis klinis : Low Back Pain
•
Diagnosis topis : Corpus Vertebra L2
•
Diagnosis etiologi : Suspect HNP
Diagnosis Keluar :
•
Dignosis klinis : Low Back Pain
•
Diagnosis topis : Corpus Vertebra L2
•
Diagnosis etiologi : Spondylosis
Lumbalis
VII.
PROGNOSIS
•
Quo ad vitam : dubia ad bonam
•
Quo ad functionam : dubia ad bonam
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
·
Pemeriksaan Lab :
Darah Rutin :
-
WBC :
8,58X103/UL
-
RBC :
5,01X106/UL
-
HGB :
13,8 G/dl
-
HCT :
43,8 %
-
MCV :
87,4 FL
-
PLT :
444X103/ul (↑)
-
LED :
35 mm (↑)
Glukosa Puasa : 82 mg/dl
SGOT :
19,0 U/L
SGPT : 18,0
U/L
Ureum : 17,0
mg/dl
Kreatinin : 0,7
mg/dl
Asam Urat : 5,3
mg/dl
Kolesterol Total : 193 mg/dl
Trigliserida : 254
mg/dl (↑)
Kolesterol HDL : 42 mg/dl
Kolesterol LDL : 133 mg/dl
(↑)
·
Pemeriksaan radiologi : Foto polos lumbosakral
AP/Lateral kanan
Hasil
pemeriksaan :
-
Alignment tulang lumbosakral baik namun kurva
lordosis vertebra lumbalis melurus
-
Tampak osteofit pada aspek anterior CV. L2
-
Tulang-tulang intak tidak tampak tanda-tanda fraktur
maupun dislokasi tulang
-
Mineralisasi tulang baik
-
Discus intervertebralis tidak menyempit
-
Jaringan lunak sekitarnya baik
Kesan: -
Kurva lordosis vertebra lumbalis melurus mungkin suatu muscle
spasme
-
Spondylosis lumbalis
IX.
PENATALAKSANAAN
Nonmedikamentosa:
•
Edukasi pasien mengenai penyakit
dan prognosisnya
•
Fisioterapi
Medikamentosa :
-
IVFD RL 20 tpm
-
Ketorolac 1 amp/8 jam/drips
-
Ranitidin 50 mg/12j/iv
-
Kapsul MMAD 2x1
-
Gabapentin 100mg 2x1
-
Mecobalamin tab 2x1
-
Atorvastatin 20 mg 1x1
DISKUSI KASUS
Nyeri punggung bawah atau LBP adalah nyeri yang
terbatas pada regio lumbal, tetapi gejalanya lebih merata dan tidak hanya
terbatas pada satu radiks saraf, namun secara luas berasal dari diskus intervertebralis
lumbal.4
Low back pain
(LBP) umumnya akan memberikan rasa nyeri pada seseorang yang mengalaminya. Rasa
nyeri dapat digambarkan sebagai sensasi tidak menyenangkan yang terjadi bila
mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh. Nyeri dapat terasa panas, gemetar,
kesemutan/tertusuk, atau ditikam. Nyeri
akan menjadi suatu masalah
gangguan kesehatan dikarenakan dapat menganggu aktivitas yang akan dilakukan.5
Sebagian besar
nyeri punggung bawah disebabkan oleh penyakit yang tidak serius dengan
prognosis yang baik. Penyebab tersering adalah nyeri punggung bawah pada
penderita dewasa adalah : (1) lumbar sprain atau strain, (2) degenerasi diskus
dan faset, (3) herniasi diskus, dan (4) pada penderita yang lebih tua harus
dipikirkan kemungkinan canalis stenosis atau fraktur kompresi akibat
osteoporosis.3
Faktor risiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat
badan, etnis, merokok , pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat
yang berulang-ulang, membungkuk, duduk lama, geometri kanal lumbal spinal dan
faktor psikososial. Terjadi peningkatan kejadian low back pain pada pasien
dengan kelompok 50-69 tahun , ini dikarenakan pada usia tersebut telah terjadi
proses degenerasi baik pada tulang, tendon, dan tulang rawan.6 Lokasi
untuk nyeri pinggang bawah adalah daerah lumbal bawah, biasanya disertai
penjalaran ke daerah-daerah lain, antara lain sakroiliaka, koksigeus, bokong, kebawah
lateral atau posterior paha, tungkai, dan kaki.3
Low
Back Pain menurut perjalanan kliniknya dibedakan menjadi dua yaitu :
A.
Acute low back pain
Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya
sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat
hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka
traumatic seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang
sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat
melukai otot, ligament, dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur
tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat
ini penatalaksanan awal nyeri pinggang acute terfokus pada istirahat dan
pemakaian analgesik.3
B.
Chronic low back pain
Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang
berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang
berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat
terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses
degenerasi discus intervertebralis
dan tumor.3
Dari hasil anamnesis pasien perempuan berusia 37 tahun menderita
nyeri punggung bawah menjalar ke lutut.
Nyeri yang dirasakan sifatnya yakni seperti rasa tertusuk-tusuk, rasa tebal,
dan kram-kram. Nyeri sering dirasakan jika setelah melakukan perjalanan jauh.
Menurut penelitian, pada umumnya keluhan otot sekeletal mulai dirasakan pada usia kerja 25-65
tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan tingkat
keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena
pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun, sehingga
resiko terjadi keluhan otot meningkat.6
Gejala LBP
bermacam-macam dan berbeda antara satu dengan yang lain. Kebanyakan orang
menganggap berbaring akan meningkatkan nyeri yang datang tiap episode, tapi ada
juga yang mampu tidur tanpa rasa nyeri. Kebanyakan orang merasakan nyeri ketika
mereka membungkuk atau mengambil sesuatu, yang lain
merasa nyeri bila melengkungkan
tubuh ke belakang. Nyeri pada kaki juga merupakan bagian dari masalah. Nyeri
kebanyakan pada punggung atau samping luar paha dan kemudian menjalar ke kaki.
Nyeri yang menjalar pada kaki disebut
sciatica karena nyeri berasal
dari perangsangan pada nervus ischiadikus, perangsangan pada nervus ischiadikus
sering menjadi lebih nyeri bila bersin atau batuk.7
Pada episode
akut, LBP dapat menjadi sangat akut untuk beberapa hari atau seminggu dan akan
lebih meningkat. Pada 2-4 minggu kemudian penderita akan merasa lebih baik.
Episode panjangnya waktu nyeri berbagai macam pada tiap penderita, begitu juga
dengan intensitas tiap episode nyeri dan seberapa mampu penderita dapat menahan
nyerinya.7
Untuk menegakkan diagnosis dari
nyeri punggung bawah memerlukan anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik umum,
neurologi serta pemeriksaan penunjang agar mengarahkan ke etiologi terjadinya
nyeri punggung bawah dan untuk menyingkirkan diagnosis banding.
Pada anamnesis pasien dengan
nyeri punggung bawah harus mendeteksi pula faktor risiko, aspek psikologis, dan
psikososial penderita. Aspek psikologis dan psikososial sangat besar perannya
dalam terapi nyeri punggung bawah. Sehingga bila tidak digali dan diterapi
dengan adekuat akan dapat menyebabkan terjadinya nyeri yang sukar untuk
dikendalikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distress psikologis akan
meningkatkan risiko terjadinya nyeri punggung bawah sampai 2 kali lipat pada
orang dewasa. Sementara penelitian Kerr, dkk (2001) juga menunjukkan adanya
hubungan antara lingkungan psikososial kerja, dan variabel mekanik di
lingkungan kerja terhadap kejadian nyeri punggung bawah. Kedua penelitian tadi
mendukung konsep multifaktorial pada nyeri punggung bawah. Sehingga pada semua
penderita nyeri punggung bawah, aspek psikososial sebaiknya dievaluasi secara
seksama.
Dari hasil anamnesis didapatkan pasien perempuan berusia 37 tahun
menderita nyeri punggung bawah menjalar
ke lutut. Nyeri yang dirasakan sifatnya yakni seperti rasa tertusuk-tusuk, rasa
tebal, dan kram-kram. Nyeri sering dirasakan jika setelah melakukan perjalanan
jauh.
Menurut penelitian, pada umumnya keluhan otot sekeletal mulai dirasakan pada usia kerja 25-65
tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan tingkat
keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi
karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun,
sehingga resiko terjadi keluhan otot meningkat.6
Pada episode
akut, LBP dapat menjadi sangat akut untuk beberapa hari atau seminggu dan akan
lebih meningkat. Pada 2-4 minggu kemudian penderita akan merasa lebih baik.
Episode panjangnya waktu nyeri berbagai macam pada tiap penderita, begitu juga
dengan intensitas tiap episode nyeri dan seberapa mampu penderita dapat menahan
nyerinya.7
Gejala LBP
bermacam-macam dan berbeda antara satu dengan yang lain. Kebanyakan orang
menganggap berbaring akan meningkatkan nyeri yang datang tiap episode, tapi ada
juga yang mampu tidur tanpa rasa nyeri. Kebanyakan orang merasakan nyeri ketika
mereka membungkuk atau mengambil sesuatu, yang lain
merasa nyeri bila melengkungkan
tubuh ke belakang. Nyeri pada kaki juga merupakan bagian dari masalah. Nyeri
kebanyakan pada punggung atau samping luar paha dan kemudian menjalar ke kaki.
Nyeri yang menjalar pada kaki disebut
sciatica karena nyeri berasal
dari perangsangan pada nervus ischiadikus, perangsangan pada nervus ischiadikus
sering menjadi lebih nyeri bila bersin atau batuk.7
Manifestasi klinis LBP berbeda-beda
sesuai dengan etiologinya masing-masing seperti beberapa contoh dibawah ini :
1. LBP
akibat sikap yang salah
·
Sering dikeluhkan
sebagai rasa pegal yang panas pada pinggang, kaku dan tidak enak namun lokasi tidak jelas.
·
Pemeriksaan fisik
menunjukkan otot-otot paraspinal agak spastik di daerah lumbal, namun motalitas
tulang belakang bagian lumbal masih sempurna, walaupun hiperfleksi dan
hiperekstensi dapat menimbulkan perasaan tidak enak
·
Lordosis yang menonjol
·
Tidak ditemukan
gangguan sensibilitas, motorik, dan refleks pada tendon
·
Foto rontgen
lumbosakral tidak memperlihatkan kelainan yang relevan.
2.
Pada
Herniasi Diskus Lumbal
·
Nyeri
punggung yang onsetnya perlahan-lahan, bersifat tumpul atau terasa tidak enak,
sering intermiten, wala kadang onsetnya mendadak dan berat.
·
Diperhebat oleh
aktivitas atau pengerahan tenaga serta mengedan, batuk atau bersin.
·
Menghilang bila
berbaring pada sisi yang tidak terkena dengan tungkai yang sakit difleksikan.
·
Sering terdapat spasme
refleks otot-otot paravertebrata yang menyebabkan nyeri sehingga membuat pasien
tidak dapat berdiri tegak secara penuh.
·
Setelah periode
tertentu timbul skiatika atau iskialgia.
3. LBP
pada Spondilosis
·
Kompresi radiks sulit
dibedakan dengan yang disebabkan oleh protrusi diskus, walaupun nyeri biasanya
kurang menonjol pada spondilisis
·
Dapat muncul distesia
tanpa nyeri pada daerah distribusi radiks yang terkena
·
Dapat
disertai kelumpuhan otot dan gangguan refleks
·
Terjadi pembentukan
osteofit pada bagian sentral dari korpus vertebra yang menekan medula spinalis.
·
Kauda
ekuina dapat terkena kompresi pada daerah lumbal bila terdapat stenosis kanal
lumbal.
Pada
pasien ini pemeriksaan neurologis difokuskan pada tes lasegue, patrick dan
kontrapatrick. Adapun pemeriksaan fisik
tes yang dilakukan antara lain:
a) Tes
lasegue
Percobaan ini meregangkan nervus ischiadicus dan radiks-radiksnya.
Penderita dalam posisi terlentang dan
tidak boleh tegang. Pemeriksaan mengangkat satu tungkai penderita,
tungkai tadi dalam posisi lurus, dan
fleksi pada sendi panggul. Apabila penderita merasakan nyeri sepanjang nervus ischiadicus maka parcobaan tadi
positif. Dapat dinyatakan dalam derajat,
misalnya positif 30 derajat artinya waktu tungkai diangkat sampai 30 derajat
(sudut antara tugkai dengan bidang datar) mulai timbul rasa sakit. Apabila agak ragu-ragu, maka pemeriksaan ini dapat
dimodifikasi dengan cara kaki ditahan dalam
posisi dorso-fleksi dan kemudian tungkai diangkat ke atas. Dengan cara
ini nervus ischiadicus teregang lebih kuat. Pada HNP, percobaan ini merupakan
hal yang sangat penting. 8
Tes Lasegue 9
b) Tes
patrick
Tungkai dalam posisi fleksi di sendi
lutut sementara tumit diletakkan di atas lutut tungkai yang satunya lagi,
kemudian lutut tungkai yang difleksikan tadi ditekan ke bawah. Penderita dalam
posisi berbaring. Apabila ada kelaianan di sendi panggul maka penderita
akan merasakan nyeri di sendi panggul
tadi. 8
Tes
Patrick 9
c) Tes
kontrapactrick
Tungkai
dalam posisi fleksi di sendi lutut dan sendi panggul, kemudian lutut didiorong
ke medial; bila di sendi sakroiliaka ada kelainan maka disitu akan terasa
sakit.8
Langkah
pertama adalah pemberian obat-obatan, untuk mengurangi nyeri tanpa menghiraukan
penyebab dasar low back pain. Obat
yang diberikan berupa golongan analgetik dimana golongan ini terdiri dari
analgetik antipiretik dan analgetik non-narkotik.10 Yang umum digunakan
analgetik antipiretik yang bekerja menghambat sintesa dan pelepasan endogenous pain substance sehingga
mencegah sensitisasi reseptor nyeri. Disamping itu dikenal pula obat yang
mempunyai potensi anti-inflamasi disamping analgetik misalnya pirasolon dan
derivat-derivat asam organik lainya dikenal sebagai non steroidal anti-inflamatory drugs (NSAID). Untuk pengobatan
simptomatis lainnya, kadang memerlukan campuran antara obat analgesik, anti inflamasi, OAINS, dan
penenang.11
Obat yang diberikan yaitu ketorolac 3%
merupakan NSAID (non steroid anti inflammatory drugs) yang bekerja menghambat
enzim cyclooxygenase (COX) yang menginduksi pembentukan prostaglandin,
ketorolac diindikasi untuk penanganan nyeri derajat sedang-berat pada pasien dewasa.
Ranitidine
adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja histamin
secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung. Pada pemberian i.m./i.v.
kadar dalam serum yang diperlukan untuk menghambat 50% perangsangan
sekresi asam lambung adalah 36–94 mg/mL. Kadar tersebut bertahan
selama 6–8 jam. Ranitidine diabsorpsi 50% setelah pemberian oral. Konsentrasi
puncak plasma dicapai 2–3 jam setelah pemberian dosis 150 mg. Absorpsi tidak
dipengaruhi secara nyata oleh makanan dan antasida. Waktu paruh 2½–3 jam pada
pemberian oral, Ranitidine diekskresi melalui urin.
Kapsul
MMAD berisi Methylprednisolon 4 mg, Meloxicam 7,5, diazepam 1 mg, amytriptilin
1/3 tab. Methylprednisolon merupakan golongan Kortikosteroid yang mekanisme
kerjanya menekan zat-zat dalam tubuh
yang membuat peradangan. Meloxicam merupakan obat
untuk mengurangi nyeri, bengkak dan kaku pada sendi. Diazepam
merupakan turunan bezodiazepin. Kerja utama diazepam yaitu potensiasi inhibisi neuron
dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator pada sistim syaraf
pusat. Dimetabolisme menjadi metabolit aktif yaitu N-desmetildiazepam dan
oxazepam. Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 1 – 2 jam pemberian oral.
Waktu paruh bervariasi antara 20 – 50 jam sedang waktu paruh desmetildiazepam
bervariasi hingga 100 jam, tergantung usia dan fungsi hati. Amitriptilin merupakan
antidepresi trisiklik. Amitriptilin bekerja dengan menghambat pengambilan
kembali neurotransmiter di otak. Amitriptilin mempunyai 2 gugus metil, termasuk
amin tersier sehingga lebih resposif terhadap depresi akibat kekurangan
serotonin. Senyawa ini juga mempunyai aktivitas sedatif dan antikolinergik yang
cukup kuat. Diindikasikan untuk Pasien dengan gejala-gejala utama depresi
terutama bila berkaitan dengan kecemasan, tegang,
atau kegelisahan, depresi
neurotik.
Gabapentin merupakan analog
dari GABA (Gamma Aminobutyric Acid), suatu asam amino yang banyak terdapat di
otak. Mekanisme gabapentin sebagai anti nyeri melibatkan α2δ-1 yakni sebuah
subunit kanal kalsium yang sensitive voltase, dimana target utama dan
pengikatan spesifik subunit ini dapat menghasilkan aksi yang bertanggung jawab
untuk menurunkan nyeri.13
Mecobalamin adalah golongan cobalamin,
bentuk dari vitamin B12. Bentuk ini berbeda dengan
cyanocobalamin yang memiliki gugus sianida sedangkan meticobalamin memiliki
gugus metil. Meticobalamin berbentuk kristal berwarna merah. Pada kasus ini
diberikan meticobalamin sebagai vitamin untuk melindungi saraf dari kerusakan
akibat terjadinya inflamasi di organ viseral sekitar saraf.
Atorvastatin merupakan salah
satu statin sintetik. Statin merupakan golongan obat yang paling efektif dan
paling dapat ditoleransi untuk mengobati hiperlipidemia. Di samping itu, obat golongan
statin merupakan pilihan lini pertama (first line) dalam terapi hiperlipidemia
yang menjadi rujukan tenaga tenaga kesehatan. Obat-obat golongan statin bekerja
sebagai penghambat HMG-CoA reduktase yang mengkatalisis biosintesis kolesterol.
Untuk penanganan lanjutannya pada Low
Back Pain dapat diberikan rehabilitasi :
a.
Low back
pain oleh
faktor mekanik akut
Tirah
baring total disertai pemanasan setempat seperti infra merah, kompres air hangat,
bantal panas. Biasanya kesembuhan 4-5 hari.
b.
Low back
pain oleh
faktor mekanik kronis
Pada
keadaan ini hiperlordosis mendasari patofisiologis nyeri. Karena itu tatalaksana
ditujukan pada latihan-latihan untuk menghilangkan hiperlordosis tersebut.
KESIMPULAN
Nyeri punggung bawah atau LBP adalah nyeri yang terbatas pada regio lumbal, tetapi
gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas
pada satu radiks saraf, namun secara luas berasal dari diskus intervertebralis
lumbal.
Faktor risiko
nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, etnis, merokok , pekerjaan,
paparan getaran, angkat beban yang berat yang berulang-ulang, membungkuk, duduk
lama, geometri kanal lumbal spinal dan faktor psikososial.
Untuk menegakkan diagnosis
memerlukan anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik umum, neurologi serta pemeriksaan
penunjang agar mengarahkan ke etiologi terjadinya nyeri punggung bawah dan
untuk menyingkirkan diagnosis banding.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Jan Sudir, Purba dan Susilawaty. 2008.
Nyeri Punggung bawah: Patofisiologi, Terapi Farmakologi dan Non Farmakologi
Akupuntur. Dalam koleksi Medicinus (Scientifc Journal of Pharmaceutical
Development and Medical Application) Vol. 21 No. 2. Via artikel dari : http://alib.atmajaya.ac.id
2.
Yoshimoto T, Oka H, Katsuhira
J, Fujii T, Masuda K, Tanaka S, et al. Prognostic psychosocial factors for
disabling low back pain in Japanese hospital workers. 2017;1–12
3.
Negrini N, Zaina F, Somano H, Atanasio T,
Trevisan C. Rehabilitation of lumbar spine disorder. Edisi ke-5. Lippincolt;
2010. p.186
4.
Bull, E. & Archard, G. 2007. Simple Guide Nyeri Punggung.Jakarta:
Erlangga
5.
Heru Septiawan. Faktor Berhubungan Keluhan Nyeri
Punggung Bawah Pada Pekerja Bangunan Mikroland Semarang. 2013.
6.
Mulky Yasin, dkk . Hubungan antara karakteristik,
Antropometrik, Kebiasaan, Status Psikososial, dan Gambaran Radiografis
Responden dengan Kejadian Spondylogenic Low Back Pain. 2013.
7.
Harsono. Low Back Pain. Universita Sebelas Maret. Di
akses pada http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S021308065_bab1.pdf tanggal 23 Februari
2018.
8.
Harsono. Kapita Selekta Neurologi Edisi
ke dua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
9. Schultz,
Centeno Clinic. 2009. Patrick’s Test: Evaluation of Sacroliliac Joint
Dysfunction. Via artikel dari : http://centenoschultz.com.
10. Goubert D, Danneels L, Graven-nielsen T. Differences in Pain
Processing Between Patients with Chronic Low Back Pain, Recurrent Low Back
Pain, and Fibromyalgia. 2017;307–18.
11. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dalam
Praktek Umum. PT Dian Rakyat. Jakarta, 2009.
12. Tolerabilitas Pasien Bayi terhadap Ketorolac
IV. Kalbemed. 2012. Diakses pada http://www.kalbemed.com/Portals/6/19_191Berita%20Terkini-Tolerabilitas%20Pasien%20Bayi%20terhadap%20Ketorolac%20IV.pdf tanggal 26 Februari 2018.
13. Indriastuty. Perbandingan Penggunaan Gabapentin
dan Amitriptilin sebagai Terapi Nyeri Terhadap Efek Terapi Pada Pasien
Hernieated Nucleus Pulposus Rawat Jalan Di Poli Saraf Rumah Sakit Jogja. UGM.
2013
No comments:
Post a Comment