Search This Blog

Saturday, January 13, 2018

Kwasirkor

BAB I
PENDAHULUAN

Nutrisi yang tepat merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan normal anak. Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Oleh karena itu, kelompok usia balita perlu mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi. 
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar. Gizi buruk masih menjadi masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini. Masalah gizi buruk dan kekurangan gizi telah menjadi keprihatinan dunia sebab penderita gizi buruk umumnya adalah balita dan anak-anak yang tidak lain adalah generasi penerus bangsa.
Diseluruh dunia, kekurangan energy protein (KEP) merupakan penyebab utama kematian pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun. KEP adalah spectrum ekadaan yang disebabkan oleh berbagai tingkat defisiensi protein dan kalori. 1
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun2013 secara Nasional diperkirakan Prevalensi Balita Gizi Buruk dan Kurang sebesar 19,6 %. Jumlah ini jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas tahun 2007, terjadi peningkatan yaitu dari 18,4 %. Bila dilakukan konversi ke dalam jumlah absolutnya, maka ketika jumlah Balita tahun 2013 adalah 23.708.844, sehingga jumlah Balita Giburkur sebesar 4.646.933 Balita2
Gizi buruk adalah KEP tingkat berat akibat kurang konsumsi makanan bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Ditandai dengan status gizi sangat kurus menurut berat badan (BB) terhadap tinggi badan (TB). Marasmus dan kwashiorkor adalah hasil akhir dari tingkat keparahan penderita gizi buruk.3
Kwasiorkor adalah salah satu jenis malnutrisi yang disebabkan oleh asupan protein yang tidak cukup meskipun asupan kalori cukup sampai baik.1














BAB II

LAPORAN KASUS
A. Identitas Penderita
Nama:  an K
Umur:  2 tahun 1 bulan 
Jenis kelamin:  Perempuan 
AlamatGangga 
Tanggal lahir10 Agustus 2015
B. Identitas Keluarga
Nama Ayah: W
Umur: 31 tahun
Pekerjaan: Sopir 
Pendidikan terakhir: SLTA/Sederajat

Nama Ibu:Rahmawati
Umur: 24 tahun
Pekerjaan: IRT
Pendidikan terakhir: SD 
C. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Kulit kering terkelupas 
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang anak perempuan umur 2 tahun 1 bulan masuk rumah sakit diantar oleh orang tuanya dengan keluhan kulit di seluruh badan anaknya kering dan terkelupas yang dialami sejak 3 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Selain itu wajah, tungkai dan punggung kaki anaknya mengalami bengkak. Demam tidak ada, batuk tidak ada, sesak tidak ada. Flu tidak ada, muntah tidak ada. Sampai saat ini pasien belum bisa berjalan.
Menurut ibu pasien, nafsu makan pasien menurun sejak usia 6 bulan dan pasien tidak mengalami peningkatan berat badan sejak usia 6 bulan. Selera minum juga menurun.  Bab lancar, seperti biasanya. Bak lancar seperti biasanya.
3. Riwayat penyakit dahulu : 
Ibu pasien mengatakan pasien tidak pernah mengeluhkan penyakit yang sama sebelumnya. Selain itu, pasien pernah demam -+ > 2 minggu yang tidak diketahui penyebabnya.
4. Riwayat penyakit keluarga : 
Ibu pasien mengatakan tidak ada dari keluarganya yang mengeluh keluhan yang samadengan pasien.
5. Riwayat sosioekonomi keluarga:
Pasien merupakan anak kedua dari 2 bersaudara. Pasien lahir secara normal dengan berat badan lahir 2800 gram. Selama hamil ibu pasien sehat dan rutin untuk memeriksakan kehamilan. Pasien diberikan Asi selama 6 bulan. 
Kesan gizi sampai saat ini kurang. Menurut keluarga pasien (ibu pasien) pola makan pasien sehari – hari dirumah yaitu pasien diberi nasi biasa 3 kali sehari. Makanan yang biasa di beri seperti nasi, telur ½ butir, tempe atau tahu. Tetapi pasien sering memuntahkannya. Selain itu pasien sering diberi jajanan seperti pisang goreng, snack snack chiki, keripik talas, susu kental manis. Pasien malas makan nasi dan bubur hanya biskuit dan makanan ringan ataupun jajanan yang lebih disukai
Keluarga pasien termasuk golongan ekonomi menengah ke bawah, ayah bekerja sebagai sopir dan tingkat pendidikan sampai SMP. Ibsebagai ibu rumah tangga dan tingkat pendidikannya sampai SD.
6. Status Imunisasi
Imunisasi
Belum Pernah
1
2
3
4
Tidak Tahu
BCG





HEP B





POLIO


PENTABIO



HPV





CAMPAK





PCV





INFLUENZA





MMR





TIFOID





HEP A





VARISELLA





LAIN LAIN






D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan UmumComposmentis / Sakit Sedang / Gizi Buruk
2. Tanda Vital:
• Nadi100 x / menit
• RR: 24 x /menit 
• Suhu : 37,1 oC

3. Status Generalis
• Kepala 
Rambut: kuning, tipis, rontok/mudah tercabut
Bentuk : Mesocephal
Ukuran : Normocephal 
Ubun ubun besar: Menutup (+)
Muka: Simetris, moon face 
Mata : cekung (-) anemis (-) konjungtivitis (-) ikterik (-) bitot spot (-) udem palpebra (+)
• Telinga : Otorhea (-) 
• Hidung : Rinorhea (-) 
• Bibir : 
Kering (-) Pucat (-) Sianosis (-) 
• Mulut : 
Gigi : Caries (-) 
Sel mulut : Stomatitis (-) angular chelitis (-)
Tenggorok : hiperemis (-) 
• Leher : Kaku kuduk : (-) 
Kelenjar limfa : Limfadenopati : (-) 
• Thorax : 
Bentuk : Simetris 
Payudara : Tidak ada kelainan 
Tasbeh : (-) 
• Jantung : 
PP : Ictus Cordis tidak tampak 
PR : Ictus Cordis teraba 
PK : Redup, Batas jantung kiri, linea midclavicularis sinistraBatas jantung kanan, linea parasternalis dekstra 
PD : Bunyi Jantung I/II murni regular, bising (-) 

• Paru : 
PP : Simetris dextra / sinistra 
PR : Nyeri tekan (-), sela iga kiri = sela iga kanan 
PK : sonor / sonor 
PD : Vesikuler, Rh -/-  wh -/-
• Abdomen : 
PP : Datar, ikut gerakan napas
PD : Peristaltik (+) kesan normal 
PR : 
Lien : tidak teraba 
Hepar : tidak teraba
Massa : tidak teraba  
PK : timpani 
• Kelenjar limfa : limfadenopati (-) 
• Alat Kelamin : Tidak ada kelainan 
• Ekstremitas : pitting edema (+) pada lengan dan kaki 
• Kol. Vertebralis : dalam batas normal 
• Kulit : Hiperpigmentasi dan persisikan kulit (bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam.) Kering terkelupas seluruh tubuh. 
• Reflex fisiologis : dalam batas normal 
• Kekuatan 3333
• Tonus : normal 
• Reflex patologis : tidak ada 






4. Status Gizi 
BB: 5,7 kg
PB: 67 cm
Lingkar kepala: 46 cm
LLA : 10,5 cm 
LD : 42 cm 
BB/TB dibawah persentil -3 SD “Z-Score” (gizi buruk)
TB / U: dibawah persentil -3 SD“Z-Score” (gizi buruk)
BB / U dibawah persentil -3 SD “Z-Score” (gizi buruk)

















































E. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah rutin 
Darah Rutin
19/09/2017
22/9/2017
25/09/2017
WBC
9.5 x 103 / ul
9.5 x 103 / ul
9.7 x 103 / ul
HGB
8.5 g/dl
8.5 g/dl
9.1 g/dl
PLT
344 x 103 / ul
344 x 103 / ul
389 x 103 / ul
LED
5 mm / jam
-
Sampel tdk mencukupi

Darah Rutin
Nilai rujukan 
WBC
4.0 x 103 /ul – 12.0 x 103 /ul
HGB
11 g/dl – 17 g/dl 
PLT
150 x 103 / ul – 400 x 103 / ul
LED
3 – 13 mm / jam

2. Evaluasi Darah Tepi (22/09/2017)
Kesan : Anemia dimorfik susp. Anemia defisiensi Fe DD/ penyakit kronik 
Usul : profil Fe, control post terapi. 

3. Feses Rutin 19/09/2017
Makroskopik
Mikroskopik
Warna 
Kuning 
Telur cacing
Tidak ditemukan 
Viskositas
Padat / lembek 
Amuba
Tidak ditemukan 
Bau
Khas
Lain-lain

Serat
Negative 


Lendir/darah
Lendir positif / darah negative 



4. GDS 19/09/2017
GDS : 101 mg/dl (normal <140 mg/dl) 

5. Albumin serum
19/09/2017
25/09/2017
Nilai normal 
2,4 gr/dl
2,7 gr/dl
3.8 – 5.1 gr / dl 

6. Urin Rutin 20/09/2017 
Parameter 
Nilai 
Interpretasi 
Bj 
1.010 

Ph
8

Leukosit 
100 /ul
++
Nitrat 
+
+
Protein 
25 mg / dl
+
Glukosa 
Normal 

Keton 
Negatif 

Urobilinogen 
Normal 

Bilirubin 
Negatif 

Eristrosit 
10/ul 
+









7. Skoring TB
Parameter
0
1
2
3
Kontak TB
Tidak jelas
-
Laporan keluarga (BTA negatif atau tidak jelas)
BTA (+)
Uji tuberkulin
Negatif
-
-
Positif
Berat badan/ keadaan gizi
-
BB/TB <90% atau BB/U <80%
Klinis gizi buruk atau BB/TB <70% atau BB/U <60%
-
Demam yang tidak diketahui penyebabnya
-
≥ 2 minggu
-
-
Batuk kronik
-
≥ 3 minggu


Pembesaran kelenjar limfe (axilla, inguinal)
-
≥ 1 cm, jumlah > 1, tidak nyeri
-
-
Pembengkakan tulang/sendi/panggul/lutut/falang
-
Ada pembengkakan
-
-
Foto
Normal / kelainan tidak jelas
Gambaran sugestif TB*
-
-
Skor TB:  5 `

F. Diagnosis Kerja 
Kwasiorkor, Anemia Def. Fe, ISK 





 
 







Sebelum          sementara dirawat
 



 

                                             


FOLLOW UP PASIEN
TGL

HASIL PEMERIKSAAN, ANALISIS DAN TINDAK LANJUT
INSTRUKSI DOKTER
Tglmasuk 
Jam 12.55wita


S













O


















A


Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan kulit kering terkelupas seluruh badannya sejak -+ 3 bulan yg lalu. Demam tidak ada, batuk tidak ada, muntah tidak ada. pasien tidak mengalami peningkatan BB sejak umur 6 bulan. Pasien belum bisa berjalan hingga saat ini. 
Selera makan : menurun sejak umur 6 bulan 
Selera minum : menurun 
BAB : baik 
BAK : baik 

• HR: 100 x/menit
• RR: 24 x/menit
• T   : 37,1 °C
• Kepala : rambut kuning, tipis, dan rontok
• Wajah : moon face (+) 
• Mata : bitot spot (-) udem palpebra (+) 
• Mulut : Stomatitis (-) angular chelitis (-) 
• Paru: Vesiculer, Wheezing     (-), Ronkhi (-).
• Retraksi dinding dada (-).
• Cardiovascular : Bunyi Jantung I/II, Murni Reguler, Bising (-).
• Abdomen : Bunyi Peristaltik (+) Kesan Normal.
• Kulit : Hiperpigmentasi, kering dan terkelupas 
• Ekstremitas : pitting edema (+)


Gizi buruk Kwasiorkor 

S









O



























A
Kulit masih kering terkelupas.  Demam (-), batuk (-), bengkak (+) pada wajah, tangan dan kaki, muntah (-)
Selera makan : menurun 
Selera minum : menurun 
BAB: 1 x, lunak ada lendir, warna kuning 
BAK : Lancar

• HR: 100 x/menit
• RR: 25 x/menit
• T   : 36,8 °C
• BB : 5,7kg
• PB : 67 cm 
• SG : gizi buruk 

• Kepala : rambut kuning, tipis, dan rontok, 
• Wajah : moon face (+) 
• Mata : bitot spot (-) udem palpebra (+) 
• Mulut : Stomatitis (-) angular chelitis (-) 
• Paru: Vesiculer, Wheezing     (-), Ronkhi (-).
• Retraksi dinding dada (-).
• Cardiovascular : Bunyi Jantung I/II, Murni Reguler, Bising (-).
• Abdomen : Bunyi Peristaltik (+) Kesan Normal.
• Kulit : Hiperpigmentasi, kering dan terkelupas 
• Ekstremitas : pitting edema (+)

Gizi buruk kwasiorkor 








1. Periksa lab : DR, UR, FR, GDS, elektrolit, 
2. Vit. A 200.000 SI
3. KCL 200 mg/8 jam /oral
4. Bcomp 2x1 / vit. C 2x1 / vit. A 2x1
5. Zink 1 x ½ tab 
6. Susu F75 45 cc/2 jam 
7. Cotrimoxacole syr 2 x 1/2 cth (2,5 mg) 
8. Kontrol TB
9. Gizi 
10. INH 40 mg / hari
11. Asam volat 1x1 
S










O























A
Kulit masih kering terkelupas.   Demam (-), batuk (-), bengkak (+) pada wajah, tangan dan kaki tetapi agak berkurang, muntah (-)
Selera makan : menurun 
Selera minum : menurun 
BAB: baik 
BAK : Lancar

• HR: 100 x/menit
• RR: 24 x/menit
• T   : 36,3 °C
• BB : 5,7 kg
• PB : 67 cm
• SG : gizi buruk 
• Skoring TB : 5

• Kepala : rambut kuning, tipis, dan rontok, 
• Wajah : moon face (+) 
• Mata : bitot spot (-) udem palpebra (+) 
• Mulut : Stomatitis (-) angular chelitis (-) 
• Paru: Vesiculer, Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-).
• Retraksi dinding dada (-).
• Cardiovascular : Bunyi Jantung I/II, Murni Reguler, Bising (-).
• Abdomen : Bunyi Peristaltik (+) Kesan Normal.
• Kulit : Hiperpigmentasi, kering dan terkelupas 
• Ekstremitas : pitting edema (+)

Gizi buruk kwasiorkor 





1. F 75 70 cc / 3 jam 
2. Kcl 3x1 bungkus
3. Bcomp / vit C / Vit A 2x1
4. Zink 1 x ½ tab 
5. Cotrimoxasole syr 2,5 cc / 12 jam / oral 
6. INH 40 mg / 24 jam / oral 
7. Asam folat 1x1 
21 /09/17
S












O

















A
Kulit masih kering terkelupas.   Demam (-), batuk (-), bengkak (+) pada wajah, tangan dan kaki tetapi agak berkurang, muntah (-)
Selera makan : menurun 
Selera minum : menurun 
BAB: 1 x, keras warna kuning 
BAK : Biasa 

• HR: 134 x/menit
• RR: 28 x/menit
• T   : 37 °C
• BB : 5,7 kg
• PB : 67 cm
• SG : gizi buruk 
• Skoring TB : 5

• Kepala : rambut kuning, tipis, dan rontok, 
• Wajah : moon face (+) 
• Mata : bitot spot (-) udem palpebra (+) 
• Mulut : Stomatitis (-) angular chelitis (-) 
• Paru: Vesiculer, Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-).
• Retraksi dinding dada (-).
• Cardiovascular : Bunyi Jantung I/II, Murni Reguler, Bising (-).
• Abdomen : Bunyi Peristaltik (+) Kesan Normal.
• Kulit : Hiperpigmentasi, kering dan terkelupas 
• Ekstremitas : pitting edema (+)

Gizi buruk kwasiorkor, ISK 



1. F 75 70 cc / 3 jam 
2. Kcl 3x1 bungkus
3. Bcomp / vit C / Vit A 2x1
4. Zink 1 x ½ tab 
5. Cotrimoxasole syr 2,5 cc / 12 jam / oral 
6. INH 40 mg / 24 jam / oral 
7. Asam folat 1x1
S










O
























A
Kulit tampak masih kering terkelupas.   Demam (-), batuk (-), bengkak (+) pada wajah, tangan dan kaki tetapi agak berkurang, muntah  (-)
Selera makan : meningkat 
Selera minum : meningkat 
BAB: susah BAB 
BAK : Biasa 

• HR: 100 x/menit
• RR: 28 x/menit
• T   : 36,8 °C
• BB : 6 kg
• PB : 67 cm
• SG : gizi buruk 
• Skoring TB : 5

• Kepala : rambut kuning, tipis, dan rontok.
• Wajah : moon face (+) 
• Mata : bitot spot (-) udem palpebra (+) 
• Mulut : Stomatitis (-) angular chelitis (-) 
• Paru: Vesiculer, Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-).
• Retraksi dinding dada (-).
• Cardiovascular : Bunyi Jantung I/II, Murni Reguler, Bising (-).
• Abdomen : Bunyi Peristaltik (+) Kesan Normal.
• Kulit : Hiperpigmentasi, kering dan terkelupas 
• Ekstremitas : pitting edema (+) agak berkurang 

Gizi buruk kwasiorkor, Anemia Def. Fe, ISK


1. F 75 70 cc
2. Kcl 3x1 bungkus 
3. B comp / Vit C / Vit A 2x1 
4. Zink 1x ½ tab 
5. Cotrimoxasole syrup 2,5 cc / 12 jam / oral 
6. INH 40 mg / 24 jam / oral 
7. Asam folat 1x11 
8. B12 1x1 
23 /09/  2017
S














O






















A
Kulit tampak masih kering terkelupas, sudah agak berkurang.   Demam (-), batuk(-), bengkak (+) pada wajah, tangan dan kaki tetapi agak berkurang, muntah  (-)
Selera makan : baik  
Selera minum : baik  
BAB: terakhir kemarin 1x, lunak warna kuning 
BAK : lancer  

• HR: 100 x/menit
• RR: 20 x/menit
• T   : 36,4 °C
• BB : 6 kg
• PB : 67 cm
• SG : gizi buruk 
• Skoring TB : 5

• Kepala : rambut kuning, tipis, dan rontok.
• Wajah : moon face (+) 
• Mata : bitot spot (-) udem palpebra (+) 
• Mulut : Stomatitis (-) angular chelitis (-) 
• Paru: Vesiculer, Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-).
• Retraksi dinding dada (-).
• Cardiovascular : Bunyi Jantung I/II, Murni Reguler, Bising (-).
• Abdomen : Bunyi Peristaltik (+) Kesan Normal.
• Kulit : Hiperpigmentasi, kering dan terkelupas agak berkurang 
• Ekstremitas : pitting edema (+) agak berkurang 

Gizi buruk kwasiorkor, Anemia Def. Fe, ISK
1. F 100 95 cc/ 6 jam
2. Kcl 3x1 
3. Bc / Vit A/ Vit c 2x1 
4. Zink 1 x ½ 
5. Cotrimoxasole syrup 2,5 cc / 12 jam / oral 
6. B12 2x1 
7. INH 40 mg / 24 jam / oral 
8. As. Folat 1x1  
24 /09/ 2017
S











O















A
Kulit tampak masih kering terkelupas, sudah agak berkurang.   Demam (-), batuk(-), bengkak (+) pada wajah, tangan dan kaki tetapi agak berkurang, muntah  (-)
Selera makan : baik  
Selera minum : baik  
BAB: biasa 
BAK : lancar  

• HR: 112 x/menit
• RR: 24 x/menit
• T   : 36,1 °C
• BB : 6 kg
• PB : 67 cm
• SG : gizi buruk 
• Skoring TB : 5

• Kepala : rambut kuning, tipis, dan rontok.
• Wajah : moon face (+) 
• Mata : bitot spot (-) udem palpebra (+) 
• Mulut : Stomatitis (-) angular chelitis (-) 
• Paru: Vesiculer, Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-).
• Retraksi dinding dada (-).
• Cardiovascular : Bunyi Jantung I/II, Murni Reguler, Bising (-).
• Abdomen : Bunyi Peristaltik (+) Kesan Normal.
• Kulit : Hiperpigmentasi, kering dan terkelupas agak berkurang 
• Ekstremitas : pitting edema (+) agak berkurang 

Gizi buruk kwasiorkor, Anemia Def. Fe, ISK

1. F 100 95 cc/ 6 jam
2. Kcl 3x1 
3. Bc / Vit A/ Vit c 2x1 
4. Zink 1 x ½ 
5. Cotrimoxasole syrup 2,5 cc / 12 jam / oral 
6. B12 2x1 
7. INH 40 mg / 24 jam / oral 
8. As. Folat 1x1  

25 /09/  2017
S









O

















A
Kulit tampak masih kering terkelupas, sudah agak berkurang.   Demam (-), batuk(-), bengkak (+) pada wajah, tangan dan kaki tetapi agak berkurang, muntah  (+) kalau minum susu 
Selera makan : kurang  
Selera minum : kurang 
BAB: kemarin 3x, encer warna kuning 
BAK : lancer, kuning 

• HR: 130 x/menit
• RR: 24 x/menit
• T   : 37 °C
• BB : 6 kg
• PB : 67 cm
• SG : gizi buruk 
• Skoring TB : 5

• Kepala : rambut kuning, tipis, dan rontok.
• Wajah : moon face (+) 
• Mata : bitot spot (-) udem palpebra (+) 
• Mulut : Stomatitis (-) angular chelitis (-) 
• Paru: Vesiculer, Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-).
• Retraksi dinding dada (-).
• Cardiovascular : Bunyi Jantung I/II, Murni Reguler, Bising (-).
• Abdomen : Bunyi Peristaltik (+) Kesan Normal.
• Kulit : Hiperpigmentasi, kering dan terkelupas agak berkurang 
• Ekstremitas : pitting edema (+) agak berkurang 

Gizi buruk kwasiorkor, Anemia Def. Fe, ISK

1. F 100 / 6 jam 
2. Kcl 3x1 bungkus 
3. Zink 1x1 
4. Bc / vit. C / Vit. A 2x1 
5. As. Folat 1x1 
6. B12 2x1 
7. INH 1x1
8. Cotrimoxasole syrup 2,5 cc / 12 jam / oral 
9. Timbang BB / hari  

26 /09/  2017
S










O

















A
Kulit tampak masih kering terkelupas, sudah agak berkurang.   Demam (-), batuk(-), bengkak (+) pada wajah, tangan dan kaki berkurang, muntah  (+) 1 x isi makanan  
Selera makan : sedikit tapi sering 
Selera minum : jarang 
BAB: kemarin sore 1 x, warna kuning kehijauan   
BAK : biasa 

• HR: 145 x/menit
• RR: 32 x/menit
• T   : 36,5 °C
• BB : 6 kg
• PB : 67 cm
• SG : gizi buruk 
• Skoring TB : 5

• Kepala : rambut kuning, tipis, dan rontok.
• Wajah : moon face (+) 
• Mata : bitot spot (-) udem palpebra (+) 
• Mulut : Stomatitis (-) angular chelitis (-) 
• Paru: Vesiculer, Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-).
• Retraksi dinding dada (-).
• Cardiovascular : Bunyi Jantung I/II, Murni Reguler, Bising (-).
• Abdomen : Bunyi Peristaltik (+) Kesan Normal.
• Kulit : Hiperpigmentasi, kering dan terkelupas agak berkurang 
• Ekstremitas : pitting edema (+) agak berkurang 

Gizi buruk kwasiorkor, Anemia Def. Fe, ISK
1. F 100 / 6 jam
2. Zink 1x1 
3. As. Folat 1x1  
4. B12 2x1 
5. INH 1x1
6. Kcl 3x1 bungkus 
7. Bc / vit. C / Vit. A 2x1 
8. Cotrimoxasole syrup 2,5 cc / 12 jam / oral 
9. Timbang BB / hari 
10. Susu formula    Ã Ferlin Syrup 5 mg/24 jam 
27 /09/  2017
S








O
















A
Kulit terkelupas sudah berkurang.   Demam(-), batuk (-), bengkak (+) pada wajah, bengkak tangan dan kaki berkurang, muntah  (-)
Selera makan : sedikit tapi sering 
Selera minum : biasa 
BAB: 1 x, encer berwarna kuning
BAK : biasa 

• HR: 110 x/menit
• RR: 32 x/menit
• T   : 36,4 °C
• BB : 5.5 kg
• PB : 67 cm
• SG : gizi buruk 
• Skoring TB : 5

• Kepala : rambut kuning, tipis, dan rontok.
• Wajah : moon face (+) 
• Mata : bitot spot (-) udem palpebra (+) 
• Mulut : Stomatitis (-) angular chelitis (-) 
• Paru: Vesiculer, Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-).
• Retraksi dinding dada (-).
• Cardiovascular : Bunyi Jantung I/II, Murni Reguler, Bising (-).
• Abdomen : Bunyi Peristaltik (+) Kesan Normal.
• Kulit : kering terkelupas berkurang 
• Ekstremitas : pitting edema  berkurang 


Gizi buruk kwasiorkor, Anemia Def. Fe, ISK




1. F 100 / 6 jam
2. Zink 1x1 
3. As. Folat 1x1  
4. INH 1x1
5. Kcl 3x1 bungkus 
6. Bc / vit. C / Vit. A 2x1 
7. Cotrimoxasole syrup 2,5 cc / 12 jam / oral 
8. Ferlin Syrup 5 mg/24 jam  (p.c)
28 /09/  2017
S








O
















A
Kulit terkelupas sudah berkurangDemam(-), batuk (-), bengkak pada wajah (-), bengkak pada  tangan (-) kaki (+), muntah  (-)
Selera makan : bertambah 
Selera minum : baik 
BAB: 1 x, ada ampas 
BAK : lancar 

• HR: 112 x/menit
• RR: 30 x/menit
• T   : 36,4 °C
• BB : 5.5 kg
• PB : 67 cm
• SG : gizi buruk 
• Skoring TB : 5

• Kepala : rambut kuning, tipis, dan rontok.
• Wajah : moon face (-
• Mata : bitot spot (-) udem palpebra (+) 
• Mulut : Stomatitis (-) angular chelitis (-) 
• Paru: Vesiculer, Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-).
• Retraksi dinding dada (-).
• Cardiovascular : Bunyi Jantung I/II, Murni Reguler, Bising (-).
• Abdomen : Bunyi Peristaltik (+) Kesan Normal.
• Kulit : kering terkelupas berkurang
• Ekstremitas : pitting edema pada tangan (-), pada kaki / tungkai (+) 

Gizi buruk kwasiorkor, Anemia Def. Fe, ISK

1. Boleh pulang 
2. Control dipoli anak 
3. Susu tdk diminum, anak makan jajanan 
4. Edukasi perbaikan pola makan dirumah 
5. Obat obatan lanjut di rumah 


DISKUSI 
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil dari anamnesis, tanda dan gejala klinis serta pengukuran antopoemetri dan juga pemeriksaan penunjang. 
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan bahwa pasien ini menderita Gizi Buruk, yaitu kwasiorkor. Dapat dilihat dari hasil anamnesisnya bahwa usia pasien 2 tahun 1 bulan dengan berat badan 5.7 kg disertai edema pada wajah, tangan dan tungkai sehingga didapatkan berat badan koreksi 4.8 kg dan panjang badan 60.3 cm. Setelah dilakukann perhitungan antropometri didapatkan hasil BB/TB tanpa melihat umur pasien termasuk gizi kurang tetapi jika dilihat dari umur pasien terhadap tinggi badan maupun berat badan maka status gizi pasien <-3 SDyang artinya gizi buruk. 
Dari hasil anamnesis juga didapatkan hasil dari ibu pasien yang mengatakan bahwa anaknya malas makan saat dirumah. Diberikan makan 3 x sehari tetapi tidak dihabiskan ataupun dimuntahan. Tetapi saat dirumah sakit terlihat perbedaan bahwa sebenarnya pasien tersebut saat diberi makan sangat lahap. Kemungkinan bisa terjadi saat dirumah pasien tidak mau makan, dan ibu pasien juga kemungkinan tidak berusaha untuk menyuapinya kembali. Pasien juga sering diberi makanan snack snack yang kurang bergizi oleh ibu pasien. Sehingga asupan makanan pasien sangat kurang Selain itu higiene dari pasien dan lingkungannya juga buruk. Contoh seperti pasien saat makan sambil memegang uang. Padahal salah satu faktor yang menyebabkan gizi buruk adalah infeksi. Kurangnya pendidikan dan pengertian yang salah tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan bisa mempengaruhi gizi seorang anak.
Pasien ini juga memenuhi gejala klinis dari penyakit kwashiorkor, seperti rambut yang tipis, tidak hitam, dan mudah terkelupas. Selain itu tampak adanya kulit yang hiperpigmentasi dan bersisik (bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam.) Kering terkelupas seluruh tubuh. Tetapi seiring berjalannya waktu akan mengelupas dan memperlihatkan bagian-bagian yang tidak mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih hitam oleh hiperpigmentasi.
Pada pasien tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema. Pitting edemaadalah edema yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula.  Pitting edemadisebabkan oleh kurangnya protein, sehingga tekanan onkotik intravaskular menurun. Jika hal ini terjadi, maka terjadi ekstravasasi plasma ke intertisial. Pada kasus ini edema didapatkan pada bagian wajah (moon face), tangan dan tungkai.
Adapun diagnosis  pasien ini adalah gizi buruk dan diketahui gizi buruk dapat menyebabkan penurunan sistem imun yang akan berdampak kerentanan terhadap suatu infeksi, dimana infeksi yang dimaksud pada kasus ini adalah TB paru karena dari hasil skoring TB didapatkan skor 5.  






BAB III
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Menurut WHO adalah terdapatnya edema pada kedua kaki atau adanya severe wasting (BB/TB < 60% atau < -3 SD), atau ada gejala klinis gizi buruk (kwasiorkor, marasmus, atau marasmik-kwashiorkor).4
B. KLASIFIKASI DAN KLINIS

Klinis
Antropometri
Gizi Buruk
Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh
< -3 SD **)
Gizi Kurang
Tampak Kurus
-3 SD - < -2 SD
Gizi Baik
Tampak Sehat
2 SD -2 SD
Gizi Lebih 
Tampak Gemuk
>2 SD

Pada umumnya pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode Z–Score, anak dengan Z – Score stunning, wasting, underweight<-2 SD.Sedangkan anak yang memiliki Z-Score -3 SD termasuk malnutrisi berat.5
C. MEKANISME GIZI BURUK6
Interaksi antara faktor-faktor keberadaan zat gizi (faktor penyebab), cadangan zat gizi dalam tubuh, penyakit infeksi, infestasi cacing, aktifitas (faktor penjamu), pantangan, cara pengolahan (faktor lingkungan)  sangat penting dipertahankan dalam keadaan seimbang  dan optimal. Bila keseimbangan ini tidak terjaga  maka akan terjadi perubahan dalam tubuh, yakni terjadinya pemakaian cadangan zat gizi yang tersimpan dalam tubuh.
Bila hal ini berlangsung lama maka berangsur-angsur cadangan tubuh akan berkurang dan akhirnya akan habis. Maka untuk keperluan metabolisme dalam mempertahankan metabolisme kehidupan sehari-hari, mulailah terjadi mobilisasi zat-zat gizi yang berasal dari jaringan tubuh. Sebagai akibat hal tersebut, tubuh akan mengalami penyusutan jaringan tubuh, kelainan metabolisme oleh karena kekurangan zat-zat gizi, kelainan fungsional, dan akhirnya kerusakan organ tubuh dengan segala keluhan, gejala-gejala dan tanda-tanda yang timbul sesuai dengan jenis zat gizi yang menjadi pangkal penyebabnya, bila protein penyebabnya akan terjadi kwasiorkor, bila energi penyebanya akan terjadi marasmus atau keduanya sebagai penyebab akan terjadi marasmus kwasiorkor.

D. GEJALA KLINIS 7
Manifestasi klinis utama kwashiorkor adalah berat badan menurut usia 60% sampai 80%. Berat badan saja tidak dapat menjadi indikator status nutrisi yang akurat karena adanya edema.Pemeriksaan fisis menunjukkan jaringan lemak subkutan yang masih ada disertai atrofi nyata massaotot. Edema bervariasi mulai dari edema pitting ringan di punggung kaki sampai edema generalisata yang mengenai kelopak mata dan skrotum. Rambut jarang, mudah dicabut, dan tampak kusam, berwarna merah cokelat atau pirang. Perubahan kulit umum dijumpai dan bervariasi mulai dari hyperkeratosis hiperpigmentasi sampai ruam macular eritematosa (pellagroid) pada punggung dan ekstremitas. Pada bentuk kwashiorkor yang paling berat, terjadi deskuamasi superficial bila permukaan kulit ditekan (“flaky paint” rash).Keilosis angular, atrofi papilla filiformis lidah dan stomatitis moniliasis umum ditemukan. Pembesaran kelenjar parotis dan edema wajah menyebabkan wajah membulat seperti bulan. Tanda klinis khas lainnya untuk kwashiorkor adalah anak apatis dan tidak tertarik untuk makan. Pemeriksaan abdomen mungkin menunjukkan pembesaran hati dengan konsistensi lunak dan batas tidak tegas. Jaringan limfatik umumnya atrofik. Pada pemeriksaan dada mungkin ditemukan ronchi basah dibasal paru.Terdapat distensi abdomen dan bising usus cenderung menurun.
 







 






Keilosis angular 

E. DIAGNOSIS6
Diagnosis KEP ditegakkan berdasarkan perubahan atau kelainan yang dijumpai pada penyediaan  makanan, pola konsumsi, perubahan metabolik dan fisiologi, keadaan fisik yang ditimbulkan, dan perubahan yang terjadi pada komposisi cairan tubuh (laboratorium). Secara garis besar penegakkan diagnosis KEP dilapangan maupun dirumah sakit adalah berdasarkan :
o       jumlah asupan zat gizi rendah atau kurang seperti karbohidrat, lemak, dan protein.
o       klinis sesuai dengan jenisnya
o       laboratorium : serum albumin, Hb


F. PENANGANAN6
Pengobatan terhadap gizi buruk adalah ditujukan untuk menambah zat gizi yang kurang, namun dalam prosesnya memerlukan waktu dan harus secara bertahap, oleh karenanya harus di rawat inap di rumah sakit. Secara garis besar penanganannya adalah sebagai berikut :
- Pada tahap awal harus diberikan cairan intra vena, selanjutnya dengan parenteral dengan bertahap, dan pada tahap akhir dengan diet tinggi kalori dan tinggi protein
- Komplikasi penyakit penyerta seperti infeksi, anemia, dehidrasi dan defisiensi vitamin diberikan secara bersamaan.
- Penanganan terhadap perkembangan mental anak melalui terapi tumbuh kembang anak.
- Penanganan kepada keluarga, melalui petunjuk terapi gizi kepada ibu karena sangat penting pada saat akan keluar rumah sakit  akan mempengaruhi keberhasilan penanganan di rumah.




Adapun penanganan gizi buruk yang terdiri atas sepuluh langkah:4




1. Hipoglikemia1
Semua anak dengan gizi buruk berisiko hipoglikemia (kadar gula darah < 3 mmol/L atau < 54 mg/dl) sehingga setiap anak gizi buruk harus diberi makan atau larutan glukosa/gula pasir 10% segera setelah masuk rumah sakit.Pemberian makan yang sering sangat penting dilakukan pada anak gizi buruk.
Jika fasilitas setempat tidak memungkinkan untuk memeriksa kadar gula darah, maka semua anak gizi buruk harus dianggap menderita hipoglikemiadan segera ditangani sesuai panduan.
Tatalaksana
Segera beri F-75 pertama atau modifikasinya bila penyediaannya memungkinkan.
Bila F-75 pertama tidak dapat disediakan dengan cepat, berikan 50 ml. larutan glukosa atau gula 10% (1 sendok teh munjung gula dalam 50 mlair) secara oral atau melalui NGT.
Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2–3 jam, siang dan malam selamaminimal dua hari.
Bila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI di luar jadwal pemberian F-75.
Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosa 10% secaraintravena (bolus) sebanyak 5 ml/kg BB, atau larutan glukosa/larutangula pasir 50 ml dengan NGT.
Beri antibiotik.
Pemantauan
Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran kadar gula darah setelah 30 menit.
Jika kadar gula darah di bawah 3 mmol/L (< 54 mg/dl), ulangi pemberian larutan glukosa atau gula 10%.
Jika suhu rektal < 35.5° C atau bila kesadaran memburuk, mungkin hipoglikemia disebabkan oleh hipotermia, ulangi pengukuran kadar gula darah dan tangani sesuai keadaan (hipotermia dan hipoglikemia).
2. Hipotermia
Diagnosis: Suhu aksilar <35°C.
Tatalaksana
Segera beri makan F-75 (jika perlu, lakukan rehidrasi lebih dulu).
Pastikan bahwa anak berpakaian (termasuk kepalanya). Tutup denganselimut hangat dan letakkan pemanas (tidak mengarah langsung kepadaanak) atau lampu di dekatnya, atau letakkan anak langsung pada dadaatau perut ibunya (dari kulit ke kulit: metode kanguru). Bila menggunakan lampu listrik, letakkan lampu pijar 40 W dengan jarak 50 cm dari tubuh anak.
Beri antibiotik sesuai pedoman.
Pemantauan
Ukur suhu aksilar anak setiap 2 jam sampai suhu meningkat menjadi 36.5° C atau lebih. Jika digunakan pemanas, ukur suhu tiap setengah jam.
Hentikan pemanasan bila suhu mencapai 36.5° C.
Pastikan bahwa anak selalu tertutup pakaian atau selimut, terutama pada malam hari
Periksa kadar gula darah bila ditemukan hipotermia
Pencegahan
Letakkan tempat tidur di area yang hangat, di bagian bangsal yang bebas angin dan pastikan anak selalu tertutup pakaian/selimut
Ganti pakaian dan seprai yang basah, jaga agar anak dan tempat tidur tetap kering
Hindarkan anak dari suasana dingin (misalnya: sewaktu dan setelah mandi, atau selama pemeriksaan medis)
Biarkan anak tidur dengan dipeluk orang tuanya agar tetap hangat, terutama di malam hari
Beri makan F-75 atau modifikasinya setiap 2 jam, mulai sesegera mungkinsepanjang hari, siang danmalam.
3. Dehidrasi
Diagnosis
Cenderung terjadi diagnosis berlebihan dari dehidrasi dan estimasi yangberlebihan mengenai derajat keparahannya pada anak dengan gizi buruk.Hal ini disebabkan oleh sulitnya menentukan status dehidrasi secara tepatpada anak dengan gizi buruk, hanya dengan menggunakan gejala klinissaja. Anak gizi buruk dengan diare cair, bila gejala dehidrasi tidak jelas,anggap dehidrasi ringan.
Tatalaksana
Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat dengan syok.
Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat dibandingjika melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik.
beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama
setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5–10 ml/kgBB/jam berselang-seling dengan F-75 dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam. Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinjayang keluar dan apakah anak muntah.
Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam. 
Jika masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia < 1 th: 50-100  ml setiap buang air besar, usia ≥ 1 th: 100-200 ml setiap buang air besar.










Oleh karena larutan pengganti tidak mengandung Mg, Zn, dan Cu, makadapat diberikan makanan yang merupakan sumber mineral tersebut.Dapatpula diberikan MgSO4 40% IM 1 x/hari dengan dosis 0.3 ml/kg BB,maksimum 2 ml/hari.
 
Pemantauan
Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis setiap setengah jam selama 2 jam pertama, kemudian tiap jam sampai 10 jam berikutnya. Waspada terhadap gejala kelebihan cairan, yang sangat berbahaya dan bisa mengakibatkan gagal jantung dan kematian.

Periksalah:
• frekuensi napas
• frekuensi nadi
• frekuensi miksi dan jumlah produksi urin
• frekuensi buang air besar dan muntah
Selama proses rehidrasi, frekuensi napas dan nadi akan berkurang dan mulai ada diuresis. Kembalinya air mata, mulut basah; cekung mata dan fontanel berkurang serta turgor kulit membaik merupakan tanda membaiknya hidrasi, tetapi anak gizi buruk seringkali tidak memperlihatkan tanda tersebut walaupun rehidrasi penuh telah terjadi, sehingga sangat penting untuk memantau berat badan.
Jika ditemukan tanda kelebihan cairan (frekuensi napas meningkat 5x/menit dan frekuensi nadi 15x/menit), hentikan pemberian cairan/ReSoMal segera dan lakukan penilaian ulang setelah 1 jam.

4. Gangguan keseimbangan elektrolit
Semua anak dengan gizi buruk mengalami defisiensi kalium dan magnesiumyang mungkin membutuhkan waktu 2 minggu atau lebih untuk memperbaikinya.Terdapat kelebihan natrium total dalam tubuh, walaupun kadar natrium serummungkin rendah. Edema dapat diakibatkan oleh keadaan ini.Jangan obatiedema dengan diuretikum.

Tatalaksana
Untuk mengatasi gangguan elektrolit diberikan Kalium dan Magnesium,yang sudah terkandung di dalam larutan Mineral-Mix yang ditambahkan kedalam F-75, F-100 atau ReSoMalGunakan larutan ReSoMal untuk rehidrasi. Siapkan makanan tanpa menambahkan garam (NaCl).
5. Infeksi
Pada gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan seperti demam,seringkali tidak ada, padahal infeksi ganda merupakan hal yang sering terjadi.Oleh karena itu, anggaplah semua anak dengan gizi buruk mengalami infeksisaat mereka datang ke rumah sakit dan segera tangani dengan antibiotik.Hipoglikemia dan hipotermia merupakan tanda infeksi berat.
Tatalaksana
Berikan pada semua anak dengan gizi buruk:
Antibiotik spektrum luas
Vaksin campak jika anak berumur ≥ 6 bulan dan belum pernah mendapatkannya,atau jika anak berumur > 9 bulan dan sudah pernah diberi vaksinsebelum berumur 9 bulan. Tunda imunisasi jika anak syok.
Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata, beri Kotrimoksazol per oral (25 mg SMZ + 5 mg TMP/kgBB setiap 12 jam selama 5 hari
Jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat letargis atau tampak sakit berat), atau jelas ada infeksi, beri:
▪ Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari), dilanjutkan dengan Amoksisilin oral (15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari) ATAU, jika tidak tersedia amoksisilin, beri Ampisilin per oral (50 mg/kgBB setiap6 jam selama 5 hari) sehingga total selama 7 hari, DITAMBAH:Gentamisin (7.5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari.
Catatan: Jika anak anuria/oliguria, tunda pemberian gentamisin dosis ke-2sampai ada diuresis untuk mencegah efek samping/toksik gentamisinJika anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, tambahkan Kloramfenikol(25 mg/kgBB IM/IV setiap 8 jam) selama 5 hari.
Jika diduga meningitis, lakukan pungsi lumbal untuk memastikan dan obati dengan Kloramfenikol (25 mg/kg setiap 6 jam) selama 10 hari.
Jika ditemukan infeksi spesifik lainnya (seperti pneumonia, tuberkulosis, malaria, disentri, infeksi kulit atau jaringan lunak), beri antibiotik yang sesuai. Beri obat antimalaria bila pada apusan darah tepi ditemukan parasit malaria. Walaupun tuberkulosis merupakan penyakit yang umum terdapat, obat anti tuberkulosis hanya diberikan bila anak terbukti atau sangat diduga menderita tuberkulosis.
Pengobatan terhadap parasit cacing
Jika terdapat bukti adanya infestasi cacing, beri mebendazol (100 mg/kgBB) selama 3 hari atau albendazol (20 mg/kgBB dosis tunggal). Beri mebendazol setelah 7 hari perawatan, walaupun belum terbukti adanya infestasi cacing.
Pemantauan
Jika terdapat anoreksia setelah pemberian antibiotik di atas, lanjutkan pengobatan sampai seluruhnya 10 hari penuh. Jika nafsu makan belummembaik, lakukan penilaian ulang menyeluruh pada anak.
6. Defisiensi zat gizi mikro
Semua anak gizi buruk mengalami defisiensi vitamin dan mineral. Meskipun sering ditemukan anemia, jangan beri zat besi pada fase awal, tetapi tunggu sampai anak mempunyai nafsu makan yang baik dan mulai bertambah berat badannya (biasanya pada minggu kedua, mulai fase rehabilitasi), karena zat besi dapat memperparah infeksi.
Tatalaksana
Berikan setiap hari paling sedikit dalam 2 minggu:
Multivitamin
Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1 mg/hari)
Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)
Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari)
Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (mulai fase rehabilitasi). Vitamin A: diberikan secara oral pada hari ke 1
 

7. Pemberian makan awal (Initial refeeding)
Pada fase awal, pemberian makan (formula) harus diberikan secara hati-hati sebab keadaan fisiologis anak masih rapuh.
Tatalaksana
Sifat utama yang menonjol dari pemberian makan awal adalah:
Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah osmolaritas maupun rendah laktosa
Berikan secara oral atau melalui NGT, hindari penggunaan parenteral
Energi: 100 kkal/kgBB/hari
Protein: 1-1.5 g/kgBB/hari
Cairan: 130 ml/kgBB/hari (bila ada edema beratberi 100 ml/kgBB/hari)
Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi pastikan bahwa jumlahF-75 yang ditentukan harus dipenuhi.

Pada anak dengan nafsu makan baik dan tanpa edema, jadwal di atas dapatdipercepat menjadi 2-3 hari.Formula awal F-75 sesuai resep (halaman 209) dan jadwal makan dibuat untuk mencukupi kebutuhan zat gizi pada fase stabilisasi.Pada F-75 yang berbahan serealia, sebagian gula diganti dengan tepungberas atau maizena sehingga lebih menguntungkan karena mempunyaiosmolaritas yang lebih rendah, tetapi perlu dimasak dulu. Formula ini baikbagi anak gizi buruk dengan diare persisten.Terdapat 2 macam tabel petunjuk pemberian F-75 yaitu untuk gizi buruktanpa edema dan dengan edema berat (+++).
8. Tumbuh kejar
Tanda yang menunjukkan bahwa anak telah mencapai fase ini adalah:
Kembalinya nafsu makan
Edema minimal atau hilang.
Tatalaksana
Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75) ke formulatumbuh-kejar (F-100) (fase transisi):Ganti F 75 dengan F 100. Beri F-100 sejumlah yang sama dengan F-75selama 2 hari berturutan.Selanjutnya naikkan jumlah F-100 sebanyak 10 ml setiap kali pemberiansampai anak tidak mampu menghabiskan atau tersisa sedikit.Biasanyahal ini terjadi ketika pemberian formula mencapai 200 ml/kgBB/hari.Dapat pula digunakan bubur atau makanan pendamping ASI yangdimodifikasi sehingga kandungan energi dan proteinnya sebandingdengan F-100.
Setelah transisi bertahap, beri anak:
Pemberian makan yang sering dengan jumlah tidak terbatas (sesuai kemampuan anak)
Energi: 150-220 kkal/kgBB/hari
Protein: 4-6 g/kgBB/hari.
Bila anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI tetapi pastikan anaksudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan karena ASI tidak mengandungcukup energi untuk menunjang tumbuh-kejar. Makanan-terapeutik-siap-saji(ready to use therapeutic food = RUTF) yang mengandung energi sebanyak500 kkal/sachet 92 g dapat digunakan pada fase rehabilitasi.





 
9. Stimulasi sensorik dan emosional
Lakukan:
Ungkapan kasih sayang
Lingkungan yang ceria
Terapi bermain terstruktur selama 15–30 menit per hari
Aktivitas fisik segera setelah anak cukup sehat
Keterlibatan ibu sesering mungkin (misalnya menghibur, memberi makan, memandikan, bermain)

10. Malnutrisi pada bayi < 6 bulan
Malnutrisi pada bayi < 6 bulan lebih jarang dibanding pada anak yanglebih tua.Kemungkinan penyebab organik atau gagal tumbuh harus dipertimbangkan,sehingga dapat diberikan penanganan yang sesuai.Jika ternyatatermasuk gizi buruk, prinsip dasar tatalaksana gizi buruk dapat diterapkanpada kelompok umur ini.Walaupun demikian, bayi muda ini kurang mampumengekskresikan garam dan urea melalui urin, terutama pada cuaca panas.Oleh karena itu pada fase stabilisasi, urutan pilihan diet adalah:
ASI (jika tersedia dalam jumlah cukup)
Susu formula bayi (starting formula)
Pada fase rehabilitasi, dapat digunakan F-100 yang diencerkan (tambahan airpada formula menjadi 1500 ml, bukan 1000 ml).

G. PENCEGAHAN6
Pencegahan pada dasarnya adalah bagaimana makanan yang seimbang dapat dipertahankan ketersediannya di masyarakat. Langkah- langkah nyata yang dapat dilakukan untuk pencegahan adalah :
Mempertahankan status gizi anak yang sudah baik tetap baik dengan menggiatkan kegiatan surveilance gizi di institusi kesehatan terdepan (Puskesmas, Puskesmas Pembantu).
Mengurangi resiko untuk mendapat penyakit, mengkoreksi konsumsi pangan bila ada yang kurang, penyuluhan pemberian makanan pendamping ASI.
Memperbaiki/mengurangi efek penyakit infeksi yang sudah terjadi supaya tidak menurunkan status gizi.
Merehabilitasi anak yang menderita  pada fase awal.
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam program keluarga berencana.
Meningkatkan status ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan segala sektor ekonomi masyarakat (pertanian, perdagangan, dan lain-lain).
Terjadinya kekurangan gizi dalam hal ini gizi kurang dan gizi buruk lebih dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni, penyakit infeksi dan asupan makanan yang secara langsung berpengaruh terhadap kejadian kekurangan gizi, pola asuh serta pengetahuan ibu.Yang paling penting untuk mencegah seorang anak gizi buruk menderita lebih parah lagi yaitu dengancara memberikan edukasi kepada orantua anak tersebut. 
Seorang anak diberikan pola makan yang bergizi dengan memberikan aneka ragam makanan, seperti mengkonsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah setiap hari. Lauk pauk dalam hal ini yaitu lauk hewani atau lauk nabati. 
Pola makan diberikan sebanyak 3 kali sehari, yaitu saat sarapan, makan siang dan makan malam. 
Anak bisa diberikan makanan selingan sebanyak 2 kali, yaitu selingan pagi dan selingan sore
Makanan selingan dalam hal ini seperti buah buahan. 
Jangan berikan makanan selingan yang mendekati jam makan utama. 
Selalu variasikan makanan yang diberikan sehingga anak tidak bosan dan kelak anak terhindar dari kesulitan makan di usia berikutnya. 
Usahakan protein yang diberikan juga berganti sehingga semua zat gizi terpenuhi. 
Kadang kala susah makan merupakan problem yang dihadapi oleh hampir semua ibu ibu dalam memberikan atau menyuapi anaknya. Sehingga mengatasi susah makan dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti  
Memberikan suasana makan yang nyaman dan menyenangkan
Ajakan makan harus disampaikan dengan penuh kasih sayang. 
Coba dengan menambahkan hal-hal menyenangkan seperti sambil menonton TV, mendengarkan music atau bermain tetapi usahakan anak tetap duduk dan sambil berkomunikasi. 
Coba ajak makan bersama temannya. 
Ajak makan bersama seluruh anggota keluarga dan duduk bersama di meja makan. 
Biarkan anak makan sendiri dengan alat makan yang sama dengan anggota keluarga yang lain. 
Buat jadwal makan secara teratur sehingga lama kelamaan anak akan kenal dan tahu waktunya makan.
Jika anak masih tetap menolak makan, tetap selalu diusahakn untuk makanan tersebut masuk kedalam mulutnya. Dan jangan mudah menyerahserta putus asa
Agar pola hidup anak bisa sesuai dengan standar kesehatan, disamping harus mengatur pola makan yang benar juga tak kalah pentingnya mengatur pola asuh yang benar pula. Pola asuh yang benar bisa ditempuh dengan memberikan perhatian yang penuh serta kasih sayang pada anak, memberinya waktu yang cukup untuk menikmati kebersamaan dengan seluruh anggota keluarga.
Selain itu sangat penting juga untuk menjaga kesehatan dan kebersihan diri anak dan juga lingkungannya. Seperti dibiasakan untuk cuci tangan sebelum dan sesudah makan. Kuku anak juga selalu dipotong. Pada kasus ini juga dilihat bahwa ketika anak lagi makan, orang tua membiarkan anak tersebut makan sambil memegang uang. Padahal kita tahu bahwa di uang tersbut banyak kuman yang dapat memunculkan penyakit infeksi pada anak tersebut.Sehingga perlu diingatkan kepada orang tuanya agar tidak mebiasakan anaknya untuk pegang uang.
Sebagai orang tua yang mempunyai anak gizi kurang ataupun buruk juga harus penuh kesabaran karena menyembuhkan anak gizi kurang atau buruk harus mengorbankan perasaan, waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit.















BAB IV
PENUTUP 

Gizi buruk adalah KEP tingkat berat akibat kurang konsumsi makanan bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Ditandai dengan status gizi sangat kurus menurut berat badan (BB) terhadap tinggi badan (TB). Marasmus dan kwashiorkor adalah hasil akhir dari tingkat keparahan penderita gizi buruk.3
Kwasiorkor adalah salah satu jenis malnutrisi yang disebabkan oleh asupan protein yang tidak cukup meskipun asupan kalori cukup sampai baik
Ada 10 langkah penanganan dari gizi buruk, yaitu :
1. Hipoglikemia 
2. Hipotermia 
3. Dehidrasi 
4. Gangguan keseimbangan elektrolit 
5. Infeksi 
6. Mikronutrien 
7. Makanan awal 
8. Tumbuh kejar 
9. Stimulasi sensoris 
10. Persiapan pulang 


DAFTAR PUSTAKA 
1. Behrman., Kliegman. & Arvin. 2002. Nelson Esensi Pediatri , Edisi: 4. Jakarta : EGC. 80-82 
2. Budijanto, Didik. 2014. Artikel. 4,6 juta Balita Gizi Buruk – Kurang di Indonesia : Pertanda Ketahanan Pangan Lampu Kuningkah?. Kompasiana
3. KementrianKesehatanRI. (2011). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Direktoral Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Hal. 4-5
4. Tim Adaptasi Indonesia. Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota.World Health Organization. Jakarta : 2009
5. Siddiqi Nure Alam,Md.www.nepjol.info/index.php/AJMS/article/ download/3662/4451Asian Journal of Medical Sciences 2. 2011
6. dr. I Wayan SujanaKekurangan Energi Protein. Acceced on http://www. idijembrana.or.id. September 2014. 
7. Marcdante, dkk., 2014. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi Keenam. Elsevier - Local. Jakarta. Hal. 125-128


No comments:

Post a Comment

Alat Tempur Anastesi

             Inilah Beberapa alat-alat dan obat-obatan yang digunakan di bidang anastesi.  1. Cairan   Kristaloid Koloid ...