BAB III
TINJAUAN
PUSTAKA
1.
Anatomi
Uterus
(rahim) merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, yang sedikit gepeng kearah
muka belakang, terletak di dalam pelvis antara rektum di belakang dan kandung
kemih di depan. Ukuran uterus sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.
Dindingnya terdiri atas otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm lebar di atas
5,25 cm, tebal 1,25 cm. Berat uterus normal lebih kurang 57 gram.
Pada
masa kehamilan uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama dibawah pengaruh estrogen
dan progesterone yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya
disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus, disamping itu serabut serabut kolagen yang ada
menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat
mengikuti pertumbuhan janin. Setelah Menopause, uterus wanita nullipara maupun
multipara, mengalami atrofi dan kembali ke ukuran pada masa predolesen. 4
Gambar 1. Anatomi
Uterus 4
Pembagian Uterus :
-
Fundus Uteri (dasar rahim) : bagian uterus
yang proksimal yang terletak antara kedua pangkal saluran telur.
-
Korpus Uteri : Bagian uterus yang membesar
pada kehamilan. Korpus uteri mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin
berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau
rongga rahim.
-
Serviks Uteri : Ujung serviks yang menuju
puncak vagina disebut porsio, hubungan antara kavum uteri dan kanalis
servikalis disebut ostium uteri yaitu bagian serviks yang ada di atas vagina.4
Pembagian Dinding Uterus
a. Endometrium
di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri. Endometrium terdiri atas
epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan jaringan dengan banyak pembuluh-pembuluh
darah yang berlekuk-lekuk. Dalam masa haid endometrium untuk sebagian besar
dilepaskan, untuk kemudian tumbuh menebal dalam masa reproduksi pada kehamilan
dan pembuluh darah bertambah banyak yang diperlukan untuk memberi makanan pada
janin.
b. Miometrium
(lapisan otot polos) di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan disebelah luar
berbentuk longitudinal. Diantara kedua lapisan ini terdapat lapisan otot oblik,
berbentuk anyaman. Lapisan otot polos yang paling penting pada persalinan oleh
karena sesudah plasenta lahir berkontraksi kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh
darah yang ada di tempat itu dan yang terbuka.
c. Lapisan
serosa (peritoneum viseral) terdiri dari lima ligamentum yang menfiksasi dan
menguatkan uterus yaitu:
c.1.
Ligamentum kardinale kiri dan kanan yakni ligamentum yang terpenting, mencegah
supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat tebal, dan berjalan dari
serviks dan puncak vagina kea rah lateral dinding pelvis. Didalamnya ditemukan
banyak pembuluh darah, antara lain vena dan arteria uterine.
c.2.
Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan yakni ligamentum yang menahan uterus
supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks bagian belakang kiri dan
kanan kearah sarkum kiri dan kanan.
c.3.
Ligamentum rotundum kiri dan kanan yakni ligamentum yang menahan uterus agar
tetap dalam keadaan antofleksi, berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan
kanan, ke daerah inguinal waktu berdiri cepat karena uterus berkontraksi kuat.
c.4.
Ligamentum latum kiri dan kanan yakni ligamentum yang meliputi tuba, berjalan
dari uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat.
c.5.
Ligamentum infundibulo pelvikum yakni ligamentum yang menahan tuba fallopi,
berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan
urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan vena ovarika.5
2.
Definisi Mioma Uteri
Mioma
uteri, dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid, atau leiomioma merupakan
neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus dan jaringan ikat yang
menumpanginya. Mioma uteri berbatas tegas, tidak berkapsul, dan berasal dari
otot polos jaringan fibrous sehingga mioma uteri dapat berkonsistensi padat
jika jaringan ikatnya dominan, dan berkonsistensi lunak jika otot rahimnya yang
dominan.5
3.
Etiologi Mioma Uteri
Etiologi pasti belum diketahui,
tetapi terdapat korelasi antara pertumbuhan tumor dengan peningkatan reseptor
estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri, serta adanya faktor
predisposisi yang bersifat herediter dan faktor hormon pertumbuhan dan Human
Placental Lactogen. Para ilmuwan telah mengidentifikasi kromosom yang membawa
145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid. Beberapa ahli
mengatakan bahwa mioma uteri diwariskan dari gen sisi paternal. Mioma biasanya
membesar pada saat kehamilan dan mengecil pada saat menopause, sehingga
diperkirakan dipengaruhi juga oleh hormon-hormon reproduksi seperti estrogen
dan progesteron. Selain itu juga jarang ditemukan sebelum menarke, dapat tumbuh
dengan cepat selama kehamilan dan kadang mengecil setelah menopause.
Apakah estrogen secara langsung memicu pertumbuhan mioma
uteri atau memakai mediator masih menimbulkan silang pendapat. Dimana telah
ditemukan banyak sekali mediator di dalam mioma uteri, seperti estrogen growth
factor, insulin growth factor-1, (IGF-1), connexin-43-Gapjunction protein dan
marker proliferasi.
Awal
mulanya pembentukan tumor adalah terjadinya mutasi somatik dari sel-sel
miometrium. Mutasi ini mencakup rentetan perubahan kromosom baik secara parsial
maupun keseluruhan. Aberasi kromosom ditemukan pada 23-50% dari mioma uteri
yang diperiksa dan yang terbanyak (36,6%) ditemukan pada kromosom 7 (del(7) (q
21) /q 21 q 32).
Hal yang mendasari tentang penyebab
mioma uteri belum diketahui secara pasti, diduga merupakan penyakit
multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang
dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal yang berada
di antara otot polos miometrium. Sel-sel mioma mempunyai abnormalitas kromosom.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mioma, disamping faktor
predisposisi genetik, adalah beberapa hormon seperti estrogen, progesteron, dan
human growth hormon.6 Dengan adanya stimulasi estrogen,
menyebabkan terjadinya proliferasi di uterus , sehingga menyebabkan
perkembangan yang berlebihan dari garis endometrium, sehingga terjadilah
pertumbuhan mioma.
Analisis sitogenetik dari hasil pembelahan mioma uteri
telah menghasilkan penemuan yang baru. Diperkirakan 40% mioma uteri memiliki
abnormalitas kromosom non random. Abnormalitas ini dapat dibagi menjadi 6
subgrup sitogenik yang utama termasuk translokasi antara kromosom 12 dan 14,
trisomi 12, penyusunan kembali lengan pendek kromosom 6 dan lengan panjang
kromosom 10 dan delesi kromosom 3 dan 7. Penting untuk diketahui mayoritas
mioma uteri memiliki kromosom yang normal.5
Pengaruh-pengaruh
hormon dalam pertumbuhan dan perkembangan mioma:
a.
Estrogen
Mioma
uteri dijumpai setelah menarche. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang
cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil
pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan
bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. Selama fasesekretorik,
siklus menstruasi dan kehamilan, jumlah reseptor estrogen di miometrium normal
berkurang. Pada mioma reseptor estrogen dapat ditemukan sepanjang siklus
menstruasi, tetapi ekskresi reseptor tersebut tertekan selama kehamilan.
b.
Progesteron
Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma
sepanjang siklus menstruasi dan kehamilan. Progesteron merupakan antagonis
natural dari estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan mioma dengan dua cara
yaitu: Mengaktifkan 17-Beta hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor
estrogen pada mioma.
c.
Hormon Pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi
hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, terlihat pada
periode ini memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari mioma selama
kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara hormon
pertumbuhan dan estrogen.5
4.
Faktor Predisposisi Mioma Uteri
a.
Umur
Frekuensi
kejadian mioma uteri paling tinggi antara usia 35-50 tahun yaitu mendekati angka
40%, sangat jarang ditemukan pada usia pernah ditemukan. Pada usia sebelum
menarche kadar estrogen rendah, dan meningkat pada usia reproduksi, serta akan
turun pada usia menopause. Pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar
10%.5
b.
Riwayat Keluarga
Wanita
dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai
2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa
garis keturunan penderita mioma uteri.7
c.
Obesitas
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal
ini mungkin berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi estrogen oleh
enzim aromatase di jaringan lemak. Hasilnya terjadi peningkatan jumlah estrogen
tubuh, dimana hal ini dapat menerangkan hubungannya dengan peningkatan
prevalensi dan pertumbuhan mioma uteri.7
d.
Paritas
Wanita
yang sering melahirkan lebih sedikit kemungkinannya untuk terjadinya
perkembangan mioma ini dibandingkan wanita yang tidak pernah hamil atau satu
kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang
tidak pernah hamil atau hanya hamil satu kali.3
e.
Kehamilan
Angka kejadian mioma uteri bervariasi dari hasil
penelitian yang pernah dilakukan ditemukan sebesar 0,3%-7,2% selama kehamilan.
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen dalam
kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Kedua keadaan ini ada
kemungkinan dapat mempercepat pembesaran mioma uteri. Kehamilan dapat juga
mengurangi resiko mioma karena pada kehamilan hormon progesteron lebih dominan.
5
5.
Jenis dan Gambaran Klinis Mioma
Uteri
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari servik uteri
(1-3%) dan selebihnya adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan
menurut arah pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain:
a.
Mioma Submukosa
Berada
di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini dijumpai
6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan
perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan
perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dengan tindakan
kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan
dengan pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor. Tumor
jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata.
Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai
tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan
nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi,
ulserasi, dan infark. Pada beberapa kasus penderita akan mengalami anemia dan
sepsis karena proses di atas.
Gambar
2. Jenis-jenis Mioma uteri
b.
Mioma Intramural
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium.
Karena pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk
simpai yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak
mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan
konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam
pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat
menimbulkan keluhan miksi.
c.
Mioma Subserosa
Apabila
mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus
diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.
d.
Mioma Intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain,
misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus
sehingga disebut mondering/parasitic fibroid.
Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu
uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam satu saluran servik sehingga
ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.
Apabila
mioma dibelah maka akan tampak bahwa mioma terdiri dari berkas otot polos dan
jaringan ikat yang tersusun sebagai kumparan (whorle like pattern)
dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak
karena pertumbuhan sarang mioma ini.5
6.
Gejala Mioma Uteri
Hampir separuh kasus mioma
uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik karena tumor ini
tidak mengganggu. Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma
ini berada serviks, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan
dan komplikasi yang terjadi. Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut
:
1) Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang
terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi
metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain
adalah :
-
Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium
sampai adeno karsinoma endometrium.
-
Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
-
Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
-
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah
yang melaluinya dengan baik.
2) Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena
gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula
pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga
dismenore.
3) Gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri.
Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat
menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan
hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada
pembuluh darah dan pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan
nyeri panggul.
4) Infertilitas dan abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau
menekan pars intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan
terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan
bahwa apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma
merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk
dilakukan miomektomi.
7.
Diagnosis
1)
Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma
lainnya,faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
2)
Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri
dapat diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak
teratur, gerakan bebas, tidak sakit.
3)
Pemeriksaan
penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi
pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan uterus yang berlebihan dan
kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah
Darah Lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain
disesuaikan dengan keluhan pasien.
b. Imaging
1)
Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada
uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen bawah
dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi.
2)
Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh
ke arah kavum uteri pada pasien infertil.
3)
MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri,
namun biaya pemeriksaan lebih mahal.
8.
Diagnosis banding
- Adenomiosis
Adenomiosis
adalah sebuah lesi di miometrium yang ditandai dengan adanya endometrium
ektopik baik dengan atau tanpa hiperplasia dari miometrium di sekitarnya.
Selanjutnya, baik adenomiosis dan mioma uteri biasanya terjadi bersama-sama,
terdapatnya adenomiosis dari spesimen histerektomi pada perempuan yang
mengalami mioma uteri berkisar antara 15% sampai 57%. Faktor risiko adenomiosis
meliputi usia, multiparitas, lesi pembedahan di batas endometrium-miometrium,
peningkatan kadar FSH dan prolaktin, kebiasaan merokok dan riwayat depresi.8,9
Mioma uteri dilaporkan dapat menyebabkan berbagai gejala
termasuk menoragia, dismenorrhea, tekanan pada panggul dan abdomen, serta
gangguan pada sistem kemih. Mirip dengan mioma uteri, adenomiosis juga sering
dilaporkan mempunyai gejala perdarahan uterus abnormal, nyeri panggul kronik
dan dismenorrhea. Akan tetapi, karena kedua kondisi ini sering terdapat
bersamaan di daialm uterus, gejala yang menyertai masing-masing kondisi dapat membingungkan
kita. Sebagai tambahan, adenomiosis umumnya didiagnosa hanya dengan
histerektomi.9
- Neoplasma ovarium
Tumor ovarium adalah massa atau jaringan baru yang bersifat
abnormal yang terbentuk pada ovarium dan mempunyai bentuk serta sifat yang berbeda
dari sel jaringan aslinya. Hal ini terjadi disebabkan karena adanya proliferasi
dan diffrensiasi yang abnormal dari sel pada ovarium akibat adanya mutasi gen
yang mengatur proliferasi sel tersebut. Tumor ovarium dapat bersifat jinak
maupun ganas.
Tanda yang paling penting untuk penyakit ini
adalah ditemukannya massa pada daerah pelvis. Bila tumor tersebut padat,
bentuknya irreguler dan terfiksir di dinding panggul, keganasan perlu
dicurigai. Bila di bagian atas abdomen ditemukan juga massa dan disertai
asites, keganasan hampir dapat dipastikan.
- Kehamilan
Perbedaan kehamilan dengan mioma uteri yaitu adanya pembesaran rahim tetapi
tidak disertai tanda hamil. Bentuk pembesarannya tidak merata. Perdarahan
banyak saat menstruasi.
9.
Penatalaksanaan Mioma Uteri
Penanganan mioma uteri tergantung pada
umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor, sehingga biasanya
mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala serta mioma
yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara umum, penanganan mioma uteri terbagi
atas penanganan konservatif dan operatif.5
a.
Konservatif
Penderita
dengan mioma kecil pada
pra dan post menopause tanpa
gejala tidak memerlukan pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya.
Jika mioma lebih besar dari kehamilan 10-12 minggu, tumor yang berkembang
cepat, terjadi torsi pada tangkai, perlu diambil tindakan operasi. Cara penanganan konservatif sebagai
berikut : 5
-
Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara
periodik setiap 3-6 bulan.
-
Monitor keadaan Hb
-
Pemberian zat besi
-
Penggunaan agonis GnRH, agonis GnRH bekerja
dengan menurunkan regulasi gonadotropin yang dihasilkan oleh hipofisis
anterior. Akibatnya, fungsi ovarium menghilang dan diciptakan keadaan
”menopause” yang reversibel. Sebanyak 70% mioma mengalami reduksi dari ukuran
uterus telah dilaporkan terjadi dengan cara ini, menyatakan kemungkinan
manfaatnya pada pasien perimenopausal dengan menahan atau mengembalikan
pertumbuhan mioma sampai menopause yang sesungguhnya mengambil alih. Tidak
terdapat resiko penggunaan agonis GnRH jangka panjang dan kemungkinan rekurensi
mioma setelah terapi dihentikan tetapi, hal ini akan segera didapatkan dari pemeriksaan
klinis yang dilakukan.
Gambar
3. Penatalaksanaan Mioma
b.
Medikamentosa
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan
pertumbuhan mioma uteri secara menetap belum tersedia pada saat ini. Terapi
medikamentosa masih merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti sementara
dari operatif.
Preparat yang
selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah analog GnRHa (Gonadotropin
Realising Hormon Agonis), progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen,
goserelin, antiprostaglandin, agen-agen lain seperti gossypol dan amantadine.5
c.
Operatif
Pengobatan operatif meliputi miomektomi, histerektomi dan
embolisasi arteri uterus.
1)
Miomektomi, adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus.
Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma mioma submukosa pada mioma
geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina.
2)
Histerektomi, adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih.
Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya
karsinoma servisis uteri.
3)
Embolisasi arteri uterus (Uterin Artery Embolization / UAE), adalah
injeksi arteri uterina dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter yang
nantinya akan menghambat aliran darah ke mioma dan menyebabkan nekrosis. Nyeri
setelah UAE lebih ringan daripada setelah pembedahan mioma dan pada UAE tidak
dilakukan insisi serta waktu penyembuhannya yang cepat.5
d.
Radiasi dengan radioterapi
Radioterapi
dilakukan untuk menghentikan perdarahan yang terjadi pada beberapa kasus.
10.
Komplikasi Mioma Uteri
a. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan
ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma, serta merupakan 50-75% dari semua
sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi
uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma
uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause.5
b. Torsi
(putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami, timbul
gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah
sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak
terjadi.5
c. Anemia
Anemia timbul karena seringkali penderita mioma uteri mengalami perdarahan
pervaginam yang abnormal. Perdarahan abnormal pada kasus mioma uteri akan mengakibatkan
anemia defisiensi besi.
11. Prognosis
Mioma Uteri
Histerektomi
dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif. Myomectomi yang extensif dan
secara significant melibatkan miometrium atau menembus endometrium, maka
diharusken SC (Sectio caesaria) pada persalinan berikutnya. Myoma yang kambuh
kembali (rekurens) setelah myomectomi terjadi pada 15-40% pasien dan 2/3nya
memerlukan tindakan lebih lanjut.5